Saya ingin bertanya beberapa hal, karena sebagai umat Katolik saya ingin mendalami hal-hal yang masih saya kurang pahami, sebagai berikut:
1) Apakah dasar dari Alkitab bahwa perantaraan Kristus bersifat inklusif? Walaupun tidak disebutkan secara eksplisit, bagaimana kita dapat menyimpulkan hal itu? Apakah doa-doa orang Kudus mengarahkan kita kepada keselamatan? Bila iya, apakah akan sama halnya dengan doa teman kita?
2) Sesungguhnya, saya sudah paham mengenai doa orang Kudus besar kuasanya, namun, apa yang dimaksud ‘orang benar’ hanya orang Kudus saja, atau orang yang hidup dalam Kristus di dunia ini juga demikian?
3) Lalu, apakah bila kita mengatakan bahwa kita “memohon doa dari orang Kudus”. Kepada siapa-kah kita memohon permohonan tersebut? Apakah sesungguhnya kita benar-benar bisa berkomunikasi dengan orang Kudus? Nah, yang belum terlalu saya pahami, dari mana dasar Alkitab mengenai point (3) ini?
Terima Kasih atas kesediaan anda sekalian untuk menjawab pertanyaan saya. Semoga di lain waktu saya dapat lebih baik mempertahankan iman Gereja Katolik.
Dan mohon maaf sebelumnya bila sebenarnya pertanyaan saya sudah pernah terjawab, namun mungkin saya belum menemukan atau saya kurang dapat mengerti apa yang dimaksudkan dari jawaban tersebut.
Salam Kasih dan Tuhan beserta-mu.
Yohanes
Yohanes
Jawaban:
Shalom Yohanes,
1. Dasar perantaraan Kristus bersifat inklusif
Gereja Katolik mengajarkan bahwa pengantaraan Kristus bersifat inklusif, yaitu melibatkan anggota- anggota-Nya sebab Sabda Allah menyatakan bahwa Kristus sebagai Kepala tidak terpisahkan dari anggota- anggota-Nya, sama seperti kepala kita tidak terpisah dari anggota- anggota tubuh kita. Anggota tubuh yang lemah mendapat perhatian khusus, anggota yang kuat membantu yang lemah. Kitab Suci mengajarkan demikian:
a. “Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus….. Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota….. Allah telah menyusun tubuh kita begitu rupa, sehingga kepada anggota-anggota yang tidak mulia diberikan penghormatan khusus, supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan. Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya. Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mukjizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata- kata dalam bahasa roh.” (1 Kor 12:12,14,24-28)
Maka dari sini kita ketahui, bahwa Allah sendiri menetapkan beberapa orang dalam jemaat untuk bekerjasama dengan Kristus Sang Kepala dalam tugas Pengantaraan-Nya untuk membawa manusia kepada Allah Bapa.
b. Rasul Paulus berkata, “Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah” (1 Kor 3:9).
Ayat ini menunjukkan bahwa walaupun Allah dapat berkarya sendirian saja untuk menyelamatkan manusia, namun pada kenyataannya, Ia melibatkan para rasul untuk menjadi kawan sekerja-Nya untuk membangun ladang Allah dan bangunan Allah.
c. Rasul Paulus mengajarkan, “Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat. Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.” (1 Kor 10:33- 11:1)
Sebagai umat beriman, kita harus meniru/ menjadi pengikut Rasul Paulus: yaitu kita harus mengusahakan keselamatan orang banyak, yaitu dengan mengikuti teladan Kristus. Dalam hal ini tugas membawa orang lain kepada keselamatan, juga menjadi bagian dari tugas kita semua, bukan hanya urusan Yesus saja sebagai Pengantara yang satu- satunya.
d. “Bertolong- tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus!” (Gal 6:2)
Allah menghendaki kita semua saling bertolong- tolongan dalam menanggung beban hidup ini, artinya kita harus saling mengasihi, saling membantu dan juga saling mendukung dalam doa.
e. “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rom 8:38-39)
Maka dari sini kita mengatahui bahwa hubungan kasih antar kita sebagai sesama anggota Kristus, tidak terputus oleh kematian. Lagipula, Yesus berjanji, bahwabarang siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan mati, melainkan memperoleh hidup kekal (Yoh 3:16; 11:25). Oleh karena itu, kita dapat memohon dukungan doa dari mereka yang sudah bersatu dengan Allah di surga, sebab merekapun di surga mempersembahkan doa- doa bagi kita kepada Allah (lih. Why 8:3-4).
2. Jawaban pertanyaan- pertanyaan anda:
- Walaupun tidak disebutkan secara eksplisit, bagaimana kita dapat menyimpulkan hal itu?
