Latest News

Wednesday, October 30, 2013

Penampakan Yesus dan Bunda Maria di Google Earth


Walensee - Gambaran seperti sosok Yesus dan Bunda Maria muncul di Google Earth. Figur Yesus dan Bunda Maria itu terlihat seperti berada di atas awan.

Gambar menakjubkan yang terlihat di layanan pencitraan satelit itu menunjukkan sang Mesias didampingi oleh ibunya Bunda Maria, seperti dilansir situs mirror.co.uk, Selasa (29/10).

Sosok yang tampak lebih gelap, yang dikatakan sebagai Yesus dapat dilihat di sebelah kiri. Sementara sosok Bunda Maria, yang terlihat berwarna putih dan merah muda, berada di sebelah kanannya.

Figur Bunda Maria bahkan terlihat seakan diselubungi gaun yang melambai dengan kepala tertunduk dan posisi tangan seperti sedang berdoa.

Gambar itu tertangkap oleh Google Earth di atas sebuah kendaraan melaju dengan pencitraan di sepanjang jalan tol A5 di dekat Walensee, danau terbesar di Swiss.

Penampakan di era modern ini bukan kali pertama terjadi, sebelumnya sebuah awan berwarna jingga muncul di langit Florida Royal Beach, Amerika Serikat, beberapa jam setelah Paus Fransiskus terpilih.

Sebelumnya juga pernah terjadi pemandangan yang unik, ketika Paus Benediktus XVI memutuskan untuk mundur dari jabatannya, cuaca di Vatikan yang tadinya cerah menjadi mendung dan tiba-tiba petir menyambar kubah St. Peter Basilika.

Selain itu, Malaysia juga pernah dihebohkan oleh penampakan Bunda Maria. Sosok menyerupai Bunda Maria muncul di sebuah jendela di Rumah Sakit Sime Darby, di Kota Subang Jaya, Negara Bagian Selangor, Malaysia.

Apa makna dari penampakan-penampakan ini? Hanya Dia yang tahu.

FPI: Menolak Lurah Susan dan Lurah Grace Harga Mati! Lurah Grace No Comment


JAKARTA - Front Pembela Islam (FPI) menyatakan penolakan mereka terhadap kepemimpinan Lurah Lenteng Agung, Susan Jasmine Zulkifli. Menurut FPI, daerah yang dipimpin Lurah Susan mayoritas berkeyakinan Islam sehingga tidak mungkin Susan mewakilkan aspirasi warga dalam kegiatan keagamaan.

"(FPI) Sangat menolak. Harga mati FPI Jaksel menolak keras adanya Lurah Susan," kata Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Front Pembela Islam (FPI) DKI Jakarta, Habib Novel Bamu'min, Sabtu (26/10/2013).

Beberapa poin yang menjadi dasar penolakan Lurah Susan, lanjut Novel, yakni karena Lenteng Agung mayoritas didiami oleh umat Muslim. Selama ini, kepemimpinan lurah di sana belum pernah dipegang lurah yang beragama non muslim. "Karena memang belum pernah ada yang non Islam," katanya.

Ia menyangsikan kepemimpinan Susan dapat mewakili warga yang mayoritas Muslim. "Sangat tidak mungkin Lurah Susan dapat mewakili aspiratif warganya. Wanita sudah punya keterbatasan, apalagi non Muslim. Kita mau yang bisa di situ, turun langusung ke lapangan, ke masjid, karena di situ ada aktivitas pengajiannya," ujar Novel.

Selain menolak penempatan Lurah Susan Jasmine Zulkifli di Lenteng Agung, Front Pembela Islam (FPI) menyasar pemimpin perempuan lain yang merupakan non-muslim. FPI akan mengajukan protes penempatan Lurah Pejaten Timur, Grace Tiaramudi.

Seperti halnya Susan, Lurah Grace dianggap tak merepresentasikan warga di kelurahan yang dipimpinnya, yang mayoritas muslim. Menanggapi hal ini, Lurah Grace cuma berkomentar sederhana: "No comment!"

FPI menginginkan agar pemimpin setempat harus diterima oleh warga sekitar. Sedangkan Lurah Susan dan Grace tidaklah memiliki kriteria yang disematkan FPI. "Masak enak sih jadi pemimpin, tapi yang dipimpin menolaknya," kata Muchsin beretorika.

Di lain pihak, FPI berencana menggelar tablig rutin untuk membujuk warga menolak keberadaan Lurah Susan dan Grace. Kedua lurah itu memiliki agama berbeda dibanding mayoritas warga di wilayah mereka.

Adapun FPI juga bakal mendatangi Balai Kota pekan ini. Mereka akan mendemo Gubernur DKI Jakarta soal penempatan Lurah Susan dan Lurah Grace.

Monday, October 14, 2013

Malaysia Larang Warga Non Muslim Gunakan Kata "Allah", Allah Hanya Tuhan Milik Umat Islam

Pemerintah Malaysia (14/10) memutuskan bahwa Allah hanya Tuhan untuk umat Islam saja.

Kuala Lumpur - Pengadilan Malaysia memutuskan, Senin (14/10), bahwa Non Muslim tidak boleh menggunakan kata 'Allah' untuk menyebut Tuhan. Ini merupakan keputusan penting dalam sejarah Malaysia terhadap peristiwa yang telah memicu ketegangan umat beragama dan menimbulkan pertanyaan atas hak-hak minoritas di negara mayoritas Muslim.

