Latest News

Tuesday, February 21, 2012

Pentingnya Karismatik



Pengrusakan nilai-nilai moral dan kehampaan kehidupan rohani yang terjadi saat ini di dunia membutuhkan perangkat-perangkat rohani yang telah disediakan oleh Tuhan. Saat-saat inilah dunia kita membutuhkan Roh Kudus seperti saat Pentakosta pertama kali terjadi kepada murid-murid Yesus.

Berbagai karunia Roh Kudus telah dipersiapkan untuk kita semua - yaitu karunia ilahi yang tampak mustahil bagi kita manusia. Ketika Yesus menumpangkan tanganNya bagi yang sakit, maka orang itu sembuh. Yang buta dapat melihat. Yang lumpuh berjalan. Yang putus asa memperoleh harapan dan kedamaian. Orang-orang berdosa membalikkan hidupnya untuk menjadi lebih kudus bagi Tuhan.

Didalam Roh Kudus kita saling membantu dan mengasihi. Didalam Roh Kudus kita bisa melihat hadirat Kristus didalam diri setiap orang. Didalam Roh Kudus kehidupan kita diperbaharui dan diberkati.

Seperti Alkitab menyatakan,

�Maka bangkitlah Petrus berdiri dengan kesebelas rasul itu, dan dengan suara nyaring ia berkata kepada mereka:�Hai, kamu orang Yahudi dan kamu semua yang tinggal di Yerusalem, ketahuilah dan camkanlah perkataanku ini. Orang-orang ini tidak mabuk seperti yang kamu sangka, karena hari baru pukul sembilan, tetapi itulah yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi Yoel:

Akan terjadi pada hari-hari terakhir - demikianlah firman Allah - bahwa Aku akan mencurahkan Roh-ku ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi.

Juga ke atas hamba-hamba-Ku laki-laki dan perempuan akan Ku-curahkan Roh-Ku pada hari-hari itu dan mereka akan bernubuat.

Dan Aku akan mengadakan mukjizat-mukjizat di atas, di langit dan tanda-tanda dibawah, di bumi�� (Kis 2:14-19)

Kata-kata itu disampaikan oleh Santo Petrus ketika dia dan para murid Yesus berada di ruang atas saat Roh Kudus hadir �seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah� dan saat itu �tampaklah lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.� (Kis 2: 1-3)

Para murid ini tetap membutuhkan Roh Kudus. Walaupun saat itu mereka percaya kepada Yesus, mereka telah melihat Yesus secara langsung, mereka hidup bersama Yesus, mereka telah berbicara dengan Yesus, mereka melihat Yesus disalibkan dan mereka melihat sendiri Yesus bangkit dari maut. Tapi mereka tetap membutuhkan Roh Kudus.

Percaya saja tidaklah cukup. Sebelum turunnya Roh Kudus, mereka tidak dapat bersaksi dengan berani mengenai Kebangkitan Kristus. Santo Petrus yang tadinya menyangkal Yesus tiga kali di Mat 26:69-75, kini berani untuk berkata-kata dengan suara lantang didepan banyak orang.

Ketika Roh Kudus turun diatas mereka, mereka menjadi lebih bersemangat dalam pewartaan, mereka dapat melakukan berbagai mukjizat dengan menyembuhkan banyak orang sakit dan mereka dapat berbahasa Roh - semua seperti yang dijanjikan Yesus kepada mereka.

Dengan demikian Gerakan Pembaruan Karismatik Katolik memperkuat persahabatan dengan Yesus Kristus.

In Spiritu Domini

Peraturan Puasa dan Pantang Gereja Katolik


Hari Pantang dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan tujuh Jumat selama Masa Prapaskah sampai dengan Jumat Agung.

Peraturan Puasa dan Pantang Gereja Katolik :

~ Yang wajib berpuasa ialah semua orang Katolik yang berumur 18 tahun ke atas sampai awal tahun ke-60. Yang wajib berpantang ialah semua orang Katolik yang berumur genap 14 tahun ke atas.

~ Puasa dalam arti Yuridis, berarti makan kenyang hanya sekali sehari. Pantang dalam arti Yuridis, berarti memilih tidak makan daging atau ikan atau garam, atau tidak jajan atau merokok. Karena peraturan puasa dan pantang cukup ringan, maka kami anjurkan, agar secara pribadi atau bersama-sama, misalnya oleh seluruh keluarga, atau seluruh lingkungan, atau seluruh wilayah, ditetapkan cara puasa dan pantang lebih berat, yang dirasakan lebih sesuai dengan semangat tobat dan matiraga yang ingin dinyatakan. Tentu saja ketetapan yang dibuat sendiri tidak mengikat dengan sangsi dosa.


~ Hendaknya juga diusahakan agar setiap orang beriman Kristiani baik secara pribadi maupun bersama-sama mengusahakan pembaharuan hidup rohani, misalnya dengan rekoleksi, retret, latihan rohani, ibadat Jalan Salib, meditasi dan sebagainya.

~ Salah satu ungkapan tobat bersama dalam Masa Prapaskah ialah Aksi Puasa Pembangunan (APP), yang diharapkan mempunyai nilai dan dampak pembaruan pribadi serta peningkatan solidaritas pada tingkat paroki, keuskupan dan nasional. Selamat berpuasa dan pantang dalam menyambut Paskah. 

Saturday, February 11, 2012

Bidaah Modernisme Gereja Katolik


Banyak umat bahkan sebagian klerus di Indonesia yang sudah terinfeksi bidaah modernisme.

Apa-apa harus berdasar Konsili Vatikan II !

Kata mereka: "Konsili Trent, Konsili Nicea, Konsili Florence, dll sudah tinggalkan. Itu adalah peninggalan abad pertengahan, tidak sesuai dengan jaman sekarang dan sudah "diupdate" oleh semangat KV II."

