Latest News

Tuesday, August 31, 2004

45) Tentang Keledai yang dinaiki Yesus

45) MATIUS 21:7 VS MARKUS 11:7 & LUKAS 19:35
a. Seekor keledai (Markus 11:7; Lukas 19:35)
b. Seekor keledai betina dan seekor anak keledai (Matius 21:7)

JAWAB: (Kategori : salah memahami konteks ayat)
Lihat jawaban sebelumnya.
Matius 21:7,
"Mereka membawa keledai betina itu bersama anaknya, lalu mengalasinya dengan pakaian mereka dan Yesuspun naik ke atasnya."
Markus dan Lukas tidak menekankan jumlah keledai dan tidak menulis tentang keledai betina, karena keledai betina itu bukanlah titik perhatian mereka, tetapi mereka menekankan tentang Yesus Kristus yang duduk di atas anak keledai itu.

Keempat pengarang: Matius, Markus, Lukas dan Yohanes adalah impresionis-impresionis yang diilhami. Kisah yang mereka sodorkan adalah lukisan-lukisan, bukan tulisan sejarah bahkan catatan harian pun bukan. Urutan kejadian yang teliti menurut waktu bukan menjadi tujuan kitab-kitab itu. Masing-masing penulis mempunyai rencana dan cara penyusunan yang tersendiri. Dengan kata lain, menciptakan penggabungan keempat Injil itu sama halnya dengan usaha mendamaikan empat orang yang tidak pernah berselisih. Dengan adanya empat Injil, episode yang satu tidak diceritakan di injil yang lain, merupakan keharmonisan Injil itu sendiri. Keharmonisan ini dimaksudkan untuk dinikmati bukan dengan melenyapkan melainkan dengan memelihara perbedaan-perbedaannya.

Bahwa dalam pemberitaan injil terdapat perbedaan-perbedaan yang dangkal memang tidak disangkal, bahkan sepintas lalu perbedaan-perbedaan itu kelihatan mirip seperti pertentangan-pertentangan. Namun ada baiknya perbedaan itu karena membuktikan keasliannya dan pemberitaan itu ditulis lepas satu sama lain. Perbedaan itu dapat dikatakan sebagai variasi, bukan kontradiksi. Perbedaan-perbedaan itu timbul karena yang menjadi titik-berat adalah segi-segi atau sudut pandang yang berbeda. Keempat penulis injil memberikan empat laporan, sementara proses pembedaan, pemilihan dan penyuguhan memberikan kepada masing-masing kitab Injil titik-beratnya yang khas.
� Matius 1:1, "Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham."
� Markus 1:1, "Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah."
� Lukas 1:1, "Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita."
� Yohanes 1:1, "Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah."

Jika diperhatikan awal penulisan masing-masing Injil, tampak adanya rencana dan cara penyusunan tersendiri oleh penulis Injil dan hal ini semakin jelas jika dibaca Injil itu secara keseluruhan, tidak dibaca sebagian-sebagian atau satu ayat saja.

Di sinilah mengapa ada 4 Injil (Matius, Markus, Lukas, Yohanes), karena masing-masing Injil mempunyai maksud tujuan yang berbeda, yang mempertajam isi Injil itu sendiri dan semuanya saling melengkapi dan memperkaya pemahaman kita tentang Yesus. Perhatikan juga Jawaban pertanyaan no 44.

Saturday, August 21, 2004

44) Yesus memasuki Yerusalem naik apa?

44) Yesus memasuki Yerusalem naik apa?
a. Seekor keledai (Markus 11:7; Lukas 19:35).
b. Seekor keledai betina dan seekor keledai (Matius 21:7).

JAWAB : (Kategori : salah memahami konteks ayat)

Berapa ekor keledai yang dibawakan kepada Yesus?

Keledai dan anaknya (Matius 21:2-7) :
21:2 dengan pesan: "Pergilah ke kampung yang di depanmu itu, dan di situ kamu akan segera menemukan seekor keledai betina tertambat dan anaknya ada dekatnya. Lepaskanlah keledai itu dan bawalah keduanya kepada-Ku.
21:3 Dan jikalau ada orang menegor kamu, katakanlah: Tuhan memerlukannya. Ia akan segera mengembalikannya."
21:4 Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi:
21:5 "Katakanlah kepada puteri Sion: Lihat, Rajamu datang kepadamu, Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda."
21:6 Maka pergilah murid-murid itu dan berbuat seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka.
21:7 Mereka membawa keledai betina itu bersama anaknya, lalu mengalasinya dengan pakaian mereka dan Yesuspun naik ke atasnya."

