36) TANGGUNG JAWAB DOSA VS ANAK-ANAK

36) Tanggung jawab dosa; Yesus menebus; Yehezkiel, tanggung jawab pribadi; Iman anak-anak empunya Surga.
GALATIA 3:13 VS YEHEZKIEL 18:20 & MARKUS 10:14.
Dalam Galatia, TERTULIS: "Paulus berkata: terkutuknya Yesus di kayu salib adalah untuk menebus dosa-dosa manusia", TETAPI dalam Yehezkiel: "kebenaran/kejahatan manusia menjadi tanggung jawab masing-masing", dan dalam Markus: "Yesus menyatakan bahwa anak-anaklah yang mempunyai kerajaan surga (berarti suci atau bebas dari dosa, sekaligus membantah adanya DOSA WARIS)". (bertentangan konsep).

JAWAB :
Ketiga kutipan ayat dari kitab-kitab tersebut menjelaskan subjek yang berbeda beda, yaitu dijelaskan satu-persatu sebagai berikut :
1. YESUS KRISTUS TERGANTUNG DI SALIB SEBAGAI KURBAN ATAS KUTUK DOSA MANUSIA
Mengenai ayat dalam Kitab GALATIA 3:13 :
�Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!"

Apa yang diucapkan Paulus adalah dapat dipertanggungjawabkan :

APAKAH HUKUMAN SALIB ITU?
Penyaliban merupakan suatu bentuk hukuman yang dikenal oleh beberapa bangsa penyembah berhala pada abad pertama. Tak dapat dipastikan bahwa hukuman ini digunakan oleh bangsa Yahudi kuno, tapi kemungkinan besar tidak. Karena hukuman mati menurut hukum Musa atau Taurat adalah dengan pedang (Keluaran 21), dibakar (Imamat 20:14), dan dirajam dengan batu (Ulangan 21:21).

Digantung di atas kayu salib merupakan bentuk hukuman mati yang mengerikan, dan bagi umat Yahudi hukuman ini dihindari, karena dikutuk oleh Allah (Ulangan 21:23). Hukuman ini dimulai dengan diolok-oloknya si terhukum. Dalam kasus Tuhan Yesus, pengolokannya dilakukan sebelum hukuman dijatuhkan, dan kemungkinan vonisnya dipercepat oleh Pilatus dengan tujuan untuk menghindari tuntutan hukuman yang lebih berat dari massa.

Si terhukum harus membawa kayu salibnya sendiri ke tempat eksekusi yang berada di luar kota. Sebelum dipaku, secangkir cuka bercampur empedu (berfungsi semacam obat bius) diberikan kepada terhukum untuk meringankan rasa sakitnya . Tuhan kita menolak ini, sehingga Ia tetap sadar (Matius 27:34). Mereka mencucukkan bunga karang yang dicelupkan dalam anggur asam pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus (Matius 27:48, Lukas 23:36). Ia meminumnya untuk menghilangkan derita dahagaNya (Yohanes 19:29).

Penyaliban-Nya dilakukan sesuai dengan hukum Romawi yang berlaku pada masa itu. Ia disalibkan di antara dua penjahat (penggenapan nubuatan Yesaya 53:12, Lukas 23:32) dan disaksikan oleh sekelompok tentara Romawi dengan komandannya (Yoh 19:23, Mat 27:36,54). Pematahan kaki para terhukum yang disalib dilakukan untuk mempercepat kematian mereka (Yohanes 19:31), tapi karena cepatnya kematian Tuhan kita menyebabkan kaki-Nya tak dipatahkan (19:33), karena sejak malam Yesus ditangkap sampai penyalibannya, Yesus terus-menerus mengalami banyak penyiksaan, sehingga nubuatan dari Keluaran 12:46 digenapi. KematianNya disebabkan oleh gagal jantung dan keluarnya darah dan air dari luka yang dibuat di lambungNya oleh prajurit Romawi untuk membuktikan kematiannya (Yohanes 19:34).