Keputusan mutlak tiga hakim Muslim di pengadilan banding Malaysia itu membatalkan putusan pengadilan yang lebih rendah pada 2009 yang memungkinkan surat kabar Katolik The Herald versi bahasa Melayu menggunakan kata Allah. Kata Allah banyak digunakan orang Kristen di Malaysia dan telah terjadi selama berabad-abad silam.

Majelis hakim yang diketuai Hakim Mohammad Apandi Ali memutuskan kata "Allah" bukan merupakan bagian integral dari iman dan praktik agama Kristen. "Kami memutuskan bahwa tak ada pelanggaran hak-hak konstitusional dalam masalah ini," ujarnya.

"Kami tidak menemukan alasan mengapa sebuah surat kabar Katolik begitu kukuh menggunakan kata 'Allah' dalam penerbitan mereka. Penggunaan kata itu memunculkan kebingungan di kalangan masyarakat," sambungnya.

Sementara itu, editor surat kabar Katolik, The Herald, Lawrence Andrew mengatakan bahwa pihaknya akan terus berjuang dan berencana meneruskan putusan ini ke Pengadilan Federal Malaysia. "Kami sangat kecewa dan khawatir atas keputusan ini. Keputusan ini tidak realistis. Ini merupakan langkah mundur hukum dan hubungannya dengan kebebasan beragama kelompok minoritas," tutur Andrew.

Masalah penggunaan kata "Allah" ini sudah lama menjadi perselisihan di Malaysia. Sejumlah pengamat khawatir Pemerintah Malaysia kemudian juga akan melarang penggunaan kata "Allah" dalam Alkitab.

Perselisihan soal kata "Allah" ini muncul pada 2008 dan pada 2009. Saat itu Pengadilan Tinggi Malaysia membuat keputusan yang mendukung Gereja Katolik. Saat itu Pengadilan Tinggi Malaysia memutuskan bahwa "Allah" bukan milik umat Islam saja.

"Allah" berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti sebagai "Tuhan". Kata "Allah" juga sering digunakan dalam bahasa Melayu untuk menyebut Tuhan semesta alam. Akan tetapi pemerintah Malaysia mengecilkan peran Allah dari Tuhan semesta alam menjadi Tuhan bagi kaum Muslim saja.

Seperti dilansir dari arabnews, Selasa (15/10/2013), umat Kristen, Budha dan Hindu yang merupakan agama minoritas di Malaysia sering mengeluh bahwa pemerintah melanggar hak konstitusional mereka untuk menjalankan agama secara bebas. Hal tersebut langsung disangkal pihak pemerintah. Seperti diketahui, muslim adalah agama mayoritas di Malaysia dengan jumlah penganut mencapai 60 persen dari 28 juta penduduk negara tersebut.

Tuesday, October 8, 2013

Muslim Pakistan Gelar Aksi Rantai Manusia, Lindungi Gereja



VIVAnews - Umat Muslim Pakistan menyatakan komitmennya dalam melindungi umat Kristen agar mereka bisa beribadah dengan aman. Hal ini dilakukan serangan terhadap komunitas Kristen oleh teroris yang dianggap telah keluar dari ajaran Islam.

Diberitakan harian Pakistan Express Tribune Minggu kemarin, komitmen ini disampaikan Muslim di Lahore yang tergabung dalam organisasi "Pakistan for All". Mereka menyambangi gereja St. Anthony dan membentuk rantai manusia di sekeliling gereja tersebut, melindunginya.

Saat itu, di dalam gereja tengah dilakukan misa untuk mengenang mereka yang tewas dalam ledakan di Peshawar, September lalu. Ledakan di dalam gereja itu menewaskan 80 orang dan melukai 130 lainnya.

Serangan tersebut dilakukan oleh kelompok Jundullah sebagai aksi balas dendam atas serangan drone AS yang menewaskan warga sipil. Mereka bertekad akan terus melakukan serangan jika AS masih menyerang mereka.

Kendati Taliban mengaku tidak berada di belakang serangan ini, namun mereka menyatakan mendukungnya.

Aksi kali ini adalah bentuk solidaritas mereka terhadap kaum minoritas dan perlawanan terhadap para ekstremis. Aksi ini diikuti oleh politisi, seniman, akademisi, anggota komunitas sipil dan pemuka agama.

Menurut mereka, serangan terhadap umat beragama lain bertentangan dengan ajaran Alquran dan sunnah Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam. Para akademisi yang mengeluarkan pernyataan bersama menyatakan mengutuk serangan tersebut dan mengecam Taliban yang mendukung ledakan itu.

"Taliban yang mengatakan bahwa serangan ke gereja sesuai dengan prinsip Islam, jelas salah dan bertentangan dengan ajaran Islam. Islam melarang merusak tempat ibadah semua agama," ujar pernyataan tersebut.

Umat Kristen terdiri dari tiga persen populasi Pakistan yang berjumlah 180 juta orang. Mayoritas mereka tinggal di Punjab, salah satu provinsi terpadat dan terkaya di negara itu.


