Latest News

Friday, November 22, 2013

Tujuh Dukacita Maria: Apa maksudnya ?



Tujuh Dukacita Maria: Apa maksudnya ? 

Mengapa liturgi Gereja mengistimewakan dukacita Maria dan merayakan sebagai peringatan setiap 15 September? Mengapa sukacita Maria tidak dirayakan? Apa peran tujuh dukacita Maria?

Paulus Hadi Sigit, Malang

Pertama, peringatan Maria berdukacita pada 15 September berkaitan dengan Pesta Salib Suci yang dirayakan setiap 14 September. Salib adalah simbol sengsara, penderitaan, wafat, dan kebangkitan Yesus, sedangkan dukacita Maria seringkali dirinci dalam tujuh dukacita Maria. Kedua perayaan itu didekatkan hendak menunjukkan kedekatan Maria mengikuti Yesus dalam karya penebusan. Artinya, Maria ikut serta menderita bersama Yesus. Karena keikutsertaan Maria yang begitu dekat inilah Maria juga diberi gelar sebagai rekan-penebus (bdk. HIDUP, no 43, 21 Oktober 2012). Kedekatan ini juga tercermin dalam berbagai perayaan paralel antara Yesus dan Maria, antara lain dalam perayaan Hati Yesus yang Mahakudus dan Hati Maria yang tak bercela.

Kedua, sukacita Maria juga dirayakan, yaitu pada perayaan Maria Diangkat ke Surga (15 Agustus), Maria Dimahkotai sebagai Ratu Surga (22 Agustus), dan pada pesta Natal (25 Desember). Memang perayaan-perayaan ini tak menonjolkan sukacita Maria, tetapi secara implisit kita bisa mengandaikan sukacita Maria yang berlimpah pada peristiwa-peristiwa ini.

Ketiga, dukacita Maria mungkin terasa lebih ditonjolkan karena berkaitan dengan sengsara dan penderitaan Yesus. Penderitaan atau dukacita Maria, seperti dikatakan Paulus (Rom 8:17; Fil 3:10; Kol 1:24), juga ikut andil dalam memperlancar penerapan penebusan Kristus pada kita, yaitu sebagai silih atas dosa-dosa manusia. Dalam arti inilah pendalaman atas tujuh dukacita Maria membantu kita mengerti kehebatan Maria sebagai teladan iman dalam penderitaan.

Tujuh dukacita Maria itu ialah mendengar ramalan Simeon (Luk 2:21-35), pengungsian ke Mesir (Mat 2:13-15), kehilangan Yesus di Kenisah (Luk 2:41-52), mengikuti jalan salib Yesus (Luk 23:26-32), memandang Yesus tergantung di salib (Yoh 19:25- 27), memangku jenazah Yesus (Yoh 19:38-40), dan memakamkan Yesus (Yoh 19:41-42). Merenungkan tujuh dukacita Maria juga membantu kita menyadari, bahwa perjalanan iman Maria tidaklah tanpa masalah dan penderitaan. Alih-alih dibebaskan dari penderitaan, penderitaan Maria jauh lebih menyakitkan daripada apa yang kita alami.

Selain sebagai teladan iman, Maria juga menjadi penghibur kita yang sedang menderita. Paus Yohanes Paulus II menunjukkan peran ini; Bunda Maria yang Tersuci senantiasa menjadi penghibur yang penuh kasih bagi mereka yang mengalami berbagai penderitaan,baik fisik maupun moral, yang menyengsarakan serta menyiksa umat manusia. Ia memahami segala sengsara dan derita kita sebab ia sendiri juga menderita, dari Betlehem hingga Kalvari. ‘Dan jiwa mereka pula akan ditembusi sebilah pedang’. Bunda Maria adalah Bunda Rohani kita, dan seorang ibunda senantiasa memahami anak-anaknya serta menghibur dalam penderitaan mereka.

Bunda Maria mengemban suatu misi istimewa untuk mencintai kita, misi yang diterima dari Yesus yang tergantung di salib, untuk mencintai kita selalu dan senantiasa, dan untuk menyelamatkan kita! Lebih dari segalanya, Bunda Maria menghibur kita dengan menunjuk pada Dia yang Tersalib dan Firdaus!” (bdk juga LG 58).

Keempat, tujuh dukacita Maria membuat kita juga mengerti, bahwa Maria tak melarikan diri dari penderitaan. Maria menghadapi dan menghayati penderitaan sebagai sarana untuk semakin menyatukan diri dengan Yesus. Dukacitanya adalah jalan menuju kepersatuannya dengan Kristus. Dukacita Maria juga menunjukkan betapa besar pengorbanan dan kasih Maria yang merelakan Anaknya. Rasa keibuan dan rasa memiliki sebagai ibu dikalahkan oleh kasih ini. Tanpa kasih yang sebesar itu sulit dibayangkan dukacita yang luar biasa hebat itu bisa dilewatinya. Inilah perwujudan penyerahan diri Maria yang menyeluruh.