Gereja sudah BERUBAH!!! (Astaga?!?)

Padahal mereka juga salah tafsir tentang Konsili Vatikan II. Konsili Vatikan II sendiri bukanlah 'superdogma', melainkan hanyalah Konsili Pastoral yang mana TETAP berdasarkan Tradisi Gereja. Artinya, Konsili Trent, Nicea, Vatikan I, Florence, dan konsili-konsili dogmatis lainnya LEBIH TINGGI kedudukannya daripada Konsili Vatikan II karena KV II hanyalah konsili pastoral, bukan dogmatis.

Bidaah Modernisme, apakah itu?

Modernisme adalah bidaah yang mengajarkan bahwa ajaran-ajaran Gereja yang lalu-lalu adalah "usang", sehingga perlu "diupdate" agar ajaran tersebut cocok dengan zaman ini. ajaran Gereja yang biasanya sering menjadi korban para modernist adalah EENS, dimana para modernist itu berkata bahwa EENS hanya berlaku zaman dahulu, jaman sekarang EENS sudah tidak relevan lagi, tidak sesuai zaman, dsb. Di masa depan mungkin di abad 22, para modernist itu mungkin mengatakan bahwa Gereja harus memperbolehkan pernikahan homoseksual (yang mana adalah dosa berat dan melanggar kodrat!) karena di abad 22 sedang tren-trennya pernikahan homoseksual.

Hal ini tentunya tidak mungkin karena :

1) Dogma tidak dapat dianulir oleh Konsili atau bahkan Paus sekalipun.

2) Dogma adalah merupakan pewahyuan Allah. Jika kemarin Allah mengatakan "A", kemudian esoknya Ia mengatakan "B". Tentulah hal ini berkontradiksi sementara Allah sendiri TIDAK DAPAT MENGKONTRADIKSIKAN dirinya sendiri!

3) Dogma berlaku sepanjang jaman. Jika semenjak dulu Gereja telah memproklamirkan Dogma EENS secara kebal sesat, maka EENS tetap akan berlaku sepanjang masa.

"Gereja Roma yang Kudus benar-benar mempercayai, meyakini, dan menyatakan bahwa mereka yang TIDAK HIDUP dalam Gereja Roma Katolik, tidak hanya Kafir, tapi juga penganut Yudaisme, Bidat, dan Skismatik TIDAK BISA menjadi pengikut serta dalam kehidupan kekal, tapi akan pergi ke dalam API yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya."
~ Paus Eugene IV dan Konsili Florence (A. D. 1438 - 1445) ~

"Umat Katolik yang Liberal adalah MUSUH terburuk Gereja Katolik."
~ Yang Terberkati Paus Pius IX ~

In Spiritu Domini

Tata Perayaan Ekaristi `Recognitio`


Tata Perayaan Ekaristi `Recognitio'


Pada �Tahun Ekaristi� 2005 ini, Gereja Katolik Indonesia mulai menggunakan Tata Perayaan Ekaristi (TPE) baru. Tepatnya mulai berlaku pada saat dipromulgasikan secara resmi oleh Konferensi Waligereja Indonesia pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, 29 Mei 2005, dengan masa peralihan hingga Hari Minggu Pertama Adven, 27 November 2005.

MENGAPA TPE BARU?

TPE lama dipakai sejak tahun 1979 sebagai `ad experimentum' (= edisi percobaan) dan belum memperoleh `recognitio' (= pengakuan) dari Tahta Suci; sifatnya sementara. TPE baru telah menerima `approbatio' (= persetujuan) dari para Bapa Uskup seluruh Indonesia dan menerima `recognitio' dari Kongregasi Ibadat dan Tata Tertib Sakramen di Vatikan Roma; sifatnya tetap dan definitif.

APA TUJUANNYA?

Tujuan dari perubahan ini adalah menyesuaikan dengan dokumen, ketentuan dan pedoman Liturgi Gereja Universal berkaitan dengan Ekaristi, agar bersama seluruh Gereja Universal kita merayakan misteri kehadiran Tuhan dalam Ekaristi yang luhur itu dengan sikap batin dan tata cara yang penuh hormat dan khidmat. TPE LAMA VS TPE BARU: APANYA YANG BEDA?

Yang berubah dalam �TPE Rekonyisi� (= recognitio) bukanlah tata perayaannya, tetapi teksnya baik dalam rubrik maupun doa-doa. TPE yang baru jauh lebih dapat dipertanggungjawabkan secara teologis, liturgis, dan pastoral, serta lebih setia dan sesuai dengan teks Latinnya.

Perbedaan paling pokok terletak pada bagian Doa Syukur Agung (DSA). Dalam TPE lama, kita menggunakan model dialogis dan partisipatif, di mana umat ikut mendoakan secara vokal bagian-bagian tertentu dalam DSA. Dalam TPE baru, hanya imam yang mendoakan DSA, sebab DSA merupakan doa presidensial, yaitu doa yang hanya diucapkan oleh pemimpin Ekaristi.

�Doa-doa itu disampaikan oleh imam kepada Allah atas nama seluruh umat kudus dan semua yang hadir, dan melalui dia Kristus Sendiri memimpin himpunan umat. Oleh karena itu, doa-doa tersebut disebut `doa presidensial' (doa pemimpin)� (Pedoman Umum Missale Romawi #30).

Partisipasi umat mengucapkan bagian-bagian tertentu dari DSA kurang selaras dengan prinsip partisipasi �menurut tugas dan peran masing-masing� (PUMR #17).

JADI, UMAT HANYA `MENONTON' MISA?