Sumber : http://dunia.news.viva.co.id/news/read/449810-muslim-pakistan-gelar-aksi-rantai-manusia--lindungi-gereja

Sunday, October 6, 2013

130 Tahun, Jenazah St. Bernadette Masih Utuh ?

130 Tahun, Jenazah St. Bernadette Masih Utuh [ www.BlogApaAja.com ]
Ini tentang St. Bernadette Sourobious yang sudah meninggal tahun 1879 alias 130 tahun yang lalu ini jenazahnya MASIH UTUH , tanpa diberi BALSEM ataupun FORMALIN , ASELII gan . cekidot ..

130 Tahun, Jenazah St. Bernadette Masih Utuh ?

Semua orang tahu bagaimana rasanya jika sedang sakit. Tidak enak"kan? Karenanya, tidak seorang pun yang mau sakit! Inilah kisah tentang seorang gadis yang hampir sepanjang hidupnya menderita sakit. Namun ia menanggung segala penderitaannya itu dengan tabah dan penuh sukacita. Sekarang ia diangkat menjadi santa pelindung orang-orang sakit. Namanya ialah Bernadette.

Pada tanggal 7 Januari 1844, dari pasangan Francois Soubirous -seorang pengusaha penggilingan gandum yang jatuh miskin- dan isterinya, Louise Casterot, lahirlah seorang bayi, anak mereka yang sulung. Bayi itu mereka beri nama Marie Bernarde. Karena perawakannya yang kecil mungil, anak itu kemudian biasa dipanggil Bernadette (Bernarde kecil).

Sejak bayi kesehatan Bernadette kurang baik. Ia selalu saja menderita sakit, terutama asma. Bukannya mengeluh, tetapi Bernadette mempersembahkan semua penderitaannya kepada Tuhan sebagai silih demi pertobatan orang-orang berdosa. . Bagi Bernadette, sakit juga bukan berarti bebas dari segala tugas dan kewajiban. Ia tetap harus membantu ibunya mengasuh kelima adiknya. Dan ketika Bernadette telah dianggap cukup umur, ia pun harus bekerja sebagai pembantu dan penggembala ternak.

Suatu hari, pada tanggal 11 Februari 1858, suatu peristiwa yang luar biasa terjadi. Ketika ia bersama seorang adik dan seorang temannya sedang mencari kayu bakar di padang, Bunda Maria menampakkan diri kepadanya di sebuah gua yang disebut Massabielle (=Batu Besar), di tepi sungai Gave dekat kota Lourdes.

Bernadette tidak tahu siapa wanita cantik itu dan apa yang ia inginkan. Bunda Maria menampakkan diri kepadanya sebanyak 18 kali. Pada tanggal 25 Maret 1858, pada penampakannya yang ke-16, Bunda Maria mengungkapkan siapa dirinya, "Akulah yang Dikandung Tanpa Dosa." ("Que Soy Era Immaculada Conceptiou" atau "I Am The Immaculate Conception"). Baca KISAH PENAMPAKAN seperti diceritakan sendiri oleh Bernadette.

Setelah peristiwa penampakan itu Bernadette semakin banyak menderita, baik karena kecurigaan orang-orang yang tidak mau percaya, oleh perhatian berlebihan dari mereka yang percaya serta ancaman dari penguasa setempat. Semuanya itu ditanggungnya dengan tabah dan sabar.

Pada usia 22 tahun, Bernadette menggabungkan diri dengan Suster-suster Karitas di Nevers, Perancis. Tiga belas tahun lamanya ia tinggal di biara dan sebagian besar dari waktu tersebut dihabiskannya di tempat tidur karena sakit yang dideritanya.

"Pekerjaanku semakin maju," kata Bernadette.
"Pekerjaan apa?" tanya seorang suster keheranan.
"Pekerjaan bersakit-sakit!" jawabnya sambil tersenyum.

Bernadette seorang yang sangat rendah hati. Lebih dari apa pun, ia tidak ingin dipuji. Suatu ketika seorang suster bertanya kepadanya apakah ia merasa bangga karena dipilih oleh Bunda Maria. "Bagaimana mungkin," Bernadette cepat-cepat menjawab, "Bunda Maria memilih saya justru karena saya inilah yang paling hina." Suatu jawaban dari kerendahan hati yang paling dalam!

Bernadette wafat pada tanggal 16 April 1879 dalam usia 35 tahun karena penyakit tuberculosis. Tubuhnya masih utuh hingga kini meskipun ia telah meninggal lebih dari seabad yang lalu. Pada tahun 1933 Bernadette diangkat sebagai santa oleh Paus Pius XI. Pestanya dirayakan pada tanggal 16 April.

nah , ini kisah penampakannya gan ,

"Aku tidak menjanjikan kamu kegembiraan di dunia ini, tetapi di dunia yang akan datang."

Pesan Bunda Maria dalam suatu penampakan kepada St. Bernadette Soubirous

11 Februari tahun 1858, di sebuah gua di Massabielle, dekat Lourdes, di Perancis selatan, Bunda Maria menampakkan diri sebanyak 18 kali kepada seorang gadis miskin bernama Bernadette Soubirous.