Seekor keledai muda (Markus 11:2-7)
11:2 "dengan pesan: "Pergilah ke kampung yang di depanmu itu. Pada waktu kamu masuk di situ, kamu akan segera menemukan seekor keledai muda tertambat, yang belum pernah ditunggangi orang. Lepaskan keledai itu dan bawalah ke mari.
11:3 Dan jika ada orang mengatakan kepadamu: Mengapa kamu lakukan itu, jawablah: Tuhan memerlukannya. Ia akan segera mengembalikannya ke sini."
11:4 Merekapun pergi, dan menemukan seekor keledai muda tertambat di depan pintu di luar, di pinggir jalan, lalu melepaskannya.
11:5 Dan beberapa orang yang ada di situ berkata kepada mereka: "Apa maksudnya kamu melepaskan keledai itu?"
11:6 Lalu mereka menjawab seperti yang sudah dikatakan Yesus. Maka orang-orang itu membiarkan mereka.
11:7 Lalu mereka membawa keledai itu kepada Yesus, dan mengalasinya dengan pakaian mereka, kemudian Yesus naik ke atasnya."

Seekor keledai muda (Lukas 19:30)
"dengan pesan: "Pergilah ke kampung yang di depanmu itu: Pada waktu kamu masuk di situ, kamu akan mendapati seekor keledai muda tertambat, yang belum pernah ditunggangi orang. Lepaskanlah keledai itu dan bawalah ke mari."

Tidak terdapat kontradiksi sama sekali. Matius 21:2-7 menceritakan kepada kita bahwa terdapat seekor keledai dan anaknya. Markus dan Lukas berfokus pada anaknya saja dan menjelaskan bahwa anak keledai itu belum pernah ditunggangi orang. Markus dan Lukas memfokuskan diri pada masalah belum pernah ditungganginya keledai itu sementara Matius memfokuskan diri pada penggenapan nubuat (Matius 21:4-5). Logisnya, jika memang ada dua ekor keledai, maka paling tidak memang ada seekor keledai. Hanya menyebutkan satu ekor saja tidaklah berarti bahwa tidak terdapat keledai lain di situ. Ini bukan permainan verbal. Ini masalah logika. Ingatlah bahwa para penulis Injil memiliki tujuan tertentu dalam menuliskan Injil-Injil mereka. Tujuan Injil bukanlah untuk menceritakan kembali kejadian-kejadian secara kronologis dan mendetil hingga sekecil-kecilnya. Tujuannya adalah menyampaikan keabsahan Kristus.

Fakta bahwa Markus dan Lukas hanya menyebutkan mengenai seekor keledai muda tidaklah berarti bahwa ini adalah kontradiksi sebagaimana kalau misalnya Frank dan Joe datang ke rumah saya kemarin malam tetapi hari ini saya menceritakan kepada teman saya apa saja yang telah dikatakan oleh Joe di rumah saya kemarin dan tidak menyebut-nyebut tentang si Frank sama sekali.

Zakharia 9:9 adalah bagian Alkitab yang diacu oleh Matius. Ayat ini berbunyi, "Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda."

Dapat kita lihat di sini bahwa Matius memasukkan kedua ekor keledai itu karena memang dinubuatkan dua ekor (seekor keledai dan seekor keledai muda - tejemahan Indonesia memang memberi kesan satu ekor, terjemahan yang lebih baik dapat dibaca dalam Alkitab Bahasa Inggris versi KJV atau bahasa Indonesia KS-ILT yang menulis, �seekor keledai, dan seekor keledai muda, anak keledai betina�).
Lalu, mengapa sampai bawa dua kalau yang bakal ditunggangi cuma satu? Jawabannya sederhana, keledai muda itu masih muda sehingga masih sangat melekat/dekat dan tergantung pada induknya, demikian juga sebaliknya induknya pun masih sangat melekat pada anaknya. Kedua binatang ini akan ke mana-mana berdua sebagai induk dan anak sebagaimana yang lazim terjadi pada berbagai spesies binatang di dunia ini.

Akhirnya, para murid tidaklah mencuri keledai-keledai itu. Alkitab bahasa Indonesia menterjemahkan kalimat setelah "Tuhan memerlukannya" dengan "Ia akan segera mengembalikannya" (Matius 21:3 dan Markus 11:3) seolah-olah Yesus yang akan mengembalikan keledai itu, padahal teks Yunaninya bukan kata "mengembalikan" yang dipakai sebagai predikat tetapi "apostello" yang berarti "mengirimkan untuk suatu pekerjaan/mengutus." Artinya Yesus mengantisipasi bahwa orang yang mendengar bahwa "Tuhan memerlukannya" akan mengirimkannya kepada Yesus artinya dengan sukarela pemilik binatang itu telah meminjamkannya untuk keperluan Yesus. Hal ini dipertegas dengan keterangan Markus 11:6 di mana orang-orang yang mendengarkan itu membiarkan mereka membawa keledai itu. Sudah tentu, Yesus tidak akan menganjurkan murid-muridnya mencuri.
Jadi, meski Markus dan Lukas menyebut seekor keledai, bukan berarti hanya ada seekor saja. Ini hanya masalah fokus perhatian pembicaraan. Matius menulis dengan lebih terperinci.

Wednesday, August 11, 2004

43) Cara sujud Abraham dengan Yesus saat berdoa, bertentangan syariat.

