Latest News

Monday, September 30, 2013

Hadirilah Konser Rohani Katolik di Solo, 12 November 2013


KONSER ROHANI KATOLIK (KRK) 2013
Mempersembahkan "BREAKTROUGH" Charity Worship Concert.


Hari, tgl : Selasa, 12 November 2013
Waktu : 18.30 WIB
Tempat : Diamond Convention Hall Solo - Jl. Slamet Riyadi No. 392 Solo

Turut menghadirkan :
>> JUDIKA SITOHANG
>> REGINA IDOL
>> LEA SIMANJUNTAK
>> HARVEY MALEHOLO
>> JOY TOBING

Kesaksian :
>> Anne Avantie

Didukung oleh :
>> TALENTA COMBO BAND
>> DIDIE SSS
>> CIELLO ( WORKSHIP LEADER )
>> PD KARISMATIK KATOLIK se-SOLO RAYA
>> VOCALISTA DIVINA

Harga tiket :
>> Rp 250.000
>> Rp 150.000
>> Rp 50.000
(Seluruh dana akan didonasikan untuk pelayanan Gereja Katolik kevikepan Surakarta)

Let's come and feel that you are closer with HIM...

Thursday, September 26, 2013

Dua Hari Setelah Membom Gereja, Pakistan Diguncang Gempa Dahsyat 350 Orang Tewas

Bom meledak di depan Gereja di Pakistan, 78 orang tewas
ISLAMABAD - Berita duka kembali menyelimuti Pakistan, pada hari Minggu (22/9), sebanyak 78 orang tewas dan sekitar 120 orang terluka saat sebuah bom bunuh diri meledak di gereja Protestan All Saints Church di Peshawar, Pakistan. Pemboman itu merupakan serangan paling mematikan terhadap umat Kristen di Pakistan, yang mayoritas penduduknya beragama Islam.



Gempa 7.8 SR memporakporandakan Pakistan pada Selasa (24/9).
Dua hari setelah kejadian itu, negeri itu diguncang gempa berkekuatan 7,8 SR yang melanda Provinsi Balochistan di barat daya Pakistan pada Selasa (24/9/2013). Akibat kuatnya getaran gempa, 20.000 rumah tempat bernaung 300.000 warga di enam distrik hancur, rata dengan tanah.

Korban tewas terus bertambah, data terakhir yang diterima sebanyak 350 orang meninggal dunia dan 500 lainnya terluka, lapor Badan Penanggulangan Bencana Provinsi Balochistan, hari Kamis (26/9).

Skala kerusakan yang ditimbulkan tergolong sangat luas, yakni mencakup 45 persen dari total luas negara itu. Wilayah terparah karena dampak gempa yakni Awaran, wilayah berpenduduk miskin dengan luas daerah 21.000 kilometer persegi.

Juru bicara pemerintah provinsi, Jan Muhammad Buledi, mengatakan dampak gempa dirasakan warga di distrik Awaran, Kech, Gwadar, Panjgur, Chaghi dan Khuzdar.

Sementara itu, pasukan militer beserta staf medis dengan dibantu enam helikopter, belum seluruhnya menjangkau daerah yang hancur akibat gempa. "Kita kesulitan mencapai daerah-daerah yang mengalami gempa," tutur Bulaidi.

Upaya penyelamatan korban terhalang medan yang sulit, dan jebakan militan separatis. Namun, sejak kemarin (25/9) tak kurang tujuh ton makanan dan satu ton obat-obatan dikirim ke lokasi bencana.

"Kita sangat memerlukan fasilitas medis dan tidak ada tempat untuk merawat warga yang mengalami luka-luka di beberapa rumah sakit setempat," kata Buledi, menambahkan ribuan orang menghabiskan malam di tempat-tempat terbuka.

Sumber : http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2013/09/26/173481/Korban-Tewas-Gempa-Pakistan-Jadi-350-Jiwa

"Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu." (1 Korintus 3:17)

"Sebab memang adil bagi Allah untuk membalaskan penindasan kepada mereka yang menindas kamu." (2 Tesalonika 1:6)

Tuesday, September 24, 2013

Berjuang 23 Tahun Dapatkan IMB, Gereja St Bernadet Tetap Digembok Warga

Sekelompok orang berdemonstrasi menentang pembangunan gereja St Bernadet di Ciledug, Tangerang, Minggu, 22 September 2013.
Tangerang Selatan - Mendapatkan izin mendirikan bangunan (IMB) setelah 23 tahun berjuang ternyata tidak menghentikan masalah yang dihadapi Paroki St Bernadet untuk mendirikan gereja bagi sekitar 11.000 jemaatnya.

�Sekelompok orang yang mengatasnamakan warga berdemonstrasi menentang pembangunan gereja kami hari Minggu pagi kemarin,� kata Pastor Paulus Dalu Lubur, Senin (23/9).

Ratusan orang mengenakan baju putih dan ikat kepala merah, Minggu (22/9), berdemonstrasi di depan lahan milik paroki di kompleks Tarakanita, Kelurahan Sudimara Pinang, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang Selatan, yang rencananya akan dibangun gereja untuk menampung 11.000 umat yang selama ini beribadah di enam tempat terpisah. Mereka menggembok paksa pagar gereja.

�Saya percaya mereka yang datang kemarin mayoritas, atau tidak seratus persen warga di situ. Kami sudah mendapatkan dukungan dari beberapa ustaz, haji, dan pemuka masyarakat di sekitar lokasi rencana pembangunan gereja,� kata Paulus. 

Sebelum demonstrasi hari Minggu, ada yang mengedarkan surat ajakan ke warga setempat untuk berdemo. Alasannya adalah rumah ibadah tersebut melanggar Surat Keputusan Bersama (SKB) 2 Menteri tentang Pendirian Rumah Ibadah, khususnya Pasal 13, terkait pendirian rumah ibadah yang harus didasarkan pada keperluan nyata dan berdasarkan komposisi jumlah penduduk bagi pelayanan umat bersangkutan.

Pendemo juga menyatakan bahwa pembangunan gereja tersebut melanggar Pasal 14 dari SKB 2 Menteri tersebut tentang dukungan minimal 60 warga yang disahkan oleh lurah. Mereka juga mempermasalahkan penggunaan aula di kompleks Tarakanita sebagai tempat peribadatan sementara, serta mengkhawatirkan kemungkinan Kristenisasi bila gereja tersebut didirikan.

Terkait hal itu, Sekretaris Komisi Hubungan Agama dan Kepercayaan Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) Antonius Benny Susetyo mengatakan bahwa gereja tersebut sudah mendapatkan IMB pada 11 September 2013 dan baru akan memulai pembangunan.

�Gereja baru saja mendapat IMB. Masyarakat sekitar sudah menyetujuinya. Kita berharap agar aparat keamanan memberi jaminan rasa aman,� kata Benny. 

Sambil menanti pembangunan gereja, umat Paroki St Bernadet beribadah di empat gedung yang berbeda pada hari Sabtu dan Minggu dan dua minggu sekali di dua rumah jemaat. Salah satu tempat ibadahnya adalah sebuah aula yang juga terletak di kompleks Tarakanita.

