Mengapa Orang Katolik Menghormati Santo-Santa
Saudara-saudara kita dari
gereja Protestant tidak memberikan tempat untuk devosi kepada Bunda Maria, para
malaikat dan orang kudus dalam kebaktian mereka. Alasan mereka antara lain:
1.
Hanya ada satu pengantara antara
Allah dan manusia, yaitu Yesus Kristus.
2.
Doa dan penghormatan kepada Bunda
Maria dan orang kudus lainnya akan mengurangi penghormatan kepada Allah yang
Mahatinggi
Posisi kita orang Katolik:
1.
Kita tetap mengakui sifat
"tunggal" dari kepengantaraan Yesus. Bahwa hanya Yesus seorang diri
yang menjadi pengantara antara Allah dan umat manusia, dan tak ada yang
lain. Tapi yang dimaksudkan di sini adalah bahwa Yesus menjadi pengantara
tunggal sebagai penyelamat kita. Oleh dosa-dosa yang kita buat, maka kita
sebenarnya pantas dihukum untuk mendapat keselamatan dari Allah. Tapi oleh
kedatanganNya ke dunia, Yesus merelakan diriNya dihukum sampai mati di
salib atas nama kita dan untuk menggantikan kita, dan dengan itu kita kita
diselamatkan dari hukuman karena dosa (tapi dengan syarat setelah menjadi
pengikut Yesus kita berusaha berhenti berbuat dosa dan mengikuti ajaran Yesus).
Kita bisa ambil contoh. Kalau saya melakukan suatu tindakan kejahatan, maka
menurut hukum yang berlaku saya harus dihukum. Hukumannya antara bisa berupa:
masuk penjara atau membayar uang tebusan. Kalau saya tidak punya uang, maka
saya mesti masuk penjara. Tapi kalau saya punya uang, saya bisa dibebasakan
dengan membayar uang tebusan. Jadi uang itulah yang membebaskan saya dan
sekaligus menjadi pengantara yang membebaskan saya. Kurang lebih peranan Yesus
seperti ini.Ia yang tidak bersalah maju untuk dihukum menggantikan kita orang
berdosa dan dengan itu kita dibebaskan. Sedangkan Bunda Maria menjadi
"pengantara" yang membawa rahmat Allah untuk
manusia. Maria dan orang kudus lainnya yang diyakini sudah tinggal bersama
Allah dapat dimintakan pengantaran doa mereka untuk kita atau bisa menyampaikan
doa-doa kita kepada Allah. Analoginya begini. Saya misalnya mau minta sesuatu
kepada seorang raja. Saya yakin permintaan saya akan lebih sukses kalau saya
pakai orang dalam istana. Misalnya minta bantuan salah seorang putri raja untuk
menyampaikan permintaan saya. Untuk itu saya mesti menjadi hubungan baik dengan
putri raja. Tapi itu tidak menutup kemungkinan bahwa saya minta sesuatu itu
langsung kepada raja kalau memang saya yakin bahwa raja akan mau mendengar saya
dan meluluskan permohonan saya sebagai seorang yang amat rendah di mata sang
raja.
Teman pastor saya di West Virginia sedang belanja di sebuah store dengan menggunakan jubah Imam. Seorang ibu (non-Katolik) bercakap-cakap dengan dia sampai akhirnya dia tanya soal Bunda Maria. Ibu itu bilang: "Father, how can you, a Catholic, pray to Blessed Mary? Does it make sense?". Teman saya bilang: "Well, when I was a kid, I usually asked my mother to pray for me. Why can not I ask my heavenly Mother (Virgin Mary) to pray for me?"
Teman pastor saya di West Virginia sedang belanja di sebuah store dengan menggunakan jubah Imam. Seorang ibu (non-Katolik) bercakap-cakap dengan dia sampai akhirnya dia tanya soal Bunda Maria. Ibu itu bilang: "Father, how can you, a Catholic, pray to Blessed Mary? Does it make sense?". Teman saya bilang: "Well, when I was a kid, I usually asked my mother to pray for me. Why can not I ask my heavenly Mother (Virgin Mary) to pray for me?"
2.
Doa dan puji-pujian kepada orang
kudus termasuk secara khusus kepada Bunda Maria tidak mengurangi penghormatan
kepada Allah yang Mahatinggi.
·
Pujian-pujian kepada orang kudus
selalu karena dan dalam rangka memuji Allah. Orang kudus tidak bisa dipuji dan
dikagumi terlepas dari Allah mahatinggi. Bunda Maria misalnya amat kudus karena
iman dan ketaatanNya kepada Allah, dan kita puji dia karena iman dan
ketaatannya kepada Allah, sambil kita berusaha mencontoh teladannya supaya kita
juga beriman dan taat kepada Allah seperti Maria.
·
Gereja Katolik umumnya membedakan
devosi atas tiga:
1.
Devosi kepada Allah (latria=adoration=penyembahan).
Allah merupakan sasaran dan tujuan devosi yang paling tinggi. Hanya Dia yang layak disembah.
Allah merupakan sasaran dan tujuan devosi yang paling tinggi. Hanya Dia yang layak disembah.
2.