Tidak! Umat, sesuai perannya, terlibat aktif dalam Perayaan Ekaristi, baik dalam DSA maupun dalam keseluruhan Misa Kudus. Dalam DSA, umat terlibat aktif melalui aklamasi pada dialog pembuka prefasi, kudus, aklamasi anamnese, dan aklamasi AMIN meriah pada akhir Doxologi penutup. Dalam keseluruhan Misa Kudus, umat terlibat aktif melalui doa-doa, sikap batin dan tata cara yang pantas, hormat dan khidmat.

BAGAIMANA BENTUK JAWABAN DAN AKLAMASI YANG DIMAKSUD?

Dalam TPE baru, imam yang memimpin Perayaan Ekaristi `in persona Christi' (= bertindak selaku pribadi Kristus), menyapa umat bukan dengan �Semoga Tuhan beserta kita� seperti pada TPE lama, melainkan dengan �Tuhan bersamamu� atau �Tuhan sertamu� (`Dominus vobiscum'). Umat menanggapi sapaan imam dengan, �Dan sertamu juga� atau rumus baru �Dan bersama rohmu� (`Et cum spiritu tuo').

Beberapa contoh aklamasi lainnya yang berubah dalam TPE baru:

Salam:

TPE LAMA

I : Tuhan beserta kita.
U : Sekarang dan selama-lamanya.

atau

I : Tuhan sertamu.
U : Dan sertamu juga.

TPE BARU

I : Tuhan bersamamu.
U : Dan bersama rohmu.

atau

I : Tuhan sertamu.
U : Dan sertamu juga.

atau

I : Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, mempersatukan Saudara-saudari.
U : Sekarang dan selama-lamanya.

Tobat:

TPE LAMA

I + U : Saya mengaku�. Saya berdosa, saya sungguh berdosa.

TPE BARU

I + U : Saya mengaku�. Saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa.

Aklamasi Sesudah Injil:

TPE LAMA

I : Demikianlah Sabda Tuhan.
U : Terpujilah Kristus.

atau

I : Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan, dan tekun melaksanakannya.
U : Tanamkanlah sabda-Mu, ya Tuhan, dalam hati kami.

TPE BARU

I : Demikianlah Injil Tuhan.
U : Terpujilah Kristus.

atau

I : Inilah Injil Tuhan kita!
U : Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

atau

I : Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan, dan tekun melaksanakannya.
U : Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.

Doksologi:

TPE LAMA

I : Dengan perantaraan Kristus, dan bersama Dia, serta bersatu dalam Roh Kudus, kami menyampaikan kepada-Mu, Allah Bapa yang Mahakuasa, segala hormat dan pujian, kini dan sepanjang masa. Amin.

TPE BARU

I : Dengan pengantaraan Kristus, bersama Dia dan dalam Dia, bagi-Mu, Allah Bapa yang Mahakuasa, dalam persekutuan dengan Roh Kudus, segala hormat dan kemuliaan sepanjang segala masa.
U : Amin.

Salam Damai:

TPE LAMA

I : Semoga damai Tuhan kita Yesus Kristus beserta kita.
U : Sekarang dan selama-lamanya.

TPE BARU

I : Damai Tuhan bersamamu.
U : Dan bersama rohmu.

Pengutusan:

TPE LAMA

I : Saudara sekalian, Perayaan Ekaristi sudah selesai.
U : Syukur kepada Allah.

I : Hiduplah dalam damai Tuhan.
U : Amin.

TPE BARU

I : Saudara sekalian, Perayaan Ekaristi sudah selesai.
U : Syukur kepada Allah.

I : Marilah pergi! Kita diutus.
U : Amin.

TATA GERAK: ADAKAH YANG BERUBAH?

Perarakan Masuk: setibanya imam dan para pelayan di ruang altar, mereka dan seluruh umat menyatakan penghormatan kepada Allah yang hadir di tengah jemaat dengan membungkuk khidmat.

Syahadat: umat mengucapkan /melagukan �yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria� sambil membungkuk (atau sambil berlutut, khusus pada hari Raya Natal).

HARAPAN PARA USKUP:

Di akhir surat Promulgasi TPE `Recognitio' yang diterbitkan oleh Komisi Liturgi KWI, para Uskup menyatakan harapan mereka: �Kiranya perubahan teks Tata Perayaan Ekaristi ini menolong kita untuk lebih menghayati habitus baru dalam kehidupan sehari-hari, sehingga hidup kita semakin hari semakin ekaristis. Katakese Liturgi, khususnya Ekaristi, menjadi sangat penting. Para imam, katekis, seksi liturgi paroki, para pemuka umat, dan seluruh umat beriman diminta untuk menerima, mempelajari dengan seksama, memahami dengan benar Liturgi Ekaristi dan membantu menjelaskan makna Ekaristi bagi yang membutuhkan.� Semoga!

LEBIH JELAS MENGENAI �APPROBATIO� DAN �RECOGNITIO�:

APPROBATIO RECOGNITIO Dalam bidang liturgi ada buku-buku edisi acuan (editio typica) yang harus mendapat approbatio dan recognitio. Approbatio berarti persetujuan dari pimpinan Gereja setempat (Uskup atau Konferensi Keuskupan). Misalnya: Tata Perayaan Ekaristi sebagai terjemahan dari Ordo Missae yang adalah sebuah edisi acuan haruslah disetujui oleh Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Para Uskup bersama-sama membaca teks terjemahan, memberikan usul-saran perbaikan atau penyempurnaan dan mendiskusikannya lalu mengambil keputusan untuk menyetujuinya bersama atau menolaknya. Bila disetujui lewat voting atau aklamasi, maka teks TPE mendapat approbatio dari KWI dan harus diajukan ke Roma untuk memperoleh recognitio. (Rm. Bernard Boli Ujan, SVD)