Selebaran profokatif yang mengajak warga setempat untuk ikut berdemo menentang pembangunan Gereja St Bernadette

Dipaksa Pindah

Kejadian ini adalah protes kedua setelah pada 2004 ketika umat Paroki St Bernadet dipaksa oleh massa intoleran pindah dari Sekolah Sang Timur di Ciledug. Masa intoleran menutup akses ke sekolah Sang Timur yang digunakan oleh Paroki St Bernadet untuk beribadah. Sampai saat ini akses jalan yang ditembok oleh warga belum dibuka.

Paulus mengatakan alasan penolakan tidak berdasar karena mayoritas warga di kompleks Tarakanita beragama Katolik. Namun demikian, pihak Paroki akan tetap mengupayakan membangun relasi baik dengan warga sekitar.

�Kami sedang melakukan bina lingkungan, jadi relasi baik terus dijalankan tidak sebatas untuk mendapatkan IMB saja,� kata Paulus.

Bonar Tigor Naipospos, wakil direktur Setara, mengatakan bahwa kelompok intoleran yang berdemo di St Bernadet adalah kelompok yang mobile, tidak menetap di sekitar paroki.

�Selalu mereka menggunakan isu Kristenisasi dengan memengaruhi orang bahwa kalau nanti ada gereja, orang-orang akan menjadi murtad atau pindah agama karena kegiatan-kegiatan sosial gereja. Kelompok ini bergerak ke berbagai tempat dan aktif mencari informasi gereja-gereja mana yang sedang memproses atau belum mendapatkan izin. Lalu mereka berdemo mengatasnamakan warga, meski warga lokalnya paling satu atau dua orang,� kata Bonar. 

Bonar mengatakan bahwa berkembangnya kasus-kasus intoleransi di Indonesia sejalan dengan pemerintah daerah yang kerap tidak bisa bersikap tegas terhadap kelompok intoleran. �Ditambah lagi, pemerintah pusat kerap melemparkan tanggung jawab dengan menyatakan bahwa pemerintah daerah yang harus aktif mencari solusi,� kata Bonar.

Sunday, September 22, 2013

Bom Bunuh Diri Meledak di Gereja Pakistan, 78 Orang Tewas

Bom meledak di depan Gereja di Pakistan, 78 orang tewas

ISLAMABAD � Sebanyak 78 orang tewas dan sekitar 120 orang terluka seketika saat sebuah bom bunuh diri meledak di gereja Protestan All Saints Church di Peshawar, Pakistan, Minggu (22/9). Pemboman itu merupakan serangan paling mematikan terhadap umat Kristen di Pakistan, yang mayoritas penduduknya beragama Islam.

Seorang petugas gereja menyebutkan, pelaku bom bunuh diri adalah dua orang yang memasuki kompleks gereja. �Mereka masuk dari gerbang utama dan meledakkan diri di tengah-tengah jemaat", demikian pernyataan yang dimuat di website keuskupan.

Sebagian besar korban tewas adalah anggota paduan suara dan anak-anak yang menghadiri Sekolah Minggu. Ledakan dahsyat tersebut membuat bagian luar gereja hancur berpuing-puing. Kerumunan orang berhamburan dan berlumuran darah.

Uskup Agung Peshawar Humphrey S Peters menyatakan belasungkawa dan menyerukan doa duka cita. Ia juga mengutuk peristiwa itu. Dalam sebuah pernyataannya, Peters mengecam pemerintah setempat yang telah gagal total melindungi warga minoritas. Saat ini jumlah umat Kristiani di Pakistan hanya 3 persen dari total penduduk sebesar 197 juta jiwa itu.

Kelompok militan terkait Taliban, TTP Jundullah, mengklaim bertanggung jawab, beberapa jam setelah serangan itu. Kelompok itu menganggap mereka sebagai musuh dan bersumpah akan terus menyerang orang-orang yang bukan muslim di tanah Pakistan.

Umat Kristiani Pakistan memprotes aksi bom bunuh diri yang terjadi di sebuah gereja di Lahore, Pakistan, Minggu (22/9).

Perdana Menteri mengatakan, "teroris tidak memiliki agama dan serangan terhadap orang tidak berdosa bertentangan dengan ajaran Islam dan semua agama", kata kantornya dalam sebuah pernyataan.

Militan Sunni sering menyerang sasaran-sasaran yang mereka anggap sesat, termasuk orang Kristen, Sufi dan Syiah. Serangan terhadap tempat Kristen terjadi secara sporadis di Pakistan, namun pemboman Minggu itu merupakan yang paling keras dalam catatan sejarah terakhir.

Pakistan dilanda serangan-serangan bom bunuh diri dan penembakan yang menewaskan lebih dari 5.200 orang sejak pasukan pemerintah menyerbu sebuah masjid yang menjadi tempat persembunyian militan di Islamabad pada Juli 2007.


Komisi AS tentang Kebebasan Beragama Internasional telah memperingatkan bahwa risiko bagi kaum minoritas Pakistan telah mencapai tingkat krisis. Tahun 2010, seorang perempaun Kristen dijatuhi hukuman mati karena dakwaan penghujatan. Tahun 2009, di kota Gojra, massa membakar 77 rumah dan menewaskan tujuh orang setelah ada rumor bahwa sebuah kitab suci Alquran telah dinodai.Tahun lalu seorang gadis muda Kristen mendekam tiga minggu di penjara setelah dituduh menghujat. Kasusnya kemudian dicabut tapi gadis itu berserta keluarganya telah bersembunyi sejak itu karena takut akan keamanan nyawa mereka. Pada 2001, 17 orang Kristen tewas dalam serangan terhadap sebuah gereja di Bahawalpur.

All Saints Church, sebuah gereja batu putih bersejarah yang terletak di Peshawar.

Monday, September 16, 2013

Mengapa : Doa Syukur Agung yang Paling Agung ?

Doa Syukur yang Paling Agung

Mengapa : Doa Syukur Agung yang  Paling Agung  ?

Kapan pun dan di mana pun kita dapat bersyukur. Namun, hanya dalam Perayaan Ekaristi kita dapat melambungkan Doa Syukur yang paling tinggi nilainya, doa yang paling agung. Wajarlah jika berdasarkan pemahaman itu, dalam teks Misa berbahasa Indonesia digunakan istilah ”Doa Syukur Agung” (DSA). Suatu terjemahan luwes karena dalam bahasa Latin hanya diungkapkan dengan Prex Eucharistica (Doa Ekaristis).

Doa ini dianggap agung karena melalui DSA secara transubstansiatif terjadilah perubahan roti menjadi Tubuh Kristus dan anggur menjadi Darah Kristus. Doa sakramental yang ditujukan kepada Allah Bapa ini amat suci, karena dilakukan oleh Yesus, dengan kata-kata, tindakan, dan materi simbolis yang dipilihNya
sendiri.

Dari Yesus kepada Bapa
Jantung DSA adalah kata-kata yang diucapkan Yesus pada waktu Perjamuan Malam terakhir. Sumber biblis teks itu adalah Injil Sinoptik. Inilah yang disebut Kisah Institusi, cerita tentang penetapan Ekaristi. Titik pusaran DSA ini diapit unsur-unsur lain.

Beberapa unsur dalam satu rangkaian DSA menjadi ciri keistimewaan doa ini. DSA sudah mulai sejak dialog yang diikuti Prefasi dan ditutup Aklamasi Kudus. Masih terdapat beberapa unsur penting lain yang mengikuti, yakni Epiklesis, Kisah Institusi dengan konsekrasi, Aklamasi Anamnesis, Persembahan, Permohonan, dan Doksologi Penutup dengan Aklamasi Amin (PUMR 79).