Dengan analogi Kristus sebagai Kepala dan kita sebagai anggota- anggota TubuhNya, maka kita mengetahui bahwa sebagai Kepala, Ia selalu melibatkan anggota- anggota-Nya pada saat melakukan tugas-Nya. Anggota yang kuat membantu yang anggota yang lemah, dan yang sehat membantu yang sakit. Hal inilah yang diajarkan oleh jemaat Kristen awal, seperti telah dibahas di sini, silakan klik. Maka jika kita berpegang kepada pengajaran para Bapa Gereja, maka kita akan menyimpulkan hal yang sama: bahwa sejak awal Gereja percaya akan adanya persekutuan para kudus, dan karenanya kita dapat memohon dukungan doa dari para kudus di surga.
-Apakah doa-doa orang Kudus mengarahkan kita kepada keselamatan? Bila iya, apakah akan sama halnya dengan doa teman kita?
Jawabnya YA. Sebab orang- orang kudus yang di surga, telah bersatu sepenuhnya dengan Kristus, sehingga tidak mungkin menghendaki sesuatu yang lain daripada yang dikehendaki Kristus. Kalau Kristus ingin menyelamatkan manusia, maka itu pulalah yang menjadi kehendak mereka. Dalam hal ini doa- doa/ pengantaraan mereka mendukung Pengantaraan Kristus yang satu- satunya (1 Tim 2:5). Doa syafaat para kudus itu sudah jelas berkuasa -bahkan lebih berkuasa dari doa teman- teman kita yang masih berziarah di dunia- karena mereka sudah jelas orang- orang yang telah dibenarkan Allah di surga, sehingga doa mereka besar kuasanya (Yak 5:16). Walaupun mereka sudah beralih dari dunia ini namun mereka tidak mati, melainkan tetap hidup, sehingga mereka tetap dapat mendoakan kita. Sebab Kristus berkata demikian, “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati…” (Yoh 11:25)
- Apa yang dimaksud ‘orang benar’ hanya orang Kudus saja, atau orang yang hidup dalam Kristus di dunia ini juga demikian?
Orang benar adalah orang yang hidup berdasarkan kebenaran, sesuai dengan perintah Allah. Awal Kitab Mazmur menunjukkan definisi orang benar (Mzm 1:6), sebagai orang yang tidak hidup menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, yang tidak suka mencemooh, tetapi yang kesukaannya adalah hukum- hukum Tuhan, dan merenungkannya siang dan malam (Mzm 1:1-2); orang benar melakukan keadilan dan kebenaran (Ams 21:15; Yeh 18:5); orang benar akan hidup oleh iman (Rm 1:17, Gal 3:11).
Maka dengan pengertian di atas, kita dapat mengatakan bahwa ada juga orang- orang benar di dunia ini, yaitu jika mereka hidup sesuai dengan Sabda Allah. Meskipun demikian, orang- orang benar yang hidup di dunia ini belum sepenuhnya sempurna, berbeda dengan para orang kudus yang sudah sepenuhnya dibenarkan Allah sehingga mereka sudah sempurna di dalam Kristus di surga (lih. Ibr 12:22-24).
- Lalu, apakah bila kita mengatakan bahwa kita “memohon doa dari orang Kudus”. Kepada siapa-kah kita memohon permohonan tersebut? Apakah sesungguhnya kita benar-benar bisa berkomunikasi dengan orang Kudus? Apa dasar Alkitabnya?
Maka, jika kita mengatakan kita memohon dukungan doa dari orang kudus, artinya kita dapat memohon dukungan doa kepada Santa/Santo tertentu di dalam hadirat Allah. Mereka telah bersatu sepenuhnya dengan Kristus dan berada dalam hadirat Allah, sehingga kita dapat memohon dukungan doa mereka, pada saat kita berdoa kepada Allah. Jadi komunikasi dalam hal ini adalah: kita dapat mohon dukungan doa dari mereka, pada saat kita menaikkan permohonan kepada Allah. Maka fokus doa tetap tertuju kepada Allah, dan kepada para orang kudus, kita hanya mohon didoakan. [Ini berbeda dengan kasus Raja Saul yang, bukan memohon dukungan Samuel, tetapi malah meminta Samuel meramalkan masa depan (lih. 1 Sam 28). Hal ini dikecam Allah karena mencerminkan ketidakpercayaan kepada Allah sebagai Satu- satunya yang berkuasa atas masa depan kita, dan atas segalanya].
Dasar Alkitab tentang persekutuan orang kudus sudah saya sebutkan di atas. Selanjutnya, silakan juga anda membaca link- link berikut ini:
Belajar dari St. Thomas tentang memohon dukungan doa orang kudus
Apakah umat Katolik harus berdoa melalui Bunda Maria?