In Spiritu Domini

St. Valentine dan Hari Valentine


Apakah Hari Valentine ada hubungannya dengan St Valentine? Dari pelajaran sejarah, kami mengetahui bahwa St Valentine wafat dimartir pada tanggal 14 Februari. ~ seorang murid kelas delapan

Dalam martirologi kuno, disebutkan ada tiga St Valentine yang berbeda, yang pestanya sama-sama dirayakan pada tanggal 14 Februari. Sayangnya, kita tidak punya cukup catatan sejarah mengenainya. St Valentine yang pertama adalah seorang imam dan dokter di Roma. Ia, bersama dengan St Marius dan keluarganya, menghibur para martir pada masa penganiayaan oleh Kaisar Claudius II. Pada akhirnya, St Valentine juga ditangkap, dijatuhi hukuman mati karena imannya, didera dengan pentung dan akhirnya dipenggal kepalanya pada tanggal 14 Februari 270. Ia dimakamkan di Flaminian Way. Di kemudian hari, Paus Julius I (thn 333-356) mendirikan sebuah basilika di lokasi tersebut yang melindungi makam St Valentine. Penggalian-penggalian arkeologis yang dilakukan pada tahun 1500-an dan 1800-an menemukan bukti akan adanya makam St Valentine. Tetapi, pada abad ke-13, relikwinya dipindahkan ke Gereja Santo Praxedes dekat Basilika St Maria Mayor, di mana relikwi berada hingga sekarang. Juga, sebuah gereja kecil dibangun dekat Gerbang Flaminian di Roma yang dikenal sebagai Porta del Popolo, tetapi yang pada abad ke-12 disebut sebagai �Gerbang St Valentine,� seperti dicatat oleh ahli sejarah Inggris kuno William Somerset (juga dikenal sebagai William dari Malmesbury, wafat thn 1143), yang menempatkan St Beda sebagai otoritas Gereja Inggris awali.

St Valentine yang kedua adalah Uskup Interamna (sekarang Terni, terletak sekitar 60 mil dari Roma). Atas perintah Prefek Placidus, ia juga ditangkap, didera, dan dipenggal kepalanya, dalam masa penganiayaan Kaisar Claudius II.

St Valentine yang ketiga mengalami kemartiran di Afrika bersama beberapa orang rekannya. Tetapi, tidak banyak yang diketahui mengenai santo ini. Pada intinya, ketiga orang kudus ini, yang semuanya bernama Valentine, menunjukkan kasih yang gagah berani bagi Tuhan dan Gereja-Nya.

Kebiasaan populer mengungkapkan kasih sayang pada Hari St Valentine nyaris kebetulan bertepatan dengan pesta sang santo. Pada Abad Pertengahan, terdapat kepercayaan umum di kalangan masyarakat Inggris dan Perancis bahwa burung-burung mulai berpasangan pada tanggal 14 Februari, �pertengahan bulan kedua dalam tahun.� Chaucer menulis dalam karyanya, �Parliament of Foules� (dalam bahasa Inggris kuno): �Sebab ini adalah hari Seynt Valentyne, di mana setiap burung datang ke sana untuk memilih pasangannya.� Oleh karena alasan ini, hari tersebut diperuntukkan bagi para �kekasih� dan mendorong orang untuk mengirimkan surat, hadiah, atau tanda ungkapan kasih lainnya.

Suatu contoh literatur lain mengenai peringatan Hari St Valentine didapati dalam Dame Elizabeth Brews' Paston Letters (1477), di mana ia menulis kepada John Paston, laki-laki yang hendak meminang puterinya, Margery: �Dan, saudaraku, hari Senin adalah hari St Valentine dan setiap burung memilih pasangan bagi dirinya, dan jika engkau mau datang pada hari Kamis malam, dan bersedia tinggal hingga waktu itu, aku percaya kepada Tuhan bahwa engkau akan berbicara kepada suamiku dan aku akan berdoa agar kami dapat memutuskan masalah ini.� Sebaliknya, Margery menulis kepada John: �Kepada Velentineku terkasih John Paston, Squyer, kiranya surat ini sampai kepadamu. Kepada dia yang terhormat dan Valentineku terkasih, aku menyerahkan diriku, dengan sepenuh hati berharap akan kesejahteraanmu, yang aku mohonkan kepada Tuhan yang Mahakuasa agar dilimpahkan kepadamu sepanjang Ia berkenan dan sepanjang hatimu mengharapkannya.� Sementara berbicara mengenai perasaan cinta kasih Hari Valentine, tidak disebutkan sama sekali mengenai Santo Valentine.

Walau tampaknya saling bertukar ucapan selamat valentine lebih merupakan kebiasaan sekular daripada kenangan akan St Valentine, dan meski perayaan lebih jauh telah dikafirkan dengan dewa dewi asmara dan semacamnya, namun ada suatu pesan Kristiani yang sepatutnya kita ingat. Kasih Tuhan kita, yang dilukiskan amat indah dalam gambaran akan Hati-Nya Yang Mahakudus, adalah kasih yang penuh pengurbanan, yang tidak mementingkan diri, dan yang tanpa syarat. Setiap umat Kristiani dipanggil untuk mewujudnyatakan kasih yang demikian dalam hidupnya, bagi Tuhan dan bagi sesama. Jelaslah, St Valentine - tanpa peduli yang mana -menunjukkan kasih yang demikian, menjadi saksi iman dalam pengabdiannya sebagai seorang imam dan dalam mempersembahkan nyawanya sendiri dalam kemartiran. Pada Hari Valentine ini, seturut teladan santo agung ini, setiap orang hendaknya mempersembahkan kembali kasihnya kepada Tuhan, sebab hanya dengan berbuat demikian ia dapat secara pantas mengasihi mereka yang dipercayakan ke dalam pemeliharaannya dan juga sesamanya. Setiap orang hendaknya mengulang kembali janji kasihnya kepada mereka yang terkasih, berdoa demi kepentingan mereka, berikrar setia kepada mereka, dan berterima kasih atas kasih yang mereka berikan. Janganlah lupa akan sabda Yesus, �Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya� (Yoh 15:12-13). St Valentine telah menunaikan perintah ini, dan kiranya kita melakukan hal yang sama.