Imam, selaku pribadi Kristus, membawakannya sebagai doa dalam bentuk kisah yang disampaikan kepada Allah Bapa, bukan untuk umat yang hadir.
Maka, kurang tepatlah jika imam memperlakukan DSA dengan gaya seperti sedang bercerita kepada umat. Berkontak wajah dengan umat sebagai bentuk
dialog horisontal, percakapan antarsesama. Bahkan dengan mendramatisasi setiap kata, memecahkan hosti atau seolah mengedarkan piala. Bukan begitu.
Ini adalah komunikasi vertikal antara Yesus, bersama Gereja, dengan Allah Bapa.

Sebagai Gereja yang mengucap syukur, kita bercerita kepada Allah bukan karena Ia tidak tahu atau lupa. Namun, karena kita mau meyakinkan dan menyenangkan Allah bahwa kita selalu mengenangkan kisah agung tentang PutraNya dalam Perjamuan Malam Terakhir.

Beberapa norma

Agar doa yang paling agung ini tetap bermartabat luhur, Gereja pun mengawalnya dengan aturan ketat untuk pemakaiannya. Yang boleh dipakai hanya DSA yang telah disahkan oleh Takhta Apostolik, dan sesuai dengan cara serta persyaratan yang ditentukan olehnya. Paus Yohanes Paulus II secara
keras mengingatkan: ”Tidak ada toleransi terhadap imam-imam yang merasa berhak menyusun DSAnya sendiri.” Di tengah banyaknya penyelewengan
yang terjadi, umat boleh terus berharap agar dapat menyaksikan keteladanan para gembalanya yang setia menjunjung norma dan mengupayakan keagungan
DSA ini demi keutuhan dan kebersamaan sebagai Gereja semesta.

Tidak diperkenankan juga mengubah teks yang telah disahkan itu, atau memperkenalkan teks lain karya pribadi tertentu (RS 51). Termasuk di sini
larangan menyisipkan doa atau lagu pada saat Tubuh dan Darah Kristus diangkat, ditunjukkan kepada umat. Ketika DSA dilambungkan oleh imam, “tidak boleh dibawakan doa lain atau nyanyian, juga tidak boleh dimainkan alat musik” (PUMR 32).

Doa ini dilakukan oleh imam selebran. Hanya imam yang diperkenankan membawakan DSA, diakon dan awam tidak (KHK, kan 907). Kebiasaan melibatkan umat bergantian dengan imam atau bersama-sama membacakan DSA adalah kesalahan besar (RS 52).

Partisipasi aktif umat tidak diabaikan. Sebenarnya umat selalu terlibat aktif dan tidak perlu pasif, karena dengan berdiam diri dan mengikuti apa yang terjadi di altar, umat memadukan diri dengan imam selebran dalam iman dan doa batin. Umat pun menggabungkan diri dalam DSA dengan menjawab dialog dan menyerukan aklamasiaklamasinya. Setiap peraya tetap melakoni perannya.

Christophorus H. Suryanugraha OSC - See more at: http://www.hidupkatolik.com/2012/09/03/doa-syukur-yang-paling-agung#sthash.BSzu7QGY.dpuf

Source : hidupkatolik.com

Mengaku Dosa lewat Teknologi Informatika, bolehkah ?



Mengaku Dosa lewat Teknologi Informatika, bolehkah ?


Membaca Romo Koko pada HIDUP No 10, 6 Maret 2011, saya bertanya apakah memang Gereja sudah mengizinkan pengakuan dosa melalui internet, email atau bahkan melalui telpon? Bukankah adanya kamera memungkinkan komunikasi yang lebih riil untuk pengakuan dosa? Mengapa akhir-akhir ini banyak dibicarakan pengakuan dosa melalui internet? Mohon penjelasan.

Verawati Girsang, 0818375xxx

Pertama, Gereja Katolik tetap tidak mengizinkan pengakuan dosa melalui teknologi informatika, baik itu iPhone, iPad, iPod, email atau telpon. Adanya kamera juga tidak mengubah peraturan ini. Sakramen Pengakuan Dosa atau Rekonsiliasi boleh diberikan hanya melalui perjumpaan langsung antarpribadi.

Gereja memandang bahwa untuk pemberian Sakramen Rekonsiliasi perlu ada perjumpaan pribadi denganTuhan. Perjumpaan pribadi yang demikian ini, tidak bisa diwakili oleh peralatan teknologi informatika manapun. Perjumpaan pribadi ini haruslah tetap melalui pertemuan langsung secara pribadi dengan imam. Paus Benediktus XVI mengatakan: ”Sangat penting selalu diingat, bahwa kontak virtual tidak bisa dan tidak seharusnya menjadi pengganti dari kontak manusiawi langsung dengan orang-orang pada semua tingkatan masyarakat kita.”

Katekismus kita mengajarkan: ”Pengakuan dosa secara lengkap dan pengampunan perorangan, tetap merupakan jalan biasa satu-satunya untuk pendamaian umat beriman dengan Allah dan dengan Gereja, kecuali pengakuan dosa semacam itu tidak mungkin atau secara fisik atau secara moral” (OP31).

Untuk itu, ada alasan-alasan kuat. Kristus bertindak dalam setiap sakramen. Ia mendekati secara pribadi setiap pendosa: ”Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni” (Mrk 2:5). Ia adalah Dokter yang berpaling kepada setiap orang sakit secara tersendiri, yang membutuhkan-Nya, supaya menyembuhkannya. Ia membangunkan semua orang sakit dan menggabungkan mereka lagi ke dalam persekutuan persaudaraan. Dengan demikian, pengakuan pribadi adalah bentuk perdamaian yang paling nyata untuk perdamaian dengan Allah dan Gereja” (KGK 1484).

Penekanan pada aspek pribadi yang utuh juga dinyatakan dalam Hukum Gereja: ”Pengakuan pribadi dan utuh serta absolusi merupakan cara biasa satu-satunya, dengannya orang beriman yang sadar akan dosa beratnya diperdamaikan kembali dengan Allah dan Gereja; hanya ketidakmungkinan fisik atau moril saja membebaskannya dari pengakuan semacam itu, dalam hal itu rekonsiliasi dapat diperoleh juga dengan cara-cara lain” (KHK Kan 960).

Kedua, pembicaraan gencar tentang pengakuan dosa melalui internet dipicu oleh peluncuran sebuah program aplikasi oleh Apple yang bernama ”Confession: A Roman Catholic App.” Program ini dikembangkan oleh Patrick Leinen. Program ini adalah alat bantu untuk melalukan pemeriksaan batin sebelum melakukan pengakuan dosa, dan juga menjelaskan tentang tata cara melakukan Sakramen Pengakuan Dosa itu. Maka, program ini bisa sangat membantu seseorang untuk memperoleh pengampunan dosa, yaitu sebagai persiapannya yang rinci. Bagaimanapun, program ini hanyalah alat bantu. Alat bantu ini tidak bisa menggantikan pengakuan lisan melalui perjumpaan pribadi. 

Pastor Dr Petrus Maria Handoko CM - HidupKatolik.com


( Kiriman dari Rm Inno Ngutra Via FB )

Wednesday, September 11, 2013

Paus Fransiskus Ganti Mobil Mewah dengan Mobil Bekas


VATIKAN � Paus Fransiskus kembali menunjukkan sikapnya yang sederhana. Dia mengganti mobil mewah yang selama ini dikendarainya dengan mobil bekas.

