Gereja Katedral St. Yoseph Pontianak yang Megah Mempesona

Seiring semakin bertambahnya jumlah umat yang mengikuti misa di Gereja Katedral St. Yoseph Pontianak, dari waktu ke waktu memang menunjukkan perkembangan yang berarti, hal ini terlihat jelas pada setiap hari minggu jumlah umat yang hadir tidak dapat tertampung lagi sehingga banyak yang harus rela berpanas-panas di bawah terik matahari. Setiap hari minggu misa diadakan sebanyak 4 (empat) kali, namun tetap dipenuhi umat baik yang berasal dari paroki Keuskupan Agung Pontianak, maupun umat pendatang yang mungkin saja ada yang berstatus mahasiswa, pelajar, pegawai negeri sipil, karyawan swasta pindahan dari daerah lainnya.

Menanggapi keadaan ini, akhirnya diputuskan untuk membangun kembali gereja yang sudah berumur 100 tahun agar di masa-masa yang akan datang dapat menampung lebih banyak lagi umat beriman.
 
Gereja Katedral St. Yoseph Pontianak ketika belum dipugar, saat ini sudah berumur 100 tahun.
 
Di menara setinggi 22 meter itu, sebelumnya tergantung sebuah lonceng besar. Juga ada jarum jam raksasa di sudut-sudutnya  yang bisa menjadi patokan pengguna jalan yang tergesa mengejar jadwal masuk kerja. Atau di malam hari, dentang yang terdengar berat dan menggema, ikut mewarnai suasana kota. Teng, teng, teng�
 
Menyaksikan Gereja Katedral Pontianak yang sudah tua namun bersejarah itu yang perlahan-lahan mulai diambrukkan itu telah menimbulkan perasaan tersendiri. Khususnya, warga Pontianak. Pemerintah setempat pernah mengklaim bangunan gereja katedral ini sebagai warisan budaya yang tidak boleh dibongkar. Namun, klaim itu hanya berhenti sampai pada tingkat pernyataan, karena toh juga tidak pernah ada upaya konkret bagaimana seharusnya bangunan sejarah ini mesti dirawat.

Bangunan tua itu memang harus menyerah menghadapi tantangan zaman. Dia harus berkorban, meski banyak cerita kehidupan yang menyertainya untuk digantikan dengan bangunan baru yang modern dan kokoh.

Kembali saya teringat ucapan Monsinyur Bumbun yang pernah berkata, �Rasa sayang pada bangunan lama � Itu artinya bangunan ini harus kita pelihara dan dibangun kembali sehingga menjadi lebih kokoh dan kuat. Itu wujud rasa sayang.�
 
Di sisi lain, kebutuhan umat akan gedung baru tak bisa dipungkiri, terlebih dengan bertambahnya jumlah umat katolik di kota Pontianak. Menurut catatan, gedung gereja katedral yang sudah berumur 100 tahun ini hanya sanggup menampung 1.100 orang. Rencana gedung baru berarsitektur gaya gothic dengan kubahnya yang megah didesain bisa menampung tiga kali lipat dari kapasitas gedung lama.
 
Dengan dana tak kurang Rp 64 miliar, wajah Gereja Katedral St. Yoseph Pontianak yang baru nanti diharap bisa sedikit menyerupai kemegahan Basilika Santo Petrus di Vatican City. Ada kemegahan, kerja keras terpatri di tiang-tiang utama, suasana kebersamaan dan kepedulian ikut terangkum di dalamnya.
 
Gereja Katedral St. Yoseph Pontianak diusulkan naik status menjadi Basilika Minor. (Pontianak Post, 9 April 2013)
 
Karena bangunan yang sedang dibangun mirip dengan Basilika St. Petrus, melalui pastor Paroki, Damian, Ofm.Cap dalam hal ini Dewan Pastoral Paroki mengutarakan keinginan untuk menjadikan Gereja Katedral St. Yoseph Pontianak sebagai Basilika Minor di Indonesia.

Terkait dengan kesiapan persyaratan untuk dapat menjadi Basilika Minor, Pastor Wiliam Cang, Ofm.Cap menyebutkan ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi.

Persyaratannya selain bangunan gereja bentuknya mirip dengan yang asli, ada sekira empat kriteria wajib ada. Adapun kriteria tersebut adalah pertama adanya Sanctuarium atau Panti Imam yang terpisah dari bagian gereja. Kedua adanya bangunan kapel adorasi 24 jam, ketiga adalah memiliki Plasa Maria, dan keempat adalah ruang atau kamar pengakuan dosa minimal lima buah.