Bunda Maria memperkenalkan diri sebagai Yang Dikandung Tanpa Dosa dan minta agar sebuah kapel dibangun di tempat penampakan. Gadis itu diminta minum dari sebuah air di gua.

Tidak ada air sama sekali di sana, tetapi ketika Bernadette menggali di suatu tempat yang ditunjukkan kepadanya, sebuah mata air mulai memancar.

Air yang hingga kini masih memancar itu mempunyai daya penyembuhan yang luar biasa, meskipun para ahli ilmu pengetahuan tidak dapat menemukan adanya zat-zat yang berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit. Lourdes telah menjadi suatu tempat ziarah Bunda Maria yang paling terkenal.

130 Tahun, Jenazah St. Bernadette Masih Utuh [ www.BlogApaAja.com ]

130 Tahun, Jenazah St. Bernadette Masih Utuh [ www.BlogApaAja.com ]

130 Tahun, Jenazah St. Bernadette Masih Utuh [ www.BlogApaAja.com ]

130 Tahun, Jenazah St. Bernadette Masih Utuh [ www.BlogApaAja.com ]
naah kalo ini lourdesnya sendiri gan ..

130 Tahun, Jenazah St. Bernadette Masih Utuh [ www.BlogApaAja.com ]
interior dalam gerejanya jaman dulu

130 Tahun, Jenazah St. Bernadette Masih Utuh [ www.BlogApaAja.com ]
Interior Sekarang

Kepemimpinan yang Baik-Di Mana Kita Dapat Menemukannya ?


Kepemimpinan yang Baik-Di Mana Kita Dapat Menemukannya ?

”SETIAP rumah dibangun oleh seseorang,” kata Alkitab, ”tetapi ia yang membangun segala perkara adalah Allah.” (Ibrani 3:4; Penyingkapan [Wahyu] 4:11) Karena Allah yang benar,Allah, adalah Pencipta kita, Ia ”tahu benar bagaimana kita dibentuk”. (Mazmur 103:14) Ia memiliki pengetahuan yang lengkap tentang keterbatasan dan kebutuhan kita. Dan, karena Ia adalah Allah yang pengasih, Ia ingin memuaskan kebutuhan-kebutuhan itu. (Mazmur 145:16; 1 Yohanes 4:8) Hal itu berarti kebutuhan kita akan kepemimpinan yang baik juga akan dipuaskan.

Melalui nabi Yesaya, Allah menyerukan, ”Lihat! Sebagai saksi bagi kelompok-kelompok bangsa aku telah memberikan dia, sebagai pemimpin dan komandan, kepada kelompok-kelompok bangsa.” (Yesaya 55:4) Untuk keluar dari krisis kepemimpinan dewasa ini, kita harus mengidentifikasi siapa Pemimpin ini—yang dilantik oleh Yang Mahakuasa sendiri—dan menyambut kepemimpinannya. Jadi, siapa Pemimpin dan Komandan yang dinubuatkan ini? Apa saja bukti bahwa ia berhak menjadi pemimpin? Ke mana ia akan memimpin kita? Apa yang harus kita lakukan untuk memperoleh manfaat dari kepemimpinannya?

Pemimpin yang Dijanjikan Tiba

Sekitar 2.500 tahun yang lalu, malaikat Gabriel menampakkan diri kepada nabi Daniel dan mengatakan kepadanya, ”Hendaklah engkau tahu dan memiliki pemahaman bahwa sejak keluarnya firman untuk memulihkan dan membangun kembali Yerusalem sampai datangnya Mesias, sang Pemimpin, akan ada tujuh minggu, juga enam puluh dua minggu. Kota itu akan kembali dan sesungguhnya dibangun kembali, dengan lapangan dan parit, tetapi pada masa yang sulit.”—Daniel 9:25.

Jelaslah, sang malaikat sedang memberi tahu Daniel saat spesifik datangnya Pemimpin pilihan Yehuwa. ”Mesias, sang Pemimpin”, akan muncul pada akhir 69 minggu, atau 483 tahun, yang dihitung dari tahun 455 SM, sewaktu keluar firman untuk membangun kembali Yerusalem.* (Nehemia 2:1-8) Apa yang terjadi pada akhir masa itu? Lukas, sang penulis Injil, mengisahkan, ”Pada tahun kelima belas masa pemerintahan Kaisar Tiberius, sewaktu Pontius Pilatus menjadi gubernur Yudea, dan Herodes menjadi penguasa distrik Galilea [29 M], . . . datanglah pernyataan Allah kepada Yohanes putra Zakharia di padang belantara. Maka ia datang ke seluruh daerah sekitar Sungai Yordan, dengan memberitakan pembaptisan sebagai lambang pertobatan untuk pengampunan dosa.” Pada waktu itu, ”orang-orang sedang menanti” Mesias, sang Pemimpin. (Lukas 3:1-3, 15) Meskipun orang banyak datang kepada Yohanes, ia bukanlah Pemimpin itu.