Sang Paus menerima mobil bekas tersebut dari seorang pastor bernama Renzo Zocca. Dia mengaku terkejut Paus Fransiskus senang mendapat mobil bekas miliknya.

�Saya sangat terkejut. Saya sampai susah bernafas,� ujar Zocca, seperti dikutip AFP, Rabu (11/9/2013).

Zocca menerangkan, mobil bekas miliknya bertipe Renault 4. Mobil itu telah digunakannya selama lebih dari 20 tahun.

Pemimpin Vatikan selama ini menggunakan mobil khusus yang terkenal dengan nama popemobile. Setelah menerima mobil bekas Zocca, Paus Fransiskus lebih memilih mengendarai mobil sendiri daripada disupiri menggunakan popemobile.

�Petugas Vatikan khawatir karena Paus Fransiskus kini menggunakan mobil bekas saya jika ingin bepergian. Saya telah memasang ban khusus sebagai pengamanan jika musim dingin tiba dan jalanan ditutupi salju,�  terang Zocca.

Tuesday, September 10, 2013

Merasa Diintimidasi Guru Agama, Afirdo Takut Masuk Sekolah


Bandung - Afirdo Pakpahan (9) sudah empat hari tak bersekolah. Ia takut masuk sekolah setelah mendapatkan perlakuan tak mengenakan dari guru agama di sekolahnya yang menyuruhnya menghapal salah satu surat Quran. Afirdo bukan seorang muslim.

Kejadian tersebut terjadi pada Rabu (4/9). Afirdo merupakan siswa kelas 4C SDN Leuwigajah Mandiri I. Hari itu ia mengikuti pelajaran agama bersama teman-teman kelasnya. Biasanya ia menunggu di luar atau pulang jika pelajaran agama digelar.

Saat guru agama, Tati keluar kelas ia menitipkan pada KM (Ketua Murid) untuk mencatat siswa yang mengobrol atau keluar dari bangku.

"Waktu minggu kemarin saya pulang. Tapi kemarin enggak boleh pulang," ujar Afirdo saat ditemui di rumahnya di Jalan Cibogo RT 02 RW 07 Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan.

Karena harus mengikuti pelajaran tersebut, Afrido pun bertanya jam berapa pulang. Hal itu membuatnya dicatat oleh temannya sebagai anak yang mengobrol.

Saat guru masuk kelas, daftar anak yang dicatat dipanggil ke depan. Saat itu Afirdo diminta membaca surat Quran. Ia pun mengaku disuruh menghapal surat yang akan dites pada Rabu selanjutnya.

"Saya disuruh baca arab, saya enggak bisa. Jadi enggak baca," katanya.

Saat itu Afirdo mendengar gurunya mengatakan pada dirinya jika bukan Islam, ia akan masuk neraka.

"Kalau bukan islam kamu tahu ngga bisa masuk neraka, cepat tobat nanti masuk neraka," tutur Afirdo menirukan ucapan gurunya saat itu. Ia pun hanya bisa diam saja.

Sementara itu menurut teman sekelas Afirdo, Fauzi (10), guru agama meminta Afirdo menghapal surat Al Falaq. Tapi saat itu tak ada paksaan dari guru agama saat Afirdo menyatakan tak bisa.

Namun Fauzi mengaku memang mendengar kata-kata akan masuk neraka jika bukan muslim dari gurunya itu. "Iya, bilang gitu," kata Fauzi.

Sepulang sekolah, Afirdo menceritakan kejadian tersebut pada ibunya, Kasaria (37). Ia mengaku tak mau pergi sekolah lagi karena takut pada guru agamanya itu.

"Enggak pantas guru begitu. Soal keyakinan kan tidak bisa dipaksa. Nilai agama dia selama ini dapat dari gereja. Sebelum ini tidak ada masalah," katanya.

Ayah Afirdo, Torang pakpahan pun sempat datang ke sekolah, namun menurutnya tidak mendapatkan tanggapan. Wali Kelas anaknya baru menelepon ayah Afirdo tadi pagi dan diberitahu soal masalah tersebut. Selama ini Wali Kelas mengira Afirdo tak masuk karena sakit.

Kasaria berharap ada permintaan maaf dan penjelasan dari sekolah khususnya guru agama tersebut.

"Saya juga pengen anak nyaman sekolah. Kalau begini mungkin pengennya dipindah saja, kasihan soalnya anak saya kalau takut sekolah begini. Dia selama ini enggak pernah bolos sekolah," tuturnya.

Ditemui secara terpisah di SD Leuwigajah Mandiri I, Jalan Sadar Manah, Wali Kelas 4C, Tarmidi mengatakan tidak mengetahui persis bagaimana kejadiannya. Menurutnya kini meski pelajaran Agama Islam, siswa non muslim tidak boleh pulang. Sebab kurikulum saat ini, pelajaran agama itu menyangkut budi pekerti.

"Tapi menurut saya tidak ada pemaksaan. Mungkin hanya meminta untuk tidak pulang," katanya.

Ia justru menyayangkan pihak keluarga yang tidak segera menyampaikan jika ada hal-hal yang tidak berkenan pada sekolah.

"Andaikata ada hal-hal yang kurang mengenakan bisa datang ke sekolah untuk menyampaikan keberatan. Kita kan bisa ubah," tuturnya.

Ia menyayangkan jika Afirdo jadi tak masuk sekolah karena alasan takut pada guru agama. "Guru agama kan hanya masuk seminggu sekali. Ini enggak masuk sudah 4 hari kan kasihan jadi tertinggal," katanya.

Ditemui di Kantor DPRD Kota Cimahi, Kabid Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Cimahi Hartati menuturkan jika mereka telah meminta keterangan dari pihak kepala sekolah dan guru agama yang bersangkutan.

"Intinya, kami sudah mengarahkan pihak sekolah dan guru itu supaya siswa non muslim bisa diarahkan ke perpustakaan atau ruang seni saat ada pelajaran agama kalau tidak boleh pulang," ujar Hartati.

Menurut pengakuan dari guru tersebut, tidak ada pemaksaan yang dilakukan. Meski begitu, guru tersebut menyatakan akan menemui keluarga siswanya untuk meminta maaf dan memberi penjelasan.

"Kita akan melakukan pembinaan pada sekolah," katanya.

Usai menerima aduan dari keluarga siswa, Wakil Ketua Komizi IV Bambang Suprihatin menuturkan jika kasus ini adalah soal etika mengajar.

"Ini lebih pada persoalan harus seperti apa etika mengejar di kelas. Namun kami harus meminta klarifikasi dari pihak sekolah untuk mencari solusi yang ada," tuturnya.

Monday, September 9, 2013

Mengapa Bunda Maria Disebut Bunda Gereja?


Mengapa Bunda Maria Disebut Bunda Gereja?