Pastor Dr Petrus Maria Handoko CM - HidupKatolik.com
--Deo Gratias--


Source : FBGereja Katolik

Friday, November 15, 2013

Patung Yesus Berdiri Tegak Meski Dihantam Topan Haiyan

Di antara pohon-pohon yang hancur akibat Topan Haiyan, patung Yesus kokoh berdiri tanpa goresan sedikitpun.

MANILA - Sebuah patung Yesus yang diperkirakan mencapai tinggi hingga dua lantai gedung, tetap berdiri kokoh di saat Topan Haiyan melanda Filipina. Ini adalah keajaiban lain yang terjadi di saat bencana dahsyat itu melanda.

Patung Yesus itu berdiri tegak di tengah kehancuran yang terjadi di sekelilingnya usai topan menghantam. Tampak patung itu seperti memberi berkah kepada para korban akibat Topan Haiyan.

Menurut CNN, Kamis (14/11/2013), patung itu ditemukan di Kota Tanauan. Jelas sekali patung itu tidak tersentuh sama sekali oleh Topan Haiyan yang melanda dengan kecepatan mencapai 315 kilometer per jam, Jumat 8 November 2013.

Keajaiban berbau religi beberapa kali terjadi di saat sebuah wilayah yang dilanda bencana. Sebelumnya pada guncangan gempa di Filipina Oktober 2013, dua buah patung Bunda Maria juga tidak mengalami kerusakan sama sekali.

Kekuatan Topan Haiyan memang dahsyat. Bahkan kuatnya hembusan angin membuat puluhan ribu bangunan dilaporkan hancur, khususnya di Tacloban yang menjadi wilayah paling parah dihantam topan. 600 ribu warga pun terpaksa mengungsi akibat bencana ini.

Jumlah resmi korban tewas akibat Topan Haiyan terus bertambah. Pemerintah Filipina menyatakan korban tewas kini bertambah menjadi 2.275 jiwa
. Selain korban tewas, jumlah korban terluka dilaporkan mencapai 3.655 jiwa dan 80 lainnya hilang.

Proses penyelamatan besar-besaran terhadap korban selamat masih terus berlanjut. Namun masih banyak wilayah yang belum tersentuh oleh tim penyelamat, mengingat beratnya medan.

Presiden Aquino pun menetapkan status darurat bencana dan mengerahkan prajurit Filipina ke Tacoblan untuk mencegah penjarahan. Penerapan status darurat itu amat penting untuk mempermudah pengerahan bantuan kepada warga yang terkena imbas topan.

Sumber :  http://international.okezone.com/read/2013/11/14/411/896692/patung-yesus-berdiri-tegak-meski-dihantam-topan-haiyan

Wednesday, November 13, 2013

Paus Francis & Puluhan Ribu Katolik Doakan Korban Topan Haiyan Filipina


Bencana Topan Haiyan yang memporak-porandakan Filipina mendapat perhatian dunia. Berbagai organisasi bangsa termasuk PBB dan Uni Eropa menggalang bantuan untuk para korban yang diperkirakan mencapai 10 ribu orang itu.

Paus Francis juga menyampaikan kesedihan yang mendalam atas bencana itu dan akan meminta umat Katolik memberi bantuan nyata. Dia akan memimpin 60 ribu umat untuk berdoa bagi Filipina yang mayoritas warganya beragama Katolik itu. "Sangat berduka, ada banyak, banyak sekali korban dan kerusakan yang parah," ujarnya.

Dengan dipimpin oleh Paus Francis, puluhan ribu orang di Vatikan mendoakan korban badai topan Haiyan di Filipina. Paus mengajak mereka untuk merenungkan kedahsyatan bencana tersebut dan banyaknya jumlah korban yang berjatuhan.

Doa tersebut diselenggarakan di Lapangan Santo Petrus dan diikuti oleh puluhan ribu turis, peziarah, dan warga Roma pada Minggu (10/11). Paus berharap masyarakat Filipina dan negara-negara sekitar dapat merasa dekat dengannya. Paus juga mengajak pendoa untuk memberikan bantuan yang konkret bagi korban badai.

Topan Haiyan telah menerjang negara kepulauan Filipina selama 2 hari. Sampai berita ini diturunkan korban tewas di salah satu kota, yakni Tacloban, saja sudah mencapai 10.000 jiwa.

Filipina adalah negara dengan jumlah penganut Katolik terbesar di Asia. Masyarakat Filipina sendiri merupakan salah satu komunitas imigran terbesar di Roma.