Tuhan Yesus mengucapkan beberapa kata di atas kayu salib di antaranya,"Ya Bapa ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan." (Lukas 23:34). "Sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." (23:43) dan juga dalam Yohanes 19:26, Matius 27:46, Markus 15 :34, Yohanes 19:28, Lukas 23:46 dan Yohanes 19:30 ("Sudah selesai")

APA ITU HUKUM TAURAT? Baca Roma pasal 7-9
Setelah Rasul Paulus menjelaskan bahwa manusia dibenarkan karena percaya kepada Tuhan Yesus, bukan karena memenuhi tuntutan hukum Taurat, muncul berbagai pertanyaan: Bagaimana relasi hukum Taurat dengan kehidupan Kristen? Apa kaitan antara ajaran tentang kebenaran Allah dengan makna hukum Taurat? Apakah hukum Taurat tidak berlaku lagi setelah seseorang beriman kepada Allah? Roma 7:1; Roma 8:39 secara khusus menjelaskan relasi hidup orang Kristen dan hukum Taurat. Hukum Taurat hanya berlaku selama orang hidup (Roma 7:1-6).

Orang yang percaya kepada Kristus tidak berada di bawah hukum Taurat, sebab ia telah mati bagi hukum Taurat. Apakah hukum Taurat itu dosa? Hukum Taurat tidak sama dengan dosa (Roma 7:7-26).
Rasul Paulus membagikan pengalamannya berjuang melawan hukum Taurat. Ada yang berpendapat bahwa pengalaman ini terjadi sebelum Rasul Paulus bertobat. Pandangan ini sulit diterima karena konteks dekat bagian ini menjelaskan hubungan orang Kristen dengan hukum Taurat.

Di samping itu, pengenalan akan dosa selalu berkaitan dengan orang yang sudah dilahirkan kembali. Bukan hukum Taurat yang membuat ia melakukan dosa, melainkan dosa di dalam dirinya yang mengunakan hukum Taurat untuk memperbudak dirinya. Hukum Taurat mengatakan 'dosa' (Roma 7:7-8 ) dan dosa hidup oleh karena hukum Taurat (Roma 7:9-13).
Hukum Taurat menimbulkan pertentangan dengan dosa (Roma 7:14-25). Paulus tahu bahwa ada jalan yang baik, tetapi justru jalan yang buruk yang dipilihnya. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan antara sifat hukum Taurat (yang rohani) dan sifat dirinya (yang bersifat daging) atau pertentangan antara Roh dan daging.

Kemudian Rasul Paulus memaparkan realitas bahwa dosa telah dikalahkan oleh Kristus dan Roh (Roma 8:1-39). Hidup dalam kasih karunia sebagai pekerjaan Roh kontras dengan hidup dalam daging di bawah hukum Taurat. Hidup lama menempatkan perhatian dan kesenangan pada hal-hal yang bersifat daging, tetapi hidup yang baru menempatkannya pada hal-hal rohani. Kalau kita hidup menurut daging, ciri yang bersifat daging nampak juga pada pengharapan dalam pikiran kita. Kalau rohani kita kuat, hal itu akan nampak dalam arah hidup kita (Roma 8:5-11).
Rasul Paulus bersukacita karena kemenangan kasih karunia di dalam Kristus dan hidup oleh Roh. Ia yakin bahwa kemuliaan yang akan datang (yaitu Allah menampakkan diri secara sempurna di dalam Yesus Kristus) jauh lebih besar daripada penderitaan sekarang. Di akhir pasal 8 dalam Kitab Roma. Rasul Paulus menutup uraiannya dengan kidung pujian yang bernada kemenangan tentang kemenangan hidup Kristen, yaitu hidup yang tidak di bawah hukum Taurat. Karena Allah di pihak kita, siapakah yang dapat merebut kita dari tangan-Nya. Ia, yang telah memberikan Anak-Nya, pasti akan mengaruniakan segala sesuatu di dalam Dia (Roma 8:31-39).

2. DOSA SEBAGAI TANGGUNG JAWAB PRIBADI
YEHEZKIEL 18:20,
Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya.
Kita harus melihat konteks yang diangkat oleh Yehezkiel ini adalah berbeda dengan topik DOSA dan KUTUK yang dibahas oleh Rasul Paulus dalam korelasinya dengan Hukum Taurat. Nabi Yehezkiel datang kepada bangsa Israel untuk menegur kesalahan mereka, dan mengajak mereka untuk memperbarui hidup. (Silahkan Baca keseluruhan Kitab Yehezkiel pasal 18).
Pada zaman Nabi Yehezkiel, berkembang sebuah pemikiran yang salah mengenai dosa turunan. Bangsa Israel saat itu merasa bahwa mereka hidup di bawah penghukuman akibat dosa/kesalahan yang dilakukan oleh generasi-generasi sebelum mereka (ay. 2). Orang pada saat itu percaya bahwa sifat baik dan sifat buruk merupakan faktor keturunan, sehingga mereka merasa tidak perlu untuk merubah diri.