Bunda Maria disebut sebagai Bunda Gereja karena:
1. Bunda Maria adalah Bunda Kristus Sang Kepala Gereja
Tuhan telah memilih Maria sebagai Bunda Allah; sebab Kristus yang dikandung dan dilahirkannya adalah Allah. Itulah sebabnya di dalam Kitab Suci, Maria disebut sebagai Bunda Allah (lih. Luk 1:43, 35, Gal 4:4). Dengan melahirkan Kristus, Maria juga dapat disebut sebagai Bunda Gereja, karena Kristus sebagai Kepala selalu berada dalam kesatuan dengan Gereja yang adalah anggota- anggota Tubuh-Nya yang memperoleh hidup di dalam Dia.
2. Bunda Maria adalah Hawa Baru yang melahirkan Kristus Sang Hidup yang memberi hidup kepada dunia
Dengan melahirkan Kristus Sang Hidup (Yoh 14:6) yang memberi hidup kepada dunia (Yoh 6:33), Bunda Maria juga secara tidak langsung berperan serta dalam memberikan Hidup kepada dunia. Maria adalah Sang Hawa yang baru, yang daripadanya lahir Kristus, sebagai Adam yang baru (lih. Rom 5:12-21) yang melalui-Nya manusia dapat memperoleh hidup yang kekal. Maka para Bapa Gereja tak ragu untuk mengatakan bahwa Maria adalah “bunda mereka yang hidup” dan mengkontraskannya dengan Hawa, dengan menyatakan “maut melalui Hawa, hidup melalui Maria.” (Konsili Vatikan II, Lumen Gentium 56)
3. Bunda Maria tidak pernah terpisah dari Kristus dan Gereja
Oleh ketaatan  Bunda Maria dan atas kuasa Roh Kudus, Kristus menjelma menjadi manusia dalam rahim Bunda Maria. Kristus mengambil apapun untuk pertumbuhan tubuh jasmani-Nya dari tubuh Bunda Maria. Selanjutnya, Gereja yang adalah Tubuh Kristus, dibentuk oleh Yesus dari darah dan air yang keluar dari sisi/ lambung-Nya, serupa dengan dibentuknya Hawa dari sisi/ tulang rusuk Adam. Dengan demikian, terlihatlah betapa tak terpisahkannya hubungan antara Yesus, Maria dan Gereja. Walaupun Kristus dilahirkan oleh Bunda Maria, namun  ini tidak menjadikan Bunda Maria lebih utama dari Kristus; sebab yang menjadi Kepala Tubuh (Kepala jemaat) adalah Kristus (Kol 1:18; Ef 5:23). Bunda Maria adalah anggota Tubuh-Nya yaitu Gereja-Nya. Namun demikian, Maria adalah anggota yang istimewa, justru karena ketaatannya yang ‘mendahului’ anggota Tubuh-Nya yang lain; dan karena dengan ketaatannya ini rencana Allah tergenapi. Kesatuan antara Kristus, Bunda Maria dan Gereja, menjadikan Bunda Maria tidak terpisahkan dari Kristus dan Gereja; sehingga ia bukan saja menjadi Bunda Allah, namun juga adalah BundaGereja, yaitu Bunda umat beriman. Sebab setelah kenaikan Yesus ke surga, Bunda Maria membantu permulaan Gereja dengan doa-doanya, dan setelah ia sendiri diangkat ke surga, Bunda Maria tetap menyertai Gereja dengan doa-doanya.
4. Bunda Maria terdepan dalam perjalanan iman dan menjadi teladan bagi Gereja
Sebagaimana iman Abraham menandai permulaan Perjanjian Lama, iman Maria pada saat menerima Kabar Gembira menandai dimulainya Perjanjian Baru. Sebab seperti Abraham berharap dan percaya, saat tak ada dasar untuk berharap (lih. Rom 4:17) bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, demikian pula Maria, setelah menyatakan kaul keperawanannya (“Bagaimana ini mungkin terjadi, sebab saya tidak bersuami?”), percaya bahwa oleh kuasa Allah yang Maha Tinggi, ia akan menjadi ibu Sang Putera Allah (lih. Luk 1:35).
Ketaatan iman Bunda Maria mencapai puncaknya pada saat ia mendampingi Kristus, sampai di bukit Golgota, di saat hampir semua murid-Nya meninggalkan Dia. Bunda Maria tegar berdiri di kaki salib Kristus, dan turut mempersembahkan Dia di hadapan Allah Bapa. Bunda Maria melihat sendiri kesengsaraan Putera-nya Yesus Kristus yang melampaui segala ungkapan, untuk menebus dosa-dosa manusia. Di kaki salib-Nya, Bunda Maria melihat sendiri apa yang nampaknya seperti pengingkaran total dari apa yang dikatakan oleh Malaikat Gabriel saat memberikan Kabar Gembira, “Ia akan menjadi besar … Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan” (Luk 1:22-23). Namun di kaki salib itu, yang dilihatnya adalah penderitaan Putera-nya yang tak terlukiskan, “Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan … ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia …” (lih. Yes 53:3-5). Meskipun demikian, Bunda Maria tetap setia dan menyertai Kristus.
5. Yesus memberikan Maria agar menjadi ibu bagi murid-murid-Nya, yaitu Gereja-Nya
Sesaat sebelum wafat-Nya, Tuhan Yesus memberikan Bunda Maria kepada Yohanes, murid yang dikasihi-Nya. “Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada  ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu” kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya, “Inilah ibumu!” Dan sejak itu murid itu [Yohanes] menerima dia [Bunda Maria] di dalam rumahnya” (Yoh 19: 26-27). Kita ketahui bahwa pesan ini adalah salah satu dari ketujuh perkataan Yesus sebelum wafat-Nya dan pastilah ini merupakan pengajaran yang penting. Gereja Katolik selalu memahami ucapan tersebut, sebagai kehendak Yesus yang mempercayakan Ibu-Nya kepada kita semua para murid-Nya, yang diwakili oleh Rasul Yohanes. Sama seperti Yohanes Pembaptis menyebutkan sesuatu yang penting tentang Yesus dengan berkata, “Lihatlah Anak Domba Allah”/ Behold, the Lamb of God (Yoh 1:29) untuk diterima sebagai kebenaran bagi semua umat beriman; maka Tuhan Yesus juga menyebutkan hal yang penting tentang Bunda Maria, dengan berkata kepada para murid-Nya,” Inilah ibumu!”/ Behold, your mother!, agar kita umat beriman juga dapat menerimanya sebagai kebenaran. Ya, Bunda Maria adalah ibu kita, sebab Tuhan Yesus memberikannya kepada kita umat beriman, untuk kita kasihi, kita hormati dan kita ikuti teladannya, agar kita dapat masuk dalam Kerajaan Surga dan beroleh mahkota kehidupan.

Dasar Kitab Suci

  • Yoh 19:26-27: Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Inilah ibumu!”
  • Why 12:17: Anak-anak “perempuan itu” adalah mereka yang mengikuti Yesus Kristus.
  • Yoh 2:3,7: Yesus membiarkan ibu-Nya memohonkan pertolongan bagi mereka yang membutuhkan.
  • Kis 1:14: Bunda Maria turut bertekun berdoa bersama dengan para rasul menantikan kedatangan Roh Kudus di hari Pentakosta, yang menandai hari kelahiran Gereja.