Kemudian, sekitar bulan Oktober tahun 29 M, Yesus dari Nazaret menemui Yohanes untuk dibaptis. Dan, Yohanes memberi kesaksian, katanya, ”Aku telah melihat roh turun dari langit seperti seekor merpati, dan tinggal di atas dia. Bahkan aku tidak mengenal dia, tetapi Pribadi yang mengutus aku untuk membaptis dalam air telah mengatakan kepadaku, ’Apabila engkau melihat roh turun dan tinggal di atas seseorang, inilah pribadi yang membaptis dengan roh kudus.’ Dan aku telah melihat itu, dan aku telah memberikan kesaksian bahwa pribadi ini adalah Putra Allah.” (Yohanes 1:32-34) Sewaktu dibaptis, Yesus menjadi Pemimpin yang diurapi—sang Mesias, atau Kristus.

Ya, ’pemimpin dan komandan dari kelompok-kelompok bangsa’ yang dijanjikan itu adalah Yesus Kristus. Dan, jika kita memeriksa kualitasnya sebagai seorang pemimpin, kita akan segera memahami bahwa kepemimpinannya sangat jauh melebihi kriteria seorang pemimpin yang ideal untuk zaman modern.

Sang Mesias—Pemimpin yang Ideal

Seorang pemimpin yang baik memberikan pengarahan yang jelas dan membantu orang-orang yang dipimpinnya untuk memperoleh tekad dan kesanggupan agar dapat memecahkan masalah-masalah dengan sukses. ’Ini adalah syarat mutlak bagi pemimpin yang sukses di abad ke-21,’ kata buku 21st Century Leadership: Dialogues With 100 Top Leaders. Sungguh efektif Yesus mempersiapkan para pendengarnya untuk menangani situasi sehari-hari! Perhatikan saja khotbahnya yang terkenal—Khotbah di Gunung. Kata-kata yang dicatat di Matius pasal 5 hingga 7 itu sungguh kaya akan nasihat praktis.

Misalnya, perhatikan nasihat Yesus tentang mengatasi perbedaan kepribadian. Ia mengatakan, ”Maka, jika engkau membawa pemberianmu ke mezbah dan di sana engkau mengingat bahwa ada sesuatu yang membuat saudaramu tidak senang, tinggalkan pemberianmu di sana di depan mezbah, dan pergilah; berdamailah dahulu dengan saudaramu, dan kemudian, pada waktu engkau kembali, persembahkanlah pemberianmu.” (Matius 5:23, 24) Mengambil inisiatif untuk berdamai dengan orang lain merupakan prioritas pertama—bahkan lebih penting daripada menjalankan tugas religius, seperti mempersembahkan pemberian di mezbah bait di Yerusalem sebagaimana dituntut oleh Hukum Musa. Kalau tidak, kegiatan ibadat kita tidak akan diperkenan Allah. Nasihat Yesus sama praktisnya dewasa ini sebagaimana halnya berabad-abad yang lalu.

Yesus juga membantu para pendengarnya menghindari jerat perbuatan amoral. Ia memperingatkan mereka, ”Kamu mendengar bahwa telah dikatakan, ’Jangan berzina.’ Tetapi aku mengatakan kepadamu bahwa setiap orang yang terus memandang seorang wanita sehingga mempunyai nafsu terhadap dia sudah berbuat zina dengan dia dalam hatinya.” (Matius 5:27, 28) Benar-benar peringatan yang tepat! Apa gunanya kita memulai proses menuju perzinaan dengan membiarkan diri kita terus memikirkan hal itu? Percabulan dan perzinaan keluar dari hati, kata Yesus. (Matius 15:18, 19) Alangkah bijaksananya untuk menjaga hati kita.—Amsal 4:23.

Khotbah di Gunung juga berisi nasihat yang sangat bagus tentang mengasihi musuh, tentang mempertunjukkan kemurahan hati, tentang memiliki pandangan yang seimbang terhadap perkara-perkara materi dan rohani, dan sebagainya. (Matius 5:43-47; 6:1-4, 19-21, 24-34) Yesus bahkan memperlihatkan kepada hadirinnya cara memperoleh bantuan dari Allah dengan mengajar mereka cara berdoa. (Matius 6:9-13) Mesias sang Pemimpin menguatkan dan mempersiapkan para pengikutnya untuk menangani masalah-masalah yang umum dihadapi umat manusia.

Sebanyak enam kali dalam Khotbah di Gunung, Yesus mengawali pernyataan-pernyataannya dengan ungkapan ”kamu mendengar bahwa telah dikatakan” atau ”lagi pula telah dikatakan”, tetapi ia kemudian menyajikan gagasan lain, dengan mengatakan ”akan tetapi, aku mengatakan kepadamu”. (Matius 5:21, 22, 27, 28, 31-34, 38, 39, 43, 44) Hal ini menunjukkan bahwa para pendengarnya sudah terbiasa bertindak dengan cara tertentu, menurut tradisi lisan Farisi. Tetapi, Yesus sekarang memperlihatkan kepada mereka cara yang berbeda—cara yang mencerminkan semangat sejati dari Hukum Musa. Dengan demikian, Yesus memperkenalkan suatu perubahan, dan ia melakukannya dengan cara yang membuat para pendengarnya mudah untuk menerima. Ya, Yesus menggugah orang-orang untuk membuat perubahan besar dalam kehidupan mereka, secara rohani maupun moral. Inilah ciri seorang pemimpin sejati.