Devosi kepada para malaikat dan
orang kudus
(dulia=veneration=penghormatan). Devosi kepada orang kudus sudah sangat tua usianya, dan dikukuhkan kembali oleh Konsili Vatikan II sepertinya dalam Dokumen Sacrosantum Concilium (SC 104, 111) Lumen Gentium (LG 50, 51). Dalam dokumen ini dikatakan bahwa Gereja Katolik memandang perlu untuk menghormati para kudus yang dianugerahi Allah dan setelah mendapat keselamatan abadi mereka melakukan pujian sempurna bagi Allah di surga dan menjadi pengantara bagi kita. Karena dalam perayaan ini Gereja mewartakan misteri paska orang-orang suci, yang turut menderita dan turut dimuliakan bersama Kristus. Orang kudus mengemukakan kepada orang beriman contoh hidup mereka yang menarik semua orang melalui Kristus kepada Bapa dan memohon kebaikan Allah dengan pahala mereka. Gereja berpendapat bahwa melalui ibadat kepada orang kudus, kita mencari teladan hidup, kebersamaan persekutuan dan bantuan pengantaraan mereka. Dalam bergaul dengan para kudus di surga, kita tidak melemahkan ibadat kepada Allah dengan perantaraan Kristus dalam Rohnya, tapi sebaliknya justru memperkayanya. Sebab itu ajaran resmi Gereja mengenai persekutuan para kudus, peranan para kudus sebagai perantara dan ibadat penghormatan kepada mereka, menegaskan bahwa para kudus hendaknya hanya menjadi OBYEK PENGHORMATAN (veneration, dulia) dan sekali-kali tidak boleh menjadi OBYEK PENYEMBAHAN (adoration, latria) yang hanya ditujukan khusus kepada Allah. Kalau orang kudus dipuji, maka maka mereka pertama-tama dipuji karena Kristus dan diarahkan kepada Kristus sendiri.
(dulia=veneration=penghormatan). Devosi kepada orang kudus sudah sangat tua usianya, dan dikukuhkan kembali oleh Konsili Vatikan II sepertinya dalam Dokumen Sacrosantum Concilium (SC 104, 111) Lumen Gentium (LG 50, 51). Dalam dokumen ini dikatakan bahwa Gereja Katolik memandang perlu untuk menghormati para kudus yang dianugerahi Allah dan setelah mendapat keselamatan abadi mereka melakukan pujian sempurna bagi Allah di surga dan menjadi pengantara bagi kita. Karena dalam perayaan ini Gereja mewartakan misteri paska orang-orang suci, yang turut menderita dan turut dimuliakan bersama Kristus. Orang kudus mengemukakan kepada orang beriman contoh hidup mereka yang menarik semua orang melalui Kristus kepada Bapa dan memohon kebaikan Allah dengan pahala mereka. Gereja berpendapat bahwa melalui ibadat kepada orang kudus, kita mencari teladan hidup, kebersamaan persekutuan dan bantuan pengantaraan mereka. Dalam bergaul dengan para kudus di surga, kita tidak melemahkan ibadat kepada Allah dengan perantaraan Kristus dalam Rohnya, tapi sebaliknya justru memperkayanya. Sebab itu ajaran resmi Gereja mengenai persekutuan para kudus, peranan para kudus sebagai perantara dan ibadat penghormatan kepada mereka, menegaskan bahwa para kudus hendaknya hanya menjadi OBYEK PENGHORMATAN (veneration, dulia) dan sekali-kali tidak boleh menjadi OBYEK PENYEMBAHAN (adoration, latria) yang hanya ditujukan khusus kepada Allah. Kalau orang kudus dipuji, maka maka mereka pertama-tama dipuji karena Kristus dan diarahkan kepada Kristus sendiri.
3.
Devosi
kepada Bunda Maria (hyperdulia=penghormatan lebih/khusus).Dalam kenyataannya umat Kristen mengakui bahwa Maria
mempunyai kedudukan yang lebih istimewa di antara orang kudus oleh kerena
peranannya sebagai Bunda Allah Yesus Kristus. Sebagai akibatnya penghormatan
dan puji-pujian kepada Maria juga mendapat tempat yang istimewa dan khusus (hyperdulia).
Namun demikian, meskipun Maria mempunyai kedudukan dan peranan istimewa dalam
tata keselamatan manusia, ia tidak dihormati pada level yang sama seperti
Allah. Penghormatan kapada Maria tetap harus dibedakan dari penghormatan dan
penyembahan yang hanya pantas ditujukan kepada Allah. Dalam ajaran
Pujangga-pujangga Gereja pembedaan ini cukup ditekankan. Misalnya:
§ Epiphanius: Maria memang sangat kudus, tapi dia bukan
Allah....Maria boleh dihormati, tapi tidak boleh disembah sama seperti Bapa, Putera
dan Roh Kudus.
§ St. Yohanes dari Damaskus, St. Albertus Agung dan St.
Bonaventura: Maria tidak boleh disembah (adoration, worship, latria) pada level
sama seperti Allah), dan kalau hal ini dilakukan kepada Maria maka hal itu
harus dianggap sebagai berhala. Maria hanya bisa dikagumi dan dipuji dan
dimintakan pengantaraan doanya, dan semua kebaktian ini harus dibuat dalam nama
Yesus Putra yang diutus Bapa dalam kerjasama Roh Kudus.
§ Konsili Vatikan II (LG 66): walaupun ibadat seputar Maria
merupakan ibadat yang sangat khusus, tetapi berbeda secara hakiki dengan ibadat
SUJUD yang
hanya diberikan kepada Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus, namun sangat MEMUPUKNYA.
hanya diberikan kepada Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus, namun sangat MEMUPUKNYA.
Itu berarti ibadat kepada Maria
harus menjadi satu persiapan dan alasan untuk berbakti kepada Allah dan
memupuknya
Rm.
Alex Jebadu, SVD
Post a Comment