Dasar Tradisi Suci

  • Origen (244): Putera Maria hanya Yesus sendiri; dan ketika Yesus berkata kepada Ibu-Nya, “Lihatlah, anakmu,” seolah Ia berkata, “Lihatlah orang ini adalah Yesus sendiri, yang engkau lahirkan.” Sebab setiap orang yang dibaptis, hidup tidak lagi dirinya sendiri, tetapi Kristus hidup di dalamnya. Dan karena Kristus hidup di dalamnya, perkataan kepada Maria ini berlaku baginya, “Lihatlah anakmu- Kristus yang diurapi.” (Origen, Commentary on John I,4, 23, PG 14, 32)
  • St. Ephrem dari Syria (306- 373): “Kelahiran-Mu yang ilahi, O Tuhan, melahirkan semua ciptaan;
    Umat manusia dilahirkan kembali darinya [Maria], yang melahirkan Engkau.
    Manusia melahirkan Engkau di dalam tubuh; Engkau melahirkan manusia di dalam roh…” (St. Ephrem, Hymn 3 on the Birth of the Lord, v.5., ed. Lamy, II, pp 464 f)
  • St. Agustinus (416): “Maria adalah sungguh ibu dari anggota- anggota Kristus, yaitu kita semua. Sebab oleh karya kasihnya, umat manusia telah dilahirkan di Gereja, [yaitu] para umat beriman yang adalah Tubuh dari Sang Kepala, yang telah dilahirkannya ketika Ia menjelma menjadi manusia.” (St. Augustine, De sancta virginitate, 6 (PL 40, 399)

Dasar Magisterium Gereja

  • Paus Pius X (1903- 1914): “Bukankah Maria adalah Bunda Yesus? Oleh karena itu ia adalah bunda kita juga…. Maria yang mengandung Sang Juruselamat dalam rahimnya, dapat dikatakan juga mengandung mereka yang hidupnya terkandung di dalam hidup Sang Juruselamat. Karenanya, kita semua … telah dilahirkan dari rahim Maria sebagai tubuh yang bersatu dengan kepalanya. Oleh karena itu, dalam pengertian rohani dan mistik, kita disebut sebagai anak- anak Maria, dan ia adalah Bunda kita semua.” (Paus Pius X, Ad diem illum Laetissimum)
  • Katekismus Gereja Katolik: 964, 695, 697-690.
KGK 964    Tugas Maria terhadap Gereja tidak bisa dipisahkan dari persatuannya dengan Kristus, tetapi langsung berasal darinya. “Adapun persatuan Bunda dengan Puteranya dalam karya penyelamatan itu terungkap sejak saat Kristus dikandung oleh santa Perawan hingga wafat-Nya” (LG 57). Hubungan ini terutama tampak dalam saat sengsara-Nya.”Demikianlah santa Perawan juga melangkah maju dalam penziarahan iman. Dengan setia ia mempertahankan persatuannya dengan Puteranya hingga di salib, ketika ia – sesuai dengan rencana Allah – berdiri di dekat-Nya. Di situlah ia menanggung penderitaan yang dahsyat bersama dengan Puteranya yang tunggal. Dengan hati keibuannya ia menggabungkan diri dengan kurban-Nya, dan penuh kasih menyetujui persembahan kurban yang dilahirkannya. Dan akhirnya oleh Yesus Kristus itu juga, menjelang wafat-Nya di kayu salib, ia dikaruniakan kepada murid menjadi Bundanya dengan kata-kata ini: Wanita, inilah anakmu (lih. Yoh 19:26-27)” (LG 58).
KGK 965     Sesudah anaknya naik ke surga, Maria “menyertai Gereja pada awal mula dengan doa-doanya” (LG 69). Bersama dengan para Rasul dan beberapa wanita, “kita melihat pula Maria memohon anugerah Roh dengan doa-doanya, Roh yang sudah menaunginya di saat ia menerima warta gembira” (LG 59).
KGK 967    Karena ia menyetujui secara penuh dan utuh kehendak Bapa, karya penebusan Putera dan setiap dorongan Roh Kudus, maka Perawan Maria adalah contoh iman dan cinta bagi Gereja. Oleh karena itu, ia “adalah anggota Gereja yang maha unggul dan sangat khusus” (LG 53); ia tampil sebagai “citra Gereja” [ecclesiae typus] (LG 63).
KGK 968    Tugasnya terhadap Gereja dan seluruh umat manusia masih lebih besar lagi. “Ia secara sungguh istimewa bekerja sama dengan karya Juru Selamat, dengan ketaatannya, iman, pengharapan, serta cinta kasihnya yang berkobar, untuk membaharui hidup adikodrati jiwa-jiwa. Oleh karena itu dalam tata rahmat ia menjadi Bunda kita” (LG 61).
KGK 969    “Adapun dalam tata rahmat itu peran Maria sebagai Bunda tiada hentinya terus berlangsung, sejak persetujuan yang dengan setia diberikannya pada saat Warta Gembira, dan yang tanpa ragu-ragu dipertahankannya di bawah salib, hingga penyempurnaan kekal semua para terpilih. Sebab sesudah diangkat ke surga, ia tidak meninggalkan peran yang membawa keselamatan itu, melainkan dengan aneka perantaraannya ia terus-menerus memperolehkan bagi kita karunia-karunia yang menghantar kepada keselamatan kekal… Oleh karena itu di dalam Gereja santa Perawan disapa dengan gelar: pengacara, pembantu, penolong, dan perantara” (LG62).
KGK 970    “Adapun peran keibuan Maria terhadap umat manusia sedikit pun tidak menyuramkan atau mengurangi pengantaraan Kristus yang tunggal itu, melainkan justru menunjukkan kekuatannya. Sebab segala pengaruh santa Perawan Maria yang menyelamatkan manusia… berasal dari kelimpahan pahala Kristus. Pengaruh itu bertumpu pada pengantaraan-Nya, sama sekali tergantung daripadanya, dan menimba segala kekuatannya daripadanya” (LG 60). “Sebab tiada makhluk satu pun yang pernah dapat disejajarkan dengan Sabda yang menjelma dan Penebus kita. Namun seperti imamat Kristus secara berbeda-beda ikut dihayati oleh para pelayan (imam) maupun oleh umat beriman, dan seperti satu kebaikan Allah dengan cara yang berbeda-beda pula terpancarkan secara nyata dalam makhluk-makhluk, begitu pula satu-satunya pengantaraan Penebus tidak meniadakan, melainkan membangkitkan pada makhluk-makhluk aneka bentuk kerja sama yang berasal dari satu-satunya sumber” (LG 62).

Ajaran pendiri gereja Protestan

  • Martin Luther, pendiri gereja Protestan juga mengajarkan bahwa Bunda Maria adalah Bunda Gereja: “Bunda Maria adalah Bunda Yesus dan bunda kita semua. Kalau Kristus adalah milik kita, kita harus berada di mana Ia berada; dan semua yang menjadi milik-Nya pasti menjadi milik kita, dan oleh karena itu ibu-Nya juga adalah ibu kita.” (Luther Works, (Weimar edition), 29:655:26-656:7)
    “Kita semua adalah anak- anak Maria.” (Luther Works, (Weimar edition), 11:224:8)
Source : katolisitas.org

Sunday, September 8, 2013

Mengapa Yesus memilih salib untuk menebus dosa manusia?


Mengapa Yesus memilih salib untuk menebus dosa manusia?