Sebuah buku pelajaran manajemen menunjukkan betapa sulitnya untuk menghadirkan perubahan demikian. Buku itu mengatakan, ”Pribadi [pemimpin] yang sanggup mengadakan perubahan memerlukan kepekaan seorang pekerja sosial, pemahaman seorang psikolog, stamina seorang pelari maraton, kegigihan seekor bulldog, kemandirian seorang petapa, dan kesabaran seorang santo. Bahkan, sekalipun sudah mempunyai semua sifat ini, tidak ada jaminan bahwa ia akan berhasil.”

”Para pemimpin harus berperilaku sebagaimana yang mereka inginkan pengikutnya berperilaku,” kata sebuah artikel yang berjudul ”Leadership: Do Traits Matter?” Ya, seorang pemimpin yang baik mempraktekkan apa yang ia ajarkan. Betapa benar hal ini sehubungan dengan Yesus Kristus! Benar, ia mengajar orang-orang yang ada bersamanya untuk rendah hati, tetapi ia juga menyediakan contoh praktis bagi mereka dengan mencuci kaki mereka. (Yohanes 13:5-15) Ia bukan hanya mengutus murid-muridnya untuk memberitakan kabar baik tentang Kerajaan Allah, melainkan ia sendiri juga mengerahkan diri dengan sekuat tenaga dalam pekerjaan itu. (Matius 4:18-25; Lukas 8:1-3; 9:1-6; 10:1-24; Yohanes 10:40-42) Dan, dalam soal menyambut kepemimpinan, Yesus merupakan teladan. ”Putra tidak dapat melakukan satu perkara pun atas prakarsanya sendiri,” katanya tentang dirinya sendiri, ”tetapi ia hanya melakukan apa yang ia lihat dilakukan oleh Bapak.”—Yohanes 5:19.
Dengan memperhatikan apa yang Yesus katakan dan lakukan, terlihat dengan jelas bahwa ia adalah sang Pemimpin yang ideal. Sesungguhnya, ia melebihi semua standar manusia dalam hal kepemimpinan yang baik. Yesus itu sempurna. Karena telah memperoleh peri yang tidak berkematian sesudah kematian dan kebangkitannya, ia hidup selama-lamanya. (1 Petrus 3:18; Penyingkapan 1:13-18) Pemimpin manusia mana yang dapat menandingi kualifikasi Yesus ini?

Apa yang Harus Kita Lakukan?

Sebagai Raja Kerajaan Allah yang sedang memerintah, ”Mesias, sang Pemimpin”, akan melimpahkan berkat ke atas umat manusia yang taat. Sehubungan dengan hal ini, Alkitab berjanji, ”Bumi pasti akan dipenuhi dengan pengetahuan akan Yehuwa seperti air menutupi dasar laut.” (Yesaya 11:9) ”Orang-orang yang lembut hati akan memiliki bumi, dan mereka akan benar-benar mendapatkan kesenangan yang besar atas limpahnya kedamaian.” (Mazmur 37:11) ”Mereka akan duduk, masing-masing di bawah tanaman anggurnya dan di bawah pohon aranya, dan tidak akan ada orang yang membuat mereka gemetar.” (Mikha 4:4) ”Allah akan ada bersama mereka. Dan ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan kematian tidak akan ada lagi, juga tidak akan ada lagi perkabungan atau jeritan atau rasa sakit. Perkara-perkara yang terdahulu telah berlalu.”—Penyingkapan 21:3, 4.
Dunia dewasa ini sedang mengalami krisis kepemimpinan. Namun, Yesus Kristus sedang memimpin orang-orang yang lembut hati ke dalam suatu dunia baru yang penuh damai, tempat umat manusia yang taat akan dipersatukan dalam ibadat kepada Allah Yehuwa dan akan berkembang menuju kesempurnaan. Alangkah pentingnya kita memanfaatkan waktu untuk memperoleh pengetahuan tentang Allah yang benar dan Pemimpin yang dilantik-Nya serta untuk bertindak selaras dengan pengetahuan itu!—Yohanes 17:3.

Salah satu pujian terbaik yang dapat kita berikan kepada seseorang adalah dengan menirunya. Kalau begitu, tidakkah kita seharusnya berupaya meniru sang Pemimpin terbesar dalam sejarah umat manusia—Yesus Kristus? Bagaimana kita dapat melakukannya? Dengan menyambut kepemimpinannya, apa pengaruhnya terhadap kehidupan kita? 

Pembalsaman—Apakah Pantas bagi Orang Kristen ?




Pembalsaman—Apakah Pantas bagi Orang Kristen?
Menjelang akhir hayatnya, sang patriark yang setia Yakub, menyatakan permohonan terakhirnya, ”Kuburkanlah aku bersama bapak-bapak leluhurku di gua yang ada di ladang Efron, orang Het itu, di gua yang ada di ladang Makhpela yaitu di depan Mamre di tanah Kanaan.”—Kejadian 49:29-31.

YUSUF menghormati permintaan ayahnya dengan memanfaatkan kebiasaan umum di Mesir pada zaman itu. Ia memerintahkan ”hamba-hambanya, para tabib, untuk membalsam bapaknya”. Menurut catatan di Kejadian pasal 50, seperti biasanya, para tabib membutuhkan waktu 40 hari untuk mengurus jenazah. Pembalsaman jenazah Yakub memungkinkan rombongan besar keluarga Yakub dan para petinggi Mesir, bergerak perlahan untuk membawa jasad Yakub menempuh perjalanan sejauh 400 kilometer ke Hebron untuk dimakamkan.—Kejadian 50:1-14.