Basilika Minor di Indonesia ini akan menjadi kebanggaan jika Bapa Paus Fransiskus berkenan hadir meresmikannya. "Pada prinsipnya saya selaku kepala daerah memberi dukungan terhadap rencana menjadikan Katedral Pontianak sebagai Basilika St. Petrus Minor di Indonesia," ujar Cornelis.

Gereja Katedral St. Yoseph, Pontianak Selatan, yang dalam dua tahun terakhir terus dipugar dengan dana Rp 64 miliar. Sebanyak Rp 20 miliar dari keseluruhan dana yang dibutuhan, dibantu Pemprov Kalbar selama dua tahun anggaran, yakni 2012 dan 2013. 
 
"Bangunan yang mengambil gaya gothic dan berpatokan pada patron zaman Bizantium pada abad ke-4 itu diharapkan akan menjadi salah satu kebanggaan masyarakat Pontianak terutama kalangan gereja," kata Ketua Panitia Pembangunan Gereja Katedral Santo Yosep, Frederika Cornelis.
 
"Bangunan ini dirancang oleh arsitek asli dari Kalbar, didampingi Tim Asistensi Pembangunan Gereja," kata dia. Model gereja itu mengacu arsitektur klasik "Corinten" yang terlihat dari kubah bulat sebagai kubah utama, dan di atasnya ada kubah kecil lagi yang disebut "Rotunda".

Frederika Cornelis melanjutkan, konstruksi kubah utama menggunakan "space frame" atau rangka ruang. "Konstruksi ini terbilang canggih di Kalimantan Barat dan pertama kali digunakan di gereja," katanya menjelaskan.

Sedangkan untuk tata suara, menganut sistem tata suara yang sangat akustik dan dirancang dengan sangat baik, sehingga menghasilkan efek suara yang prima. "Jadi jika Imam menyampaikan khotbah walau tanpa pengeras suara elektronik, maka suaranya akan terdengar jelas oleh umat, demikian sebaliknya," kata Frederika Cornelis.

Gubernur Kalimantan Barat, Drs. Cornelis, MH.

Gubernur Kalbar Cornelis mengatakan, pencapaian pembangunan gereja tersebut patut disyukuri bersama. "Pembangunan gereja merupakan upaya untuk memberi pelayanan yang lebih baik kepada jemaat, agar lebih nyaman berbakti dan memuliakan nama Tuhan," kata dia.

Cornelis pun mengatakan bahwa Gereja Katedral St. Yoseph Pontianak yang sedang dalam tahap pembangunan ini akan menjadi gereja terbesar di Indonesia.  "Sebagai masyarakat biasa kita merasa senang dan bangga dengan pembangunan Gereja Katedral St. Yoseph yang begitu megah ini, dan ini akan menjadi Gereja Katedral yang paling megah yang pernah ada di Indonesia," ungkap Cornelis.

Gubernur Cornelis pun mengingatkan kepada panitia pembangunan, bahwa tanggungjawabnya belum selesai. Apalagi masih ada kekurangan dana dari total biaya pembangunan yang direncanakan panitia.  Cornelis lalu mengajak umat Katolik untuk tidak segan-segan mengeluarkan uang, guna mendukung pembangunan katedral. Sumbangan umat yang beragam nominalnya, jika terkumpul akan membuat gereja tersebut berdiri kokoh. 

Susunan panitia pembangunan Gereja Katedral St. Yoseph Pontianak

Tidak hanya kepada umat yang belum menyumbang. Kepada yang sudah menyumbang, Cornelis juga berharap umat tersebut kembali menyumbang. "Bagi yang sudah berpartisipasi, tambahlah lagi partisipasinya," imbaunya.

Harapan itu disampaikan Cornelis. Dia pun berharap agar umat Katolik bersatu padu dalam menyelesaikan pembangunan gereja tersebut. "Mari bersatu bangun Katedral. Supaya bisa digunakan sampai 300 tahun," katanya.

Ia melanjutkan, gereja adalah tempat ibadah, dan sebagai sarana untuk mendalami agama sehingga harus dipergunakan sebaik-baiknya. Selain itu, gereja dapat secara langsung memberi pengaruh positif ke masyarakat serta turut serta berpartisipasi bersama umat lain dalam mewujudkan suasana yang aman, damai, tenteram, baik secara internal, dengan gereja maupun umat lain.


Artikel terkait : Karena Menggunakan Kubah yang Mirip Masjid, Gereja Katedral St Yoseph Pontianak Didemo FPI
 
Dalam tahap pembangunan, Gereja Katedral St. Yoseph Pontianak
 



Sumber :
http://www.antarakalbar.com/berita/305414/penutup-rangka-kubah-katedral-pontianak-rp65-miliar
http://www.sesawi.net/2011/06/15/katedral-pontianak-face-off-karena-tuntutan-zaman/ 

Post a Comment

Previous Post Next Post