In Spiritu Domini

Thursday, February 9, 2012

Kenalkah Aku Akan Paus Roma?


Kepala Gereja Katolik di dunia dipanggil dengan sebutan Paus (dari bahasa Yunani pappas, atau bahasa Italia papa, panggilan akrab seorang anak kecil terhadap ayahnya) karena otoritasnya yang superior dan karena dilaksanakan dengan cara yang paternal, mengikuti teladan Yesus Kristus.

Paus Pertama

Dan Aku berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kau ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kau lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. (Matius 16:18-19)

Suksesi Apostolik

Rasul-rasul yang kudus (Petrus dan Paulus), setelah mendirikan dan membangun Gereja (Katolik di Roma),menyerahkan kursi keuskupan kepada Linus. Paulus menyebutkan tentang Linus ini dalam surat kepada Timotius (2 Timotius 4:21). Dia digantikan oleh Anacletus, dan setelahnya, pada urutan ketiga dari para Rasul, Clement diangkat sebagai uskup.Dia telah bertemu muka dengan para Rasul yang kudus dan bersama-sama mereka. Boleh dikatakan bahwa dia masih mendengar gema kotbah para Rasul, dan menyaksikan tradisi-tradisi mereka dengan mata kepalanya sendiri. Dan tidak hanya dia, karena masih ada banyak lagi yang lain, yang telah diajarkan langsung oleh para Rasul.

...Setelah Clement, Evaristus menggantikan, dan Alexander menggantikan Evaristus. Lalu, yang keenam setelah Rasul, Sixtus diangkat, setelahnya Telesphorus, yang juga menjadi martir dengan mulia. Lalu Hyginus, dan setelahnya, Pius, dan setelahnya Anicetus. Soter menggantikan Anicetus, dan sekarang, di tempat kedua-belas setelah Rasul,kedudukan uskup jatuh kepada Eleutherus. Dalam urutan ini, dan melalui ajaran para Rasul yang diteruskan dalam Gereja, kotbah kebenaran telah sampai kepada kita. (Santo Irenaeus, uskup Lyons, Perancis. Lahir tahun 140 - wafat tahun 202. Salah satu Bapa Gereja.)

Paus Pertama => Santo Petrus (33-64 atau 33-67)

Martir, disalibkan dan wafat di Roma. Makamnya baru ditemukan pada tahun 1950-an tepat berada di bawah altar Basilika Santo Petrus di Vatikan.Mengingatkan kita akan sabda Yesus di Matius 16:18. Dengan demikian nubuat Yesus dalam ayat tersebut terpenuhi dengan suatu tanda yang signifikan.

Anti-Paus

Sejak abad-abad pertama berdirinya Gereja sampai abad pertengahan, ada sejumlah orang-orang yang disebut sebagai anti-paus. Mereka adalah orang-orang yang diangkat sebagai paus tandingan oleh pihak yang tidak setuju terhadap seorang paus sah yang baru diangkat maupun terhadap kebijakan yang ditempuhnya. Santo Hippolytus mungkin adalah seorang anti-paus yang paling terkenal. Ia tidak menyetujui kebijaksanaan yang ditempuh sejumlah paus. Terakhir pada masa jabatan Paus Pontian, ironisnya ia malah ditangkap dan diasingkan bersama-sama sang Paus. Di pengasingan, sebelum wafatnya, Santo Hippolytus berdamai dan diterima kembali oleh Gereja.

Para Paus Avignon

Sejumlah Paus yang berasal dari Perancis berdomisili di Avignon, Perancis antara tahun 1309-1377. Mereka adalah Clement V, Yohanes XXII, Benedictus XII, Clement VI, Innocentius VI, Urban V dan Gregorius XI. Pada masa itu terjadilah pergulatan kekuasaan menyangkut kepentingan Gereja dan negara diantara para penguasa Perancis (Philip IV, Yohanes II), Bavaria (Lewis IV), Inggris (Edward III), dan fraksi-fraksi kaum religiusdi Perancis dan Italia. Kekacauan politik yang tersangkut paut dengan Gereja di Italia merupakan sebuah faktor yang memperlama domisili para Paus di Avignon, Perancis.


In Spiritu Domini

Monday, February 6, 2012

Apa itu Devosi Kepada Bunda Maria?


Devosi menurut St. Franciskus dari Sales adalah �kesigapan dan kegairahan hidup rohani, yang melaluinya kasih bekerja di dalam kita, ataupun kita di dalamnya, dengan cinta dan kesiapsiagaan; dan seperti halnya kasih memimpin kita untuk menaati dan memenuhi semua perintah Tuhan, maka devosi memimpin kita untuk menaati semua itu dengan segera dan tekun�. maka devosi tidak hanya membuat kita aktif, bersedia, dan tekun dalam melaksanakan perintah Tuhan, tetapi terlebih lagi devosi mendorong kita untuk melakukan semua perbuatan baik dengan penuh semangat dan kasih, bahkan perbuatan-perbuatan yang tidak diharuskan, tetapi hanya dianjurkan ataupun disarankan.� Dengan demikian, devosi merupakan ungkapan kasih untuk memenuhi semua perintah Tuhan. Jika Tuhan Yesus memerintahkan kepada kita murid-murid yang dikasihi-Nya untuk menerima ibu-Nya, Bunda Maria, sebagai ibu (lih. Yoh. 19:26-27), maka sudah selayaknya kita menghormati Bunda Maria sebagai ibu rohani kita.