Mungkinkah suatu waktu nanti jasad Yakub yang telah dibalsami dapat ditemukan? Kalaupun bisa, kemungkinan itu sangatlah kecil. Israel adalah daerah yang banyak airnya, sehingga ragam artifak arkeologis di sana sangat terbatas. (Keluaran 3:8) Meskipun banyak benda purbakala dari logam dan batu ditemukan, tetapi benda purbakala dari bahan yang lebih rapuh seperti kain, kulit, dan jasad yang dibalsami tidak tahan terhadap kelembapan serta berlalunya waktu.

Apa sebenarnya pembalsaman itu? Mengapa kebiasaan ini dipraktekkan? Apakah hal itu pantas bagi orang Kristen?

Dari Mana Asal Mula Kebiasaan Itu?

Pembalsaman adalah proses pengawetan mayat manusia atau binatang. Para sejarawan cenderung sependapat bahwa pembalsaman mulai dipraktekkan di Mesir, meskipun dipraktekkan juga oleh orang Asiria, orang Persia, dan orang Skit pada zaman dahulu. Boleh jadi, ketertarikan orang-orang itu pada pembalsaman serta eksperimen-eksperimen mereka yang mula-mula dipicu oleh ditemukannya jasad yang terkubur dalam pasir gurun dan terawetkan secara alami. Penguburan demikian pasti membuat mayat tidak kena kelembapan serta udara, sehingga pembusukan diperlambat. Ada yang berteori bahwa pembalsaman mulai dipraktekkan sewaktu jenazah didapati awet dalam natron (sodium karbonat), alkali yang banyak terdapat di Mesir dan daerah sekitarnya.

Tujuan sang tabib pembalsam adalah sekadar menghambat proses alami bekerjanya bakteri, yang mulai berlangsung dalam beberapa jam setelah kematian terjadi, sehingga jenazah membusuk. Jika proses itu dapat dihindari, pembusukan akan terhenti atau setidaknya sangat diperlambat. Ada tiga hal yang perlu dilakukan: menjaga jasad tetap dalam bentuk aslinya, mencegah proses pembusukan, dan membuat mayat tidak diserang serangga.

Orang-orang Mesir kuno membalsami jenazah terutama untuk alasan keagamaan. Konsep mereka tentang kehidupan setelah kematian mencakup hasrat orang yang mati itu untuk tetap berhubungan dengan alam nyata. Mereka percaya bahwa jasad akan digunakan selama-lamanya dan akan disegarkan kembali dengan kehidupan. Meskipun pembalsaman merupakan kebiasaan yang umum di Mesir, sampai saat ini belum pernah ada satu catatan pun mengenai cara melakukannya. Catatan terlengkap yang pernah ditemukan adalah catatan sejarawan Yunani Herodotus dari abad kelima SM. Akan tetapi, menurut laporan, upaya untuk mengulang pembalsaman sesuai dengan catatan Herodotus tidak terlalu sukses.

Apakah Orang Kristen Pantas Melakukannya?

Jenazah Yakub dibalsami oleh orang-orang yang berbeda agama dengannya. Namun, saat menyerahkan jasad ayahnya kepada para tabib, tidak mungkin Yusuf meminta mereka berdoa dan melakukan upacara agama seperti yang biasanya mereka lakukan pada kebanyakan proses pembalsaman kala itu di Mesir. Yakub maupun Yusuf adalah pria-pria beriman. (Ibrani 11:21, 22) Meskipun hal itu tampaknya tidak diperintahkan Yehuwa, pengawetan jenazah Yakub tidak dikecam dalam Alkitab. Pembalsaman jenazah Yakub tidak dijadikan suatu preseden bagi bangsa Israel maupun bagi sidang Kristen. Sebenarnya, tidak ada instruksi spesifik mengenai hal ini dalam Firman Allah. Setelah catatan mengenai pembalsaman jenazah Yusuf di Mesir, Alkitab tidak menyebut praktek itu lagi.—Kejadian 50:26.

Busuknya mayat di kuburan-kuburan di Palestina menunjukkan bahwa orang Ibrani tidak biasa melakukan pembalsaman, setidaknya pembalsaman untuk pengawetan jangka panjang. Misalnya, mayat Lazarus tidak dibalsami. Meskipun jenazahnya dibungkus kain, orang-orang pada saat itu merisaukan kondisi jenazahnya saat batu penutup makamnya akan digulingkan. Mengingat Lazarus telah meninggal selama empat hari, saudara perempuannya yakin jenazahnya sudah berbau busuk saat makam dibuka.—Yohanes 11:38-44.

Apakah jenazah Yesus Kristus dibalsami? Catatan Injil tidak mendukung kesimpulan itu. Pada masa itu, kebiasaan Yahudi untuk mempersiapkan jenazah adalah dengan menaruh rempah-rempah dan minyak wangi pada jasad sebelum menguburkannya. Sebagai contoh, untuk menyiapkan jenazah Yesus, Nikodemus menyediakan sejumlah besar rempah-rempah. (Yohanes 19:38-42) Mengapa begitu banyak? Kasihnya yang dalam serta respeknya kepada Yesus mungkin memotivasi dia untuk memperlihatkan kemurahan hati demikian. Kita tidak perlu menarik kesimpulan bahwa penggunaan rempah-rempah sebanyak itu dimaksudkan untuk mengawetkan jasad.