Pernahkan kita berfikir mengapa Yesus memilih penderitaan yang begitu berat sampai akhirnya mati di kayu salib untuk menyelamatkan manusia? Apakah tidak ada cara lain yang lebih mudah? St. Thomas Aquinas dalam Summa Theologica, Part III, q. 46. a 1 menjelaskan jawaban untuk pertanyaan “Apakah menjadi keharusan bagi Kristus untuk menderita [di salib] untuk menebus umat manusia?” Berikut ini adalah terjemahannya: (Silakan membaca selengkapnya dalam bahasa Inggris di link ini, silakan klik)
Keberatan 1: Kelihatannya tidak perlu bagi Kristus untuk menderita untuk menyelamatkan umat manusia. Sebab umat manusia tidak dapat dibebaskan kecuali oleh Allah…. dan tak ada satupun yang dapat mengharuskan Tuhan, sebab ini merupakan hal yang tidak sesuai dengan kemahakuasaan Tuhan. Maka kelihatannya tidak perlu Yesus menderita.
Keberatan 2: Apa yang merupakan keharusan adalah bertentangan dengan apa yang dilakukan tanpa paksaan. Kristus menderita karena kehendak-Nya sendiri, sebab tertulis, “Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.” (Yes 53:7). Yesus mempersembahkan diri-Nya atas kehendak sendiri. Maka kelihatannya tidak menjadi keharusan bagi Yesus untuk menderita disalib.
Keberatan 3: Selanjutnya, tertulis, “Segala jalan Tuhan adalah kasih setia dan kebenaran” (Mzm 25:10). Tapi kelihatannya tidak perlu bahwa Ia harus menderita, sebab di pihak-Nya sebagai Kerahiman Ilahi, Ia akan memberikan karunia-karunia dengan tanpa syarat, maka kelihatannya dapat diterima bahwa tidak perlu diadakan semacam “pembayaran hutang dosa”, dan juga di pihak Keadilan Ilahi, di mana manusia memang layak menerima hukuman yang kekal. Maka kelihatannya tidak perlu Kristus menderita untuk membebaskan manusia dari dosa.
Keberatan 4: Selanjutnya, kodrat malaikat yang lebih sempurna dari manusia… Tetapi Kristus tidak menderita untuk memperbaiki kodrat malaikat yang berdosa. Maka, kelihatannya, demikian juga tidak perlu Kristus menderita di salib bagi manusia.
Sebaliknya, tertulis (Yoh 3:14-15): “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.”
Saya menjawab bahwa ….. terdapat beberapa arti terhadap kata “keharusan”. Di satu sisi itu berarti dimana kodratnya yang menentukan demikian; dan dalam hal ini maka nyata bahwa memang bukan keharusan, baik dari pihak Allah maupun dari pihak manusia bahwa Kristus harus menderita. Namun di sisi yang lain sesuatu dapat menjadi keharusan dari sesuatu sebab yang di luar dari dirinya; dan jika ini terjadi, ini adalah sebab yang efisien atau yang menggerakkan, sehingga dapat membawa semacam keharusan ….. Maka walaupun tidak menjadi keharusan bagi Kristus untuk menderita, jika dipandang dari keharusan yang memaksa, karena dari pihak Allah tidak ada yang memaksa-Nya, dan dari pihak Kristus, karena Dia menyerahkan diri-Nya dengan rela. Namun, dapat dikatakan bahwa penderitaan Kristus adalah suatu suatu keharusan, jika dilihat dari akhir/ tujuan maksudnya. Dan ini dilihat dalam tiga hal:
1. Dari sudut pandang kita yang dibebaskan oleh Sengsara-Nya sesuai dengan Yoh 3:14-15: Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.”
2. Dari sisi Kristus, yang menerima kemuliaan-Nya melalui kerendahan Sengsara-Nya, dalam Luk 24:26: “Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?”
3. Dari sisi Tuhan Allah Bapa, yang telah menentukan terlaksananya nubuat dalam Perjanjian Lama, seperti tertulis dalam Luk 22:22, “Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan…”Ia berkata kepada mereka: “Inilah perkataan-Ku, …., yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur. Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga.” (Luk 24:44-46). (Silakan membaca lebih lanjut tentang Yesus yang telah dinubuatkan oleh para nabi, di sini, silakan klik)
Jawaban terhadap keberatan 1: Ini adalah argumen berdasarkan keharusan dari pihak Allah, dan seperti telah disebutkan di atas, tidak ada keharusan dalam hal ini.
Jawaban terhadap keberatan 2: Ini adalah argumen berdasarkan keharusan dari pihak Kristus sebagai manusia, dan seperti telah disebutkan di atas, tidak ada keharusan dalam hal ini.
Jawaban terhadap keberatan 3: Bahwa manusia harus dibebaskan oleh Sengsara Kristus adalah sesuai dengan kasih setia Tuhan dan keadilan-Nya. Dengan keadilan-Nya sebab dengan Sengsara Kristus maka Kristus menebus (membayar lunas) dosa-dosa umat manusia dan manusia dibebaskan oleh keadilan Tuhan: dan dengan belas kasih-Nya sebab karena manusia sendiri tidak dapat menebus dosa dari semua kodrat manusia, menurut Rom 3:24-25, “dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya.” Dan belas kasih Tuhan akan semakin terlihat nyata daripada pengampunan dosa tanpa penebusan melalui kayu Salib. Oleh karena itu dikatakan, “Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita…” (Ef 2:4-5)
Jawaban untuk Keberatan 4: Dosa dari para malaikat adalah sesuatu yang tak dapat diobati, namun tidak demikian dengan dosa manusia pertama (lihat Summa Theologica, I, q. 64, a. 2)
Dengan melihat uraian di atas, maka memang sebenarnya bukan menjadi suatu keharusan mutlak bagi Kristus untuk menderita di salib bagi kita, namun memang itulah yang dipilih-Nya, dan ini sudah direncanakan-Nya sejak awal mula dunia. Sebab Allah sudah mengetahui segala sesuatunya, bahwa manusia pertama akan jatuh dalam dosa, dosa asal inilah yang akan diturunkan kepada semua umat manusia, dan karena manusia tak dapat menebus dosanya sendiri, maka Allah memutuskan untuk mengutus Putera-Nya sendiri untuk menebus dosa manusia dengan sengsara-Nya di kayu salib. Penderitaan yang tak terlukiskan di kayu salib tersebut adalah bukti kasih Allah yang tiada terbatas, dan juga bukti keadilan yang sempurna, yang menunjukkan kejamnya akibat dosa, yang harus dipikul oleh Kristus, untuk membebaskan kita manusia dari belenggu dosa. Maka walaupun setetes darah-Nya sebenarnya cukup untuk menebus seluruh dosa manusia, namun Yesus justru mau menyatakan yang lebih sempurna dan “superabundant” daripada itu. Sebab Ia mau menunjukkan kasih yang melebihi dari apa yang disyaratkan, kasih yang mengatasi segalanya. Kerendahan hati Yesus yang ditunjukkan-Nya dengan kerelaan-Nya menjadi manusia dan menderita di kayu salib merupakan “obat penawar”/antidote bagi dosa asal Adam, yaitu kesombongan ingin menjadi/ menyamai Allah. Ketaatan Kristus terhadap kehendak Allah Bapa menawarkan ketidak-taatan Adam kepada Allah (lih. Rom 5:19). Semoga dengan menghayati hal ini, kita semakin menghargai pengorbanan Kristus di kayu Salib, dan berusaha sedapat mungkin menjauhkan diri kita dari dosa yang memisahkan kita dari Allah.
Source : katolisitas.org

Dosa apakah yang ditebus oleh Yesus di kayu salib?



Dosa apakah yang ditebus oleh Yesus di kayu salib?