Namun demikian, penghormatan kepada Bunda Maria tidak dapat disamakan dengan penghormatan kita kepada Tuhan. Gereja Katolik membedakan antara penyembahan dan penghormatan, berdasarkan ajaran St. Agustinus:

1. Latria (penyembahan, �worship/ adoration�) yang hanya ditujukan kepada Allah Tritunggal (Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus)

2. Dulia (penghormatan, �veneration�) yang ditujukan kepada: - Para orang Kudus, termasuk Bunda Maria (kadang kepada Maria, disebut hyperdulia) - Penghormatan kepada benda tertentu yang melambangkan Allah ataupun Para Kudus dan Maria. Contohnya yaitu salib (crucifix), patung Bunda Maria, Patung santa-santo, dll. Penghormatan ini kadang disebut sebagai dulia- relatif.

Kata latria dan dulia ini memang tidak secara eksplisit tertera di dalam Kitab Suci, tetapi, kita dapat melihat penerapannya dengan jelas.

1. Penyembahan/ Latria, nyata pada perintah pertama dalam kesepuluh Perintah Allah, yaitu untuk menyembah Allah saja dan jangan ada allah lain yang disembah selain Dia (Kel 20: 1-6). Penyembahan kepada Allah dengan sujud menyembah disebutkan dalam 2 Taw 7:3; 2 Taw 20:18; Neh 8:7; 1 Mak 4:55.

2. Penghormatan/ Dulia, nyata pada penghormatan para saudara Yusuf kepada Yusuf (lih. Kej 42:6) dan Yusuf yang sujud sampai ke tanah menghormati ayahnya Yakub (Kej 48:12). Demikian pula, Nabi Natan sujud ke tanah menghormati Daud (1 Raj 1: 22); Absalom sujud ke tanah menghormati ayahnya Daud (2 Sam 14:33). Tentu mereka ini bukan menyembah berhala, namun menghormati orang tua sesuai perintah Tuhan.

Penghormatan 'Dulia Relatif'

3. Penghormatan �Dulia relatif� ini misalnya saat Musa membuat ular dari tembaga yang dipasangnya di sebuah tiang, dan siapa yang memandang patung ular itu akan tetap hidup walaupun telah dipagut ular (Bil 21:8-9). Ular yang ditinggikan di tiang ini menjadi gambaran akan Yesus Kristus yang juga akan ditinggikan di kayu salib (lihat Yoh 3:14). Dalam Perjanjian Lama (PL), Allah menyuruh orang Israel �memandang ke atas� ular tembaga tersebut agar disembuhkan; sedangkan pada Perjanjian Baru (PB), siapa yang memandang Kristus yang ditinggikan di kayu salib dan percaya kepada-Nya, akan disembuhkan dari dosa. Tentu dalam PL, orang Israel tidak menyembah berhala, sebab Allah-lah yang menyuruh mereka menghormati/ memandang ke atas ular tembaga yang dibuat oleh Musa itu, yang merupakan gambaran Kristus yang kelak dinyatakan dalam PB. Penghormatan dulia- relatif lainnya yang dicatat dalam Kitab Suci, adalah ketika Tuhan menyuruh Musa untuk membuat tabut perjanjian, dengan membuat patung malaikat (kerub) untuk diletakkan di atas tutupnya (lih. Kel 37), di mana di dalamnya diletakkan roti manna (Kel 25:30), tongkat Harun (Bil 17:10) dan kedua loh batu sepuluh perintah Allah (Kel 25:16). Tabut perjanjian ini kemudian menyertai bangsa Israel sampai ke tanah terjanji yang dipimpin oleh nabi Yosua. Kitab Yosua mencatat bahwa Yosua bersama- sama para tua-tua sujud ke tanah menghormati tabut Tuhan: �Yosuapun mengoyakkan jubahnya dan sujudlah ia dengan mukanya sampai ke tanah di depan tabut TUHAN hingga petang, bersama dengan para tua-tua orang Israel�.� (Yos 7:6). Tentu tabut itu bukan Tuhan, dan tentu yang dihormati bukan apa yang nampak, yaitu kotak dengan patung malaikat (kerub) di atasnya, tetapi adalah Allah yang dilambangkan-Nya. Yosua dan para tua- tua Yahudi pada saat itu tidak menyembah berhala, Allah tidak menghukum mereka karena sujud di depan tabut itu. Sebaliknya Allah menerima ungkapan tobat mereka, dan menyatakan kehendak-Nya atas apa yang harus mereka perbuat terhadap Akhan, yang melanggar perintah-Nya.

Maka penghormatan yang diberikan kepada seseorang karena keistimewaannya tidak bertentangan dengan perintah Tuhan. Penghormatan macam ini diberikan juga dalam kejuaraan-kejuaraan, seperti dalam olimpiade, academy award, atau juga dalam sekolah- sekolah yang menghargai murid-murid yang berprestasi. Terhadap Bunda Maria, penghormatan kita menjadi istimewa, karena tak ada seorangpun dalam sejarah manusia yang mempunyai peran seperti Bunda Maria dalam rencana keselamatan Allah, yaitu sebagai Bunda yang melahirkan Putera Allah yang menjelma menjadi manusia. Dengan keistimewaannya ini, Maria layak menerima penghormatan istimewa, yang disebut sebagai hyperdulia.