43) Cara sujud Abraham dengan Yesus saat berdoa, bertentangan syariat. KEJADIAN 17:3 & MATIUS 26:39 VS PRAKTIK UMAT.
Dalam Kejadian 17:3, tatacara Abraham menghadap Allah TERTULIS: "Lalu SUJUDLAH Abram, dan Allah berfirman kepadanya", dan dalam Matius 26:39, tatacara Yesus menghadap Allah (Bapa) TERTULIS: "Maka Ia (Yesus) maju sedikit, lalu SUJUD dan berdoa kata-Nya: "Ya Bapa-Ku,...", TETAPI dalam PRAKTIK UMAT Kristen/Katolik, tatacara ibadah mereka TIDAK MENGENAL sujud. (bertentangan syariat).

JAWAB: (Kategori : salah memahami cara kerja Tuhan dalam sejarah)

Dalam masa Perjanjian Lama, Ibadah bangsa Yahudi secara lahiriah, namun ketika dalam masa Perjanjian Baru, Ibadah lebih ditekankan dalam Roh dan Kebenaran (Yohanes 4:24). IMAN KRISTEN tidak mempermasalahkan tata cara ibadah lahiriah seperti: berdoa; sujud; duduk; tangan dilipat; mengangkat tangan; berdiri; berteriak; berbisik; menangis dan sebagainya. Tidak ada ketentuan jam dan waktu (Efesus 6:18); Tidak ada ketentuan untuk harus memakai pakaian tertentu jika berdoa; tidak ada koreografi tertentu untuk berdoa; Doa bukanlah sekedar pengucapan mantra yang diulang-ulang; Tepatnya, tidak ada syariat yang mengikat tentang tata-cara penyembahan dan pengucapan doa. Tuhan Yesus sudah memberikan contoh-contohnya.

Definisi doa adalah sebagai berikut : Hubungan persekutuan dengan Allah di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Atau lebih tepatnya Doa adalah komunikasi pribadi dengan Allah. Prinsip yang mendasarinya adalah prinsip kekudusan bukan tingkah laku agamawi. "Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan (doa) mereka..." (I Petrus. 3:12).

Doa di sini adalah menekankan aspek rohani-nya buka jasmaninya (tata cara berdoa). Berdoa yang benar adalah : berdoa dalam roh dan kebenaran, bukan rutinitas dan tata cara jasmaniah, bukan pula ketentuan jumlah berdoa dalam satu hari; tidak terbatas pada ruang dan waktu; tidak harus memakai pakaian tertentu; Kita bisa setiap saat berdoa! inilah the simplicity of the Gospel!

BERDOA DALAM ROH DAN KEBENARAN
Alkitab berkata, "Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah yang benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran." (Yohanes 4:23). Dalam sembah sujud dan berbakti kepada Tuhan ada dua unsur penting. Pertama yaitu berbakti dengan jujur, berbakti di dalam kebenaran; ini suatu aspek fungsi rasio. Kedua, berbakti di dalam roh, berbakti di dalam kuasa Roh Kudus, ini aspek rohani. Iman mencakup dua wilayah; wilayah rasional dan wilayah spiritual. Wilayah rasional bersangkut-paut dengan fungsi pikiran. Wilayah spiritual bersangkut paut dengan fungsi kita berbakti dan memuliakan Allah.

BERDOA DENGAN ROH, BERDOA DENGAN PENGERTIAN
Berbakti dalam doa adalah mencakup aspek fungsi hidup rohani yang disebut berdoa; "Aku akan berdoa juga dengan akal budiku," demikian Paulus berkata dalam 1 Korintus 14:15. Doa dalam roh dan doa dalam pikiran, doa dalam roh dan doa dalam akal, dalam pengertian. Paulus menekankan bukan hanya berdoa dalam roh tetapi juga memakai pengertian. Jadi di sini keseimbangan yang ditekankan. Roh Kudus memimpin rohmu dan Firman memimpin pikiranmu.

Tidak ada seorangpun yang mampu memisahkan Roh Kudus dari kebenaran, dan tidak ada seorang pun berhak memisahkan pimpinan Roh Kudus dengan roh kita. Jika pikiran kita tidak dipimpin oleh Kebenaran, kita belum bisa berbakti kepada Allah. Jika hati dan nurani kita tidak dipimpin oleh Roh Kudus, kita belum mengerti bagaiman berdoa kepada Tuhan. Jadi, berbakti kepada Tuhan dalam kebenaran dan roh, berdoa kepada Tuhan dalam pikiran dan hati nurani yang dipimpin oleh Roh. Roh Kudus tidak mungkin memimpin seseorang tanpa memakai kebenaran. Dengan kebenaran Dia memimpin kita, karena Firman Tuhan menjadi pedoman hidup, Firman Tuhan menjadi pelita bagi jalan kita, Firman Tuhan menjadi penerang bagi hati nurani, dengan cahaya Firman kita dipimpin. Seorang yang bijaksana adalah seorang yang menaklukkan pikiran di bawah kuasa Roh Kudus dan kedaulatan Tuhan Allah.

Recent Post