Jawaban tentang persekutuan orang kudus
Apakah umat Katolik harus berdoa melalui Bunda Maria?
Jawaban tentang persekutuan orang kudus
3. Kesimpulan
Akhirnya, Yohanes, sebenarnya ajaran tentang persekutuan orang Kudus ini hanya ingin mengatakan bahwa “siapa yang menjadi teman Kristus, sesungguhnya harus juga menjadi teman saya”. Pengantaraan Kristus yang sifatnya inklusif ini dapat dianalogikan demikian (sumber: Patrick Madrid, Any Friend of God’s is a Friend of Mine (San Diego: Basilica, 1996):
Bayangkan anda mengunjungi seorang raja di istananya. Bahkan sebelum anda memasuki ruangan tahtanya anda sudah mendengar musik yang agung. Saat anda memasuki ruangan, anda akan melihat lukisan- lukisan dan permadani yang begitu indah, lampu- lampu yang cantik, dekorasi interior yang mengagumkan, dengan pajangan bertahtakan mutiara dan permata. Anda melihat banyak kaum bangsawan pria dan wanita yang memakai pakaian yang anggun dengan wajah ramah menyapa anda. Semakin dekat anda kepada tahta raja anda akan semakin melihat kemegahan dan kemuliaannya. Saat anda berhadapan dengan sang raja, dengan mahkota dan pakaian kerajaannya, dengan wajah yang bersinar dan penuh kasih: maka sungguh sang raja adalah seorang yang paling agung, paling sempurna daripada semua yang anda lihat di ruangan itu. Namun sang raja itu melimpahkan keagungan dan keindahannya kepada semua yang ada di sekitarnya.
Sekarang bayangkan keadaan kedua. Anda datang mengunjungi seorang raja yang lain. Tetapi di istananya tidak ada musik, tak ada lukisan dan permadani. Tak ada dekorasi, tak ada lampu- lampu, tak ada pajangan. Tak ada satupun yang mengalihkan perhatian/ pandangan kepada raja yang bertahta dengan agungnya di ujung ruangan. Mengapa? Sebab raja itu tidak mau ada sesuatu apapun yang mengalihkan perhatian orang daripadanya.
Sekarang manakah dari kedua gambaran raja itu yang lebih menggambarkan keagungan dan kemegahan seorang raja? Tentu saja yang pertama. Kedua gambaran raja inilah yang mewakili dua cara pandang antara Gereja Katolik dan Protestan dalam mengartikan sikap Tuhan kepada ciptaan-Nya. Umat Protestan menganggap bahwa sang raja tidak akan memperbolehkan apapun ataupun siapapun untuk menarik perhatian darinya. Sedangkan pemahaman Katolik adalah sang raja akan melimpahkan kemuliaannya kepada apapun dan siapapun yang ada di sekitarnya. Ia tidak akan kuatir bahwa keindahan interior ataupun kebaikan para penghuni istana akan merebut kemuliaannya sebagai raja. Semua keindahan dan kebaikan itu hanya akan menambah kemuliaannya, dan hanya akan membawa semua perhatian kepadanya, sang raja yang membuat semuanya itu terjadi.
Gereja Katolik mengajarkan tentang persekutuan orang kudus dalam Katekismus:
KGK 957 Persekutuan dengan para orang kudus. “Kita merayakan kenangan para penghuni surga bukan hanya karena teladan mereka. Melainkan lebih supaya persatuan segenap Gereja dalam Roh diteguhkan dengan mengamalkan cinta kasih persaudaraan. Sebab seperti persekutuan kristiani antara para musafir mengantarkan kita untuk mendekati Kristus, begitu pulakeikut-sertaan dengan para kudus menghubungkan kita dengan Kristus, yang bagaikan Sumber dan Kepala mengalirkan segala rahmat dan kehidupan Umat Allah sendiri” (Lumen Gentium 50).
Demikian yang dapat saya sampaikan atas pertanyaan anda tentang Pengantaraan Yesus yang bersifat inklusif, yaitu yang melibatkan anggota- anggota-Nya. Karena kita mengasihi Tuhan Yesus, marilah kita juga mengasihi sahabat- sahabat-Nya di surga. Sebab dengan persatuan mereka dengan Tuhan Yesus yang mengasihi kita, maka para sahabat Kristus itu juga mengasihi kita. Berbahagialah kita jika kita menghayati misteri kesatuan Tubuh Kristus dalam kasih persaudaraan yang tak terputuskan; bahkan oleh maut sekalipun!
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Post a Comment