Latar belakang Rasul Paulus

Latar belakang Rasul Paulus

Rasul Paulus dikenal sebagai Rasul yang dipanggil oleh Tuhan Yesus untuk mewartakan Injil kepada bangsa-bangsa lain/ non- Yahudi (lih. Rom 11:13, 15:16; Gal 1:16, Kis 26:20) dan dengan demikian menjadi jembatan antara bangsa Yahudi dengan bangsa-bangsa lain. Untuk tugas ini, Tuhan telah mempersiapkan Rasul Paulus sejak awal, sebab ia menerima pendidikan yang baik, baik dalam kalangan Yahudi maupun di kalangan Yunani. Demikianlah keterangan sekilas tentang Rasul Paulus[1]:

 1. Latar belakang Yahudi

a ) Kelahiran: Rasul Paulus dilahirkan di Tarsus, sebuah kota metropolis Romawi, propinsi Kilikia (Kis 22:3). Tarsus, di sisi utara, melalui gerbang Kilikia, tergabung dengan budaya Asia Kecil; sedangkan di sisi timur melalui gerbang Syria berhubungan dengan negara-negara Asia, dan di sisi selatan dengan daerah Mediterania. Di saat St. Stefanus dibunuh sebagai martir -kemungkinan di tahun yang sama dengan tahun Kristus wafat- Saulus dijabarkan sebagai seorang pemuda (lih. Kis 7:57). Maka disimpulkan Paulus dilahirkan setelah Kristus, di antara 3-10 AD. Rasul Paulus dilahirkan oleh orang tua berkebangsaan Yahudi, dari suku Benyamin (Rom 11:1; Flp 3:5). Menurut St. Hieronimus, orang tua Rasul Paulus bermigrasi ke Tarsus dari Palestina, namun tetap adalah kaum Yahudi yang taat (Flp 3:5). Mereka kemungkinan adalah orang-orang yang cukup berada, sebab mereka dapat memberikan pendidikan yang baik kepada Rasul Paulus.

 b) Pendidikan secara Yahudi:

 Pendidikan bahasa Yahudi dipromosikan oleh Joshua ben Gamala, namun kita tidak dapat mengetahui dengan pasti, apakah Rasul Paulus menjadi murid di sekolah ini, ataukah menerima pendidikan dasar dari ayahnya, sebagaimana yang umum terjadi pada kebanyakan anak-anak Yahudi. Pendidikan lanjutan (semacam SMP) telah ada di tengah-tengah kaum Yahudi, sejak tahun 75 BC, yang didirikan oleh Simon ben Shetah. St. Paulus menerima pendidikan yang lebih tinggi yang ada di kalangan Yahudi sejak zaman Nabi Ezra, sejak tahun 450 BC. Karena menerima pendidikan tinggi ini, dikatakan dalam Kisah para Rasul bahwa Rasul Paulus dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel (lih. Kis 22:3).

 2. Latar belakang pendidikan secara Yunani:

 Kita tak dapat mengetahui dengan pasti apakah Paulus pernah menempuh pendidikan Yunani secara formal di sekolah Yunani, ataukah ia mempelajari bahasa Yunani melalui kehidupan di tengah-tengah bangsa Yunani. Dari beberapa kutipan sastra Yunani dalam Kisah Para Rasul tentang Areopagus di Athena, menunjukkan kutipan-kutipan yang sering digunakan dalam masyarakat. “Di dalam Dia kita hidup, kita bergerak dan kita ada” (Kis 17:28) berasal dari perkataan Epimedes dari Kreta (550-449 BC), atau kelanjutannya: “Sebab kita semua adalah keturunan Allah juga.” (Kis 17:28), adalah dari Aratus (310-240 BC) atau Cleanthes (320-230 BC).

Oleh karena itu pakar teologi, Fernand Prat SJ, berpendapat bahwa bahasa Yunani Rasul Paulus diperolehnya dari sekolah, namun dari permbicaraan sehari-hari. Namun jika kita melihat gaya penulisan Yunani dalam surat-suratnya sebagai yang tulisan yang terindah dalam kitab Perjanjian Baru, yang juga memasukkan ekspresi-ekspresi yang jarang digunakan, maka kita cenderung percaya bahwa Rasul Paulus telah menerima pendidikan bahasa Yunani secara formal. Pandangan ini dipegang oleh Frederick William Farrar.

 3. Panggilan rahmat

 Namun di atas panggilannya sebagai jembatan kaum Yahudi dan Yunani, pertama-tama Rasul Paulus menerima bahwa ia dipanggil secara khusus oleh Tuhan dan memperoleh rahmat-Nya dalam keadaan yang tidak layak. Panggilan Tuhan Yesus atasnya terjadi dalam perjalanannya ke Damaskus (Damsyik).

Sebelum ke Damaskus, ia memberikan diri sepenuhnya kepada hukum Taurat, dan setelah peristiwa Damaskus, ia memberikan sepenuhnya kepada Kristus. Lukas melaporkan hal ini sebanyak tiga kali (Kis 9:1-9, 22:6-16, 26:12-18). Rasul Paulus dapat menerapkan perkataan Allah kepada Nabi Yeremia di dalam kehidupannya sendiri, “Sebelum Aku membentuk engkau di rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, sebelum engkau dilahirkan Aku telah menentukan engkau, sebagai nabi bagi bangsa- bangsa yang Kutunjukkan kepadamu.” (Yer 1:5).

 Apa yang dulu ia pikir berharga, kemudian ia anggap rugi (lih. Flp 3:7-8) jika dibandingkan dengan pengenalan akan Kristus. Fr. Fernand Prat SJ menuliskan empat acuan ayat yang sangat penting, agar kita dapat memahami keotentikan pengalaman Rasul Paulus pada saat pertobatannya, yaitu justru karena sebelumnya ia adalah seorang Yahudi yang sangat taat dan yang karena ketaatannya itu ia menganiaya jemaat Allah, sebab ia berpikir bahwa dengan melakukannya ia berbuat sesuatu yang benar menurut hukum taurat: “Sebab kamu telah mendengar tentang hidupku dahulu dalam agama Yahudi: tanpa batas aku menganiaya jemaat Allah dan berusaha membinasakannya.

Dan di dalam agama Yahudi aku jauh lebih maju dari banyak teman yang sebaya dengan aku di antara bangsaku, sebagai orang yang sangat rajin memelihara adat istiadat nenek moyangku.” (Gal 1:13-14)…. “Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah.” (1Kor 15:9)…”…aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman.” (1 Tim 1:13) …”tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat.” (Flp 3:5-6).

 Seseorang yang sedemikianlah yang kemudian dipanggil oleh Tuhan Yesus untuk menjadi Rasul-Nya, dan sungguh rahmat Tuhan-lah yang mengubahnya menjadi seorang Rasul yang luar biasa, yang kita kenal dengan nama Rasul Paulus. Kasih Tuhan Yesus mengubah seluruh hidup Rasul Paulus, dan karena pengalaman dikasihi oleh Tuhan ini, Rasul Paulus dapat mengatakan ungkapan yang indah ini, yang juga dapat menjadi ungkapan hati kita semua yang mengimani Kristus: “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Gal 2:20)


Source : katolisistas.org Renungan Iman

Post a Comment

Previous Post Next Post