Filipina benar-benar luluh lantak akibat salah satu topan terkuat sepanjang sejarah ini. Sebastian Rhodes Stampa, kepala PBB untuk Disaster Assessment Coordination Team, mengklaim bahwa dampak dari badai ini hampir serupa dengan tsunami Samudera Hindia tahun 2004 silam. Mari kita turut serta menaikkan doa bagi para korban dan para penyalur bantuan yang bekerja keras di sana.


Gereja Katolik Filipina untuk sementara menjadi tempat pengungsian korban topan Haiyan :



  

Sunday, November 10, 2013

Romo Bagya Ditonjok Saat Bagikan Komuni, Hosti Berjatuhan


Sesawi.Net - Kabar memprihatinkan berhembus dari Yogyakarta, tepatnya dari Gereja Santo Yusup Bintaran. Ketika tengah sibuk membagikan komuni saat misa hari Sabtu (9/11) petang kemarin, tiba-tiba datang orang yang tidak dikenal dan langsung menonjok dari belakang dengan sabetan tangannya (digablok) dan pukulan sabetan tangan itu langsung mendarat di punggung Romo Subagya Pr hingga menyebabkan beliau jatuh tersungkur.

Hosti yang terdapat dalam sibori di tangan Romo Bagya langsung jatuh berhamburan di lantai Gereja. Umat pun sangat terkejut dan sontak langsung �bereaksi� mengamankan orang yang berbuat tidak sepantasnya di Gereja Santo Yusup Bintaran ini.

Dari perbincangan Romo Aloysius Budipurnama Pr dari Paroki Kebon Dalem Semarang dengan Romo Bagya Pr, informasi yang tertulis di media sosial Keuskupan Agung Semarang (KAS) menyebutkan beberapa fakta berikut ini.
  • Pelaku tindak yang sangat tidak terhormat ini diketahu bernama Sapta
  • Pelaku berasal dari Prawiradirjan, Yogyakarta
  • Saat terjadi insiden di TKP, pelaku memakai kaos T-Shirt bergambar Amien Rais.

Begitu insiden terjadi dan pelaku diamankan petugas tata tertib Gereja, yang bersangkutan segera dibawa ke Polsek Mergangsan, Yogyakarta untuk investigasi insiden dan �proses verbal�. 

Usai misa selesai dan ketika keadaan sudah menjadi tenang, Romo Bagya Pr segera dibawa ke RS Panti Rapih Yogyakarta untuk mendapatkan visum.

Ternyata Pelaku Penonjokan Itu Terganggu Jiwanya

Dari pembicaraan telepon Romo Aloysius Budi Purnama Pr dengan Romo Bagya Pr, ada informasi valid yang menyebutkan bahwa pelaku bernama Sapta ini ternyata secara psikis dan emosional dalam kondisi kejiwaan yang tidak sehat.

�Pernah dua kali dirawat  di sebuah rumah sakit jiwa di kawasan Pakem,� kata Romo Budipurnomo Pr  menjawab Sesawi.Net hari Minggu (10/11) malam. 

Yang bersangkutan pernah menjadi pasien dua kali di sebuah rumah sakit jiwa di Pakem, Yogyakarta.

Ketegangan dan kemarahan umat Katolik di Gereja Santo Yusup Bintaran pun menjadi reda, setelah mengetahui �pelecehan agama� ini terjadi karena pelaku dalam kondisi kejiwaan yang tidak stabil alias gila. 



Keluarga Pelaku Penonjokan Sudah Minta Maaf

Menurut penuturan Romo Willem Pau Pr, mantan Ketua Komsos Keuskupan Agung Semarang kepada Sesawi.Net, keluarga pelaku dengan itikad sangat baik sudah datang mengunjungi Gereja Santo Yusuf Bintaran dan bertemu dengan Romo Bagya Pr di Pasturan.

�Tujuannya menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas �ulah� tak terduga dari Sapta,� kata romo diosesan (praja) KAS putra asli Magelang ini.

Keluarga juga mohon diberikan pengampunan yang sebesar-besarnya dari segenap Umat Katolik Paroki Bintaran atas �ulah� tak terduga itu. �Dan Romo Bagya Pr pun dengan jiwa besar juga sudah memaafkannya,� sambung romo pecinta musik ini.

Menurut penuturan keluarga, Sapta �sang pelaku penggamblogan itu� memang sudah pernah dua kali dirawat intensif di sebuah rumah sakit jiwa di kawasan Pakem, Yogyakarta Utara. Niat keluarga untuk mengirim Sapta kembali ke Pakem untuk perawatan lebih lanjut terhalang oleh kendala finansial.

Romo Willem Pau juga menegaskan, insiden ini sama sekali tidak ada unsur pelecehan agama. Kaos yang dipakai dengan gambar Amien Rais sama sekali juga tidak mencerminkan kaitan �ideologi politik� apa pun. �Ya sekedar baru memakai sebuah kaos T-Shit dengan kebetulan juga gambarnya begitu saja,� tegas Romo Willem Pau Pr.

Recent Post