Selanjutnya, terdapat perbedaan cara penyembahan/ latria dan penghormatan/ dulia. Penyembahan tertinggi/ latria ini diwujudkan dalam Misa Kudus/ perayaan Ekaristi, yaitu doa Gereja yang disampaikan dalam nama Kristus kepada Allah Bapa oleh kuasa Roh Kudus. Penghormatan/ dulia kepada Maria dinyatakan misalnya dalam doa- doa rosario, novena, nyanyian, baik sebagai doa pribadi ataupun kelompok. Sedangkan penghormatan dulia relatif terlihat jika umat Katolik berlutut saat berdoa di depan patung Yesus dan patung Bunda Maria, karena yang dihormati bukan patungnya, tetapi pribadi yang diwakilkannya, yaitu Tuhan Yesus, dan Bunda Maria.

Dasar Kitab Suci:

Kel 20: 1-6; 2 Taw 7:3; 2 Taw 20:18; Neh 8:6; 1 Mak 4:55 : Latria

Kej 42:6; Kej 48:12; 1 Raj 1: 22; 2 Sam 14:33: Dulia

Bil 21:8-9; Yoh 3:14: Dulia relatif

Kel 20:12: Hormatilah ayah ibumu

Yoh. 19:26-27: Yesus memberikan Bunda Maria agar menjadi ibu bagi murid- murid-Nya.

Luk 1:28: Salam Maria, Hail, full of grace

Luk 1:42: Maria Bunda Allah

Luk 1:48: Segala keturunan akan menyebut Maria berbahagia

Luk 11:27: Berbahagialah ibu yang telah mengandung Yesus �

Dasar Tradisi Suci:

  • Julius Africanus (160-240)
    �Kemuliaanmu besar; sebab engkau ditinggikan di atas semua perempuan yang terkenal, dan engkau dinyatakan sebagai ratu di atas segala ratu.� (Julius Africanus, Events in Persia: on the Incarnation of our Lord and God and Saviour Jesus Christ, http://www.newadvent.org/fathers/0614.htm
  • St. Gregorius dari Neocaesarea (213-275)
    �Maka dengan lemah lembut, rahmat membuat pilihan terhadap Maria yang murni, satu- satunya dari semua generasi �. (St. Gregorius dari Neocaesarea, Four Homilies, The First Homily on the Annunciation to the Holy Virgin Mary, http://www.newadvent.org/cathen/07015a.htm)
  • Doa Sub Tuum Presidium (250 AD), yaitu doa penghormatan kepada Bunda Maria, Bunda Allah, yang kepadanya jemaat memohon pertolongan:
    We fly to your patronage,
    We fly to your patronage,

    O holy Mother of God,

    despise not our petitions

    in our necessities,

    but deliver us from all dangers.

    O ever glorious and blessed Virgin.
  • St. Basil Agung (329-379)
    ��. bahwa Maria yang suci, yang melahirkan-Nya� adalah Ibu Tuhan. Aku mengakui juga para rasul yang suci, para nabi dan para martir; dan memohon kepada mereka untuk memohon kepada Allah, bahwa melalui mereka, melalui pengantaraan mereka, Tuhan yang berbelas kasih dapat mendengarkan aku�. Karena itu juga, aku menghormati dan mencium gambar- gambar mereka, seperti halnya yang diturunkan dari para rasul yang kudus, dan tidak dilarang, melainkan ada di dalam semua gereja- gereja kita.� (St. Basil the Great, Letter 360. Of the Holy Trinity, the Incarnation, the invocation of Saints, and their Images).
  • St. Ephrem dari Syria (wafat 373)
    Lagu hymne karangan St. Efrem tentang kelahiran Tuhan �juga hampir sama menyanyikan lagu pujian kepada Bunda Perawan� (Bardenhewer, Sermons on Mary II)
  • St. Epiphanus (403)
    �Maria harus dihormati, tetapi Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus harus disembah. Tak seorangpun boleh menyembah Maria.� (St. Epiphanus, Haer 79,7)

Dasar Magisterium Gereja:

  • Konsili Efesus (431) dan Konsili Chalcedon (451):
Maria adalah sungguh- sungguh Bunda Allah (De fide)
  • Dokumen Konsili Vatikan II, Lumen Gentium, 66:
    66. (Makna dan dasar bakti kepada Santa Perawan)
    �Berkat rahmat Allah Maria diangkat di bawah Puteranya, di atas semua malaikat dan manusia, sebagai Bunda Allah yang tersuci, yang hadir pada misteri-misteri Kristus; dan tepatlah bahwa ia dihormati oleh Gereja dengan kebaktian yang istimewa. Memang sejak zaman kuno Santa Perawan dihormati dengan gelar �Bunda Allah�; dan dalam perlindungannya umat beriman memperoleh perlindungan dari bahaya serta kebutuhan mereka.� Terutama sejak Konsili di Efesus kebaktian Umat Allah terhadap Maria meningkat secara mengagumkan, dalam penghormatan serta cinta kasih, dengan menyerukan namanya dan mencontoh teladannya, menurut ungkapan profetisnya sendiri: �Segala keturunan akan menyebutku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan karya-karya besar padaku� (Luk 1:48). Meskipun kebaktian itu, seperti selalu dijalankan dalam Gereja, memang bersifat istimewa, namun secara hakiki berbeda dengan bakti sembah sujud, yang dipersembahkan kepada Sabda yang menjelma seperti juga kepada Bapa dan Roh Kudus�.. Dengan ungkapan-ungkapan itu, bila Bunda dihormati, Puteranya pun � yang melalui-Nya segala sesuatu diciptakan (lih. Kol 1:15-16), dan yang di dalamnya Bapa menghendaki agar seluruh kepenuhan-Nya berdiam (Kol 1: 19), � dikenal, dicintai dan dimuliakan sebagaimana harusnya, serta perintah-perintah-Nya dilaksanakan.�
  • �Dalam konteks ini, istilah devosi digunakan untuk menggambarkan praktek eksternal (doa-doa, lagu- lagu pujian, pelaksanaan suatu kegiatan rohani yang berkaitan dengan waktu- waktu atau tempat- tempat tertentu, insignia, medali, kebiasaan- kebiasaan). Dihidupkan oleh sikap iman, praktek- praktek tersebut menyatakan hubungan yang khusus antara umat beriman dengan Pribadi Allah [Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus] atau kepada Perawan Maria yang terberkati, dalam hak- hak istimewanya tentang rahmat dan segala sebutannya yang mengekspresikan keistimewaan tersebut, atau dengan para Santo/a di dalam konfigurasi mereka dengan Kristus atau di dalam peran mereka di dalam kehidupan Gereja.� (Cf. COUNCIL OF TRENT, Decretum de invocatione, veneratione, et reliquiis Sanctorum, et sacris imaginibus (3. 12. 1563), in DS 1821-1825; Pius XII, Encyclical Letter Mediator Dei, in AAS 39 (1947) 581-582; Sacrosanctum Concilium 104; Lumen Gentium 50)
  • Maria, Bunda Allah, dihormati secara khusus, dengan istilah Hyperdulia (Sententia certa- lih. Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma, p. 215)