  1. KGK, 813 , “The Church is one because of her source: “the highest exemplar and source of this mystery is the unity, in the Trinity of Persons, of one God, the Father and the Son in the Holy Spirit.” The Church is one because of her founder: for “the Word made flesh, the prince of peace, reconciled all men to God by the cross, . . . restoring the unity of all in one people and one body.”
    Gereja itu satu menurut asalnya. “Pola dan prinsip terluhur misteri itu ialah kesatuan Allah tunggal dalam tiga Pribadi, Bapa, Putera, dan Roh Kudus” (UR 2). Gereja itu satu menurut Pendiri-Nya. “Sebab Putera sendiri yang menjelma telah mendamaikan semua orang dengan Allah [melalui Salib], dan mengembalikan kesatuan semua orang dalam satu bangsa dan satu tubuh” (GS 78,3).
    Catatan: saya tidak tahu kenapa [by the cross] tidak ada di terjemahan Katekismus Gereja Katolik bahasa Indonesia. Mungkin harus mengecek bahasa aslinya.
  2. KGK, 1505 – “….Di kayu salib Kristus menanggung seluruh beban kejahatan. Ia “menghapus dosa dunia” (Yoh 1:29), yang adalah sebab bagi penyakit. Oleh sengsara dan wafat-Nya di kayu salib, Kristus memberi arti baru kepada penderitaan: Ia dapat membuat kita menyerupai-Nya dan dapat menyatukan kita dengan sengsara-Nya yang menyelamatkan.
  3. KGK, 1741 – “Pembebasan dan keselamatan. Dengan salib-Nya yang mulia, Kristus telah memperoleh keselamatan bagi semua manusia. Ia telah membebaskan mereka dari dosa yang membelenggu mereka. “Kristus telah memerdekakan kita” (Gal 5:1). Di dalam Dia kita mengambil bagian dalam “kebenaran” yang memerdekakan (Yoh 8:32). Kepada kita diberi Roh Kudus, dan “di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan” (2 Kor 3:17), demikian santo Paulus mengajarkan. Sejak sekarang kita bermegah bahwa “kita telah masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah” (Rm 8:21).
  4. KGK 1992 – “Pembenaran diperoleh bagi kita melalui sengsara Kristus, yang menyerahkan Diri di salib sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah dan yang darah-Nya telah menjadi alat pemulih bagi dosa semua manusiaPembenaran diberi kepada kita melalui Pembaptisan, Sakramen iman. Ia menjadikan kita serupa dengan kebenaran Allah, yang membenarkan kita secara hatin melalui kekuasaan betas kasihan-Nya. Tujuan pembenaran ialah kemuliaan Allah dan Kristus demikian juga anugerah kehidupan abadi.
  5. KGK, 2305 – “Perdamaian duniawi adalah gambaran dan hasil perdamaian Kristus, Sang “Raja damai” mesianis (Yes 9:5). Melalui darah-Nya yang tertumpah di salib, Ia telah “melenyapkan perseteruan di dalam diri-Nya” (Ef 2:16)memperdamaikan manusia dengan Allah dan membuat Gereja-Nya menjadi Sakramen kesatuan umat manusia dan persatuannya dengan Allah. “Ialah perdamaian kita” (Ef 2:14). Yesus menamakan “bahagia, orang yang membawa damai
Dari sini, maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa:
  1. Salib Kristus menyatukan manusia dan mendamaikan manusia dengan Tuhan. Tanpa salib, maka hubungan manusia yang terputus dengan Tuhan karena dosa, tidak mungkin tersambung. Dan inilah sumber keselamatan umat manusia.
    Dengan pengorbanan Kristus di kayu salib, Dia menghapus seluruh dosa umat manusia (KGK, 1505) dan juga pengorbanan tersebut adalah alat pemulih bagi dosa semua manusia (KGK, 1992).
    Ini berarti jalan telah dibukakan, dosa telah ditanggung oleh Kristus, maka yang dilakukan oleh Tuhan adalah menawarkan jalan keselamatan ini kepada manusia. Dan kalau manusia menerima jalan keselamatan ini, maka tanggapan ini diwujudkan dalam Sakramen Baptis (KGK, 1992).
  2. Misteri Paska (kehidupan, penderitaan, kematian, dan kebangkitan) Kristus adalah menjadi sumber bagi semua Sakramen.
  3. Untuk menjawab pertanyaan Phill, maka kita harus membedakan “definisi sebabatau cause“, dimana dikenal: 1) “instrumental cause” dan “principal cause” (lih. St. Thomas Aquinas, ST, III, q.64, a.1). Mungkin di bagian ini, saya tidak ingin terlalu membahas istilah-istilah yang sangat teknikal di dalam teologi dan filsafat. Secara prinsip, instrumental cause disebabkan oleh principal cause dan principal causeselalu lebih besar dari instrumental cause, karena penyebab (cause) selalu lebih besar dari efek (effect). Sebagai contoh, pada saat seorang artis melukis, makainstrumental cause-nya adalah kuas. Namun kuas ini tidak dapat melakukan atau menghasilkan apapun, kalau tidak digerakkan oleh sang seniman. Sang seniman ini adalah principal cause. Sebaliknya principle cause memerlukan kuas untuk memberikan efek yang diinginkan, yaitu lukisan. Apakah sang seniman dapat memilih alat yang berbeda selain kuas? Mungkin saja, namun ini adalah kehendak bebas dari Sang Seniman. Demikian juga dengan Sakramen. Apalah berkat pengampunan dapat terjadi tanpa sakramen? Bisa saja, namun Yesus sendiri telah menetapkan tujuh Sakramen untuk memberikan berkat-Nya yang mengalir dari misteri Paska.
  4. Mari kita menerapkannya ke dalam pertanyaan Phill. Paska misteri, termasuk adalah salib, menjadi principal cause dari semua Sakramen. Tanpa misteri Paska, maka tidak ada berkat yang tercurah di dalam Sakramen, karena berkat di dalam Sakramen adalah karena hasil pengorbanan Kristus di kayu Salib. Jadi kalau Sakramen Baptis adalah menghapus dosa asal, maka kematian Yesus di kayu salib adalah principal cause dari semua efek yang dihasilkan oleh Sakramen Baptis. Kalau Sakramen Tobat menghapuskan dosa ringan dan berat, maka kematian Yesus di kayu Salib adalah principal cause dari berkat pengampunan, dimana tanpa Paska Misteri, maka berkat pengampunan tidak akan tercurah dalam Sakramen Tobat.
  5. Oleh karena itu, tepatlah kalau kita mengatakan bahwa dengan pengorbanan Kristus di kayu Salib, maka dosa kita ditanggung oleh-Nya, baik dosa asal, maupun dosa yang lain. Karena Tuhan tidak dibatasi oleh waktu, maka dosa seluruh  umat manusia, dari Adam sampai manusia terakhir – sebelum kedatangan Kristus, pada saat Kristus hidup, dan setelah kematian Kristus – ditanggung oleh Kristus.
Demikian jawaban singkat yang dapat saya sampaikan, semoga dapat berguna. Mari kita bersama-sama mengenang kembali pengorbanan Kristus dalam setiap Sakramen yang kita terima, terutama adalah Sakramen Ekaristi dan Sakramen Tobat. Dan mari kita bersama-sama memasuki masa Pra-Paskah dengan pertobatan.
Salam kasih dalam Kristus Yesus,
stef –
Source : katolisitas.org

Recent Post