Apakah seorang Kristen mesti menolak kebiasaan pembalsaman? Dari sudut pandang realistis, pembalsaman hanya memperlambat proses yang tidak bisa kita elakkan. Kita berasal dari debu, dan sewaktu mati kita kembali menjadi debu. (Kejadian 3:19) Tetapi, berapa lama selang waktu antara kematian seseorang dan upacara pemakamannya? Jika ada anggota keluarga serta sahabat yang ingin melihat jasadnya tetapi tinggal di tempat yang jauh, pastilah jenazahnya harus diawetkan sampai taraf tertentu.

Jadi, menurut Alkitab tidak perlu ada keberatan jika kebiasaan setempat mengharuskan jenazah diawetkan ataupun anggota keluarganya ingin melakukan hal itu. Orang mati ”tidak sadar akan apa pun”. (Pengkhotbah 9:5) Jika mereka ada dalam ingatan Allah, mereka akan dibangkitkan untuk hidup dalam dunia baru yang Ia janjikan.—Ayub 14:13-15; Kisah 24:15; 2 Petrus 3:13.


PEMBALSAMAN—DAHULU DAN SEKARANG

  Di Mesir kuno, jenis pembalsaman bergantung pada tingkat sosial suatu keluarga. Keluarga kaya mungkin akan memilih prosedur berikut ini:
  Otak dikeluarkan melalui lubang hidung dengan sebuah perkakas logam. Setelah itu, tengkorak diberi obat tertentu. Langkah berikutnya adalah mengeluarkan semua organ bagian dalam, kecuali jantung dan ginjal. Agar dapat mengeluarkan isi perut, tubuh harus dibedah, tetapi tindakan ini dianggap berdosa. Supaya terhindar dari masalah kontroversial ini, para tabib pembalsam Mesir menyuruh seorang penyayat untuk melakukan pembedahan. Segera setelah pembedahan selesai, si penyayat harus segera melarikan diri, karena hukuman untuk tindak kejahatan itu adalah dikutuk dan dirajam.
  Setelah rongga perut dikosongkan, rongga itu dicuci bersih. Sejarawan Herodotus menulis, ”Mereka mengisi bagian perut dengan mur paling murni yang telah ditumbuk, dengan johar, dan segala jenis rempah-rempah kecuali kemenyan, dan menjahit sayatan bedah itu.”

  Selanjutnya, cairan tubuh dikeluarkan dengan merendam jenazah dalam natron selama 70 hari. Setelah itu, jenazah dicuci dan dibungkus secara cermat dengan linen. Setelah itu, linen dilapisi dengan suatu getah atau sejenis bahan yang lengket, yang berfungsi sebagai lem, dan mumi ditempatkan dalam kotak kayu berbentuk manusia yang berdekorasi mewah.

  Dewasa ini, proses pembalsaman dapat dilakukan hanya dalam beberapa jam. Hal itu biasanya dilakukan dengan menyuntikkan cairan pembalsam ke vena dan arteri serta ke rongga perut dan rongga dada dalam jumlah yang tepat. Selama bertahun-tahun, ada berbagai macam larutan yang telah dikembangkan dan digunakan. Akan tetapi, cairan pengawet jenazah yang paling sering digunakan adalah formaldehida (formalin), karena paling murah dan aman.

Source  :wol.jw.org

Friday, October 4, 2013

Warga Kristen Bangladesh dipaksa tutup gereja dan masuk Islam


Pemerintah lokal di Desa Bilbathuagani, Kabupaten Tangail, Bangladesh, menghentikan pembangunan sebuah gereja di wilayah mereka dan memaksa umat Kristen di sana masuk Islam.

Pemerintah lokal juga memaksa mereka beribadah di masjid dan mengancam akan mengusir mereka jika tidak berpindah keyakinan, seperti dilansir christiantoday.com, Kamis (3/10).

Pembangunan gereja Tangail yang berlokasi sekitar seratus kilometer sebelah utara Ibu Kota Dhaka, itu dimulai sejak 8 September lalu. Gereja itu dibangun oleh sekitar 25 warga Kristen yang telah mengadakan rapat diam-diam selama tiga tahun.

Lima hari setelah gereja mulai dibangun, Kepala Desa Rafiqul Islam Faruk bersama sekitar dua ratus pengunjuk rasa berdemo memprotes pembangunan gereja itu.

Sehari kemudian warga Kristen dipanggil ke kantor kepala desa. Sekitar seribu warga muslim berkumpul di luar kantor desa.

Makrum Ali, 32, warga Kristen di desa itu mengaku dipaksa masuk Islam.

"Kepala desa dan imam masjid menanyai saya kenapa beragama Kristen. Jika saya tidak masuk Islam maka mereka akan memukuli saya, membakar rumah, dan mengusir saya," kata Ali. Karena ketakutan, dia pura-pura mengaku masuk Islam.

Recent Post