In Spiritu Domini

Saturday, February 4, 2012

Apakah Berdoa di Depan Patung Menyembah Berhala?


Walaupun adakalanya umat Katolik berdoa di depan patung, umat Katolik tidak menyembah berhala. Jika umat Katolik menunjukkan sikap hormat di depan patung Tuhan Yesus, Bunda Maria ataupun para orang kudus lainnya, itu adalah karena umat Katolik menghormati pribadi yang digambarkan oleh patung tersebut. Penghormatan ini disebut dulia relatif, seperti yang sudah pernah diuraikan silakan klik.

Contoh penghormatan �Dulia relatif� yaitu pada saat Musa diperintahkan oleh Tuhan untuk membuat patung ular dari tembaga yang dipasang di sebuah tiang, agar barang siapa yang memandang patung itu akan tetap hidup walaupun telah dipagut ular (Bil 21:8-9). Ular tembaga yang ditinggikan di tiang ini menjadi gambaran akan Yesus Kristus yang juga akan ditinggikan di kayu salib (lihat Yoh 3:14). Tentu saat itu, orang Israel tidak menyembah berhala, sebab Allah-lah yang menyuruh mereka menghormati dengan �memandang ke atas� ular tembaga yang dibuat oleh Musa itu. 

Penghormatan dulia- relatif lainnya yang dicatat dalam Kitab Suci, adalah ketika Tuhan menyuruh Musa untuk membuat tabut perjanjian, dengan membuat patung malaikat (kerub) untuk diletakkan di atas tutupnya (lih. Kel 37). Di dalam tabut diletakkan roti manna (Kel 25:30), tongkat Harun (Bil 17:10) dan kedua loh batu sepuluh perintah Allah (Kel 25:16). Tabut perjanjian ini kemudian menyertai bangsa Israel sampai ke tanah terjanji yang dipimpin oleh nabi Yosua. Kitab Yosua mencatat bahwa Yosua bersama- sama para tua- tua sujud ke tanah menghormati tabut Tuhan: �Yosuapun mengoyakkan jubahnya dan sujudlah ia dengan mukanya sampai ke tanah di depan tabut TUHAN hingga petang, bersama dengan para tua-tua orang Israel�.� (Yos 7:6). Tentu tabut itu bukan Tuhan, dan tentu yang dihormati bukan apa yang nampak, yaitu kotak dengan patung malaikat (kerub) di atasnya, tetapi adalah Allah yang dilambangkan-Nya. Yosua dan para tua-tua Yahudi pada saat itu tidak menyembah berhala, Allah tidak menghukum mereka karena sujud di depan tabut itu. Sebaliknya Allah menerima ungkapan tobat mereka, dan menyatakan kehendak-Nya atas apa yang harus mereka perbuat terhadap Akhan, yang melanggar perintah-Nya.

Dengan demikian, larangan pembuatan patung dalam Perjanjian Lama (lih. Kel 20:4) berada dalam kesatuan dengan ayat sebelumnya (ayat 3) dan sesudahnya (ayat 5), yaitu bahwa Allah melarang umat-Nya membuat patung yang menyerupai apapun untuk disembah sebagai allah lain di hadapan-Nya. Namun jika tidak disembah, gambaran yang menyerupai sesuatu tidak dilarang Tuhan. Allah sendiri menyuruh membuat patung kerub/ malaikat untuk ditempatkan di tempat kudus-Nya (lih. Kel 25:1,18-20; 1Taw 28:18-19; 1Raj 6:23-35). Di Perjanjian Lama, Allah memang melarang umat-Nya menggambarkan Diri-Nya ke dalam bentuk patung, karena Ia sendiri belum menggambarkan Diri-Nya. Namun kemudian Allah sendiri memperbaharui ajaran ini, dengan menggambarkan Diri-Nya di dalam Kristus (lih. Kol 1:15); dengan demikian, manusia memperoleh gambaran akan Tuhan. Oleh karena itu penggambaran akan Kristus dalam bentuk patung, lukisan atau bahkan gambar dalam film kartun tidaklah melanggar perintah Allah, karena Allah telah terlebih dahulu menggambarkan Diri-Nya di dalam Kristus. Gambar/ patung itu tidak disembah, namun hanya dimaksudkan sebagai alat bantu untuk mengarahkan hati dan pikiran kepada Tuhan.

Maka sikap hormat di hadapan patung/gambar Tuhan Yesus, Bunda Maria atau para kudus lainnya bukan merupakan penyembahan berhala, sebab yang dihormati bukan patung itu sendiri melainkan pribadi yang dilambangkannya.


In Spiritu Domini

Recent Post