Pemahaman seperti ini muncul akibat mereka salah mengerti firman Allah dalam Keluaran 20:5 �Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku�

Konsep yang diangkat dalam Kel. 20:5 sebenarnya mau menunjukkan bahwa anak-anak dapat terpengaruh oleh dosa yang dilakukan orang-tua mereka, karena orang-tua adalah seorang model bagi anak. Kelakuan buruk orang-tua, dengan mudah dapat mempengaruhi kelakuan anak. Sehingga ketika mereka melakukan dosa yang sama seperti orang-tuanya, maka mereka juga akan menerima hukuman yang sama dengan orang-tua mereka. Namun apabila mereka tidak melakukan dosa seperti orang-tua mereka, mereka tidak akan menerima penghukuman itu. Jadi yang ditekankan di sini sebenarnya adalah tanggung-jawab pribadi terhadap dosa.
Nabi Yehezkiel membawa firman Allah untuk meluruskan pemahaman yang salah tersebut (ay. 3-4). Allah secara tegas mengatakan "..semua jiwa Aku punya!..", untuk menjelaskan bahwa Ia menciptakan semua orang, dan mereka diberi kehendak bebas untuk menuruti jalan Tuhan atau tidak, dan mereka tidak dibelenggu oleh keturunan. Tuhan menegaskan suatu prinsip bahwa orang berdosa Iah yang akan menerima hukuman (ay. 4). Karena salah mengerti maksud firman Allah, bangsa Israel menganggap tindakan Allah tidak tepat (ay. 25a, 29b). Respon ini menunjukkan sikap kekanak-kanakan bangsa Israel. Allah itu adil, namun manusialah yang melanggar aturan Allah. Bangsa Israel ingin Allah untuk mengikuti standard mereka, padahal seharusnya mereka yang hidup menurut standard yang Allah berikan.

Allah menjelaskan bahwa orang yang berbalik dari dosanya akan hidup sedangkan mereka yang kembali kepada dosa akan mati (ay. 26-28), untuk menunjukkan bahwa prinsip keturunan tidak berlaku apabila orang bertobat dari dosa-dosanya. Semua itu tergantung dari pilihan orang yang bersangkutan (ay. 30).

Tuhan memanggil umat Israel untuk bertobat, karena Tuhan tidak menghendaki kematian manusia (ay. 32). Dengan kata lain "kematian" manusia bukanlah sebuah hukuman yang Tuhan berikan, namun sebagai sebuah konsekuensi logis dari dosa manusia. Tuhan ingin manusia hidup, oleh karena itu Ia menawarkan pengampunan bagi mereka yang bertobat.

Dosa dan hukuman atas dosa merupakan akibat dari pilihan pribadi seseorang, bukan masalah keturunan atau bawaan. Seseorang bisa saja terkena dampak dari dosa yang dilakukan oleh orang-lain, namun tidak otomatis bertanggung-jawab terhadap dosa tersebut.
Setiap orang bertanggung-jawab secara pribadi terhadap dosa--dosanya. Tidak ada gunanya mencari kambing hitam bagi dosa-dosa yang seseorang lakukan. Yehezkiel mampu menegur bangsa Israel atas kesalahan mereka, karena ia memegang firman Allah, bukan sekedar pendapat pribadinya.
Tuhan tidak menghendaki manusia mati akibat dosa-dosanya, oleh karena itu Ia menganjurkan pertobatan dan menawarkan pengampunan.

3. IMAN SEPERTI ANAK-ANAK
Markus 10:13-16
10:13 Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu.
10:14 Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.
10:15 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya."
10:16 Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka.
Dalam Lukas 18:15-17 tentang Yesus memberkati anak-anak; lebih jelas menyatakan bahwa Iman seperti seorang anak kecil yang menyambut Kerajaan Allah itu berkenan dihati Yesus :
15 Maka datanglah orang-orang membawa anak-anaknya yang kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka. Melihat itu murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu.
16 Tetapi Yesus memanggil mereka dan berkata: "Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku, dan jangan kamu menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.
17 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya."

Menjadi seperti anak kecil berarti mempunyai iman yang murni kepada Bapa, mencintai Bapa, berdamai dengan Bapa, Allah kita.
Jadi jelas yang diungkapkan disini adalah bukan membahas keselamatan pada diri anak kecil sebagai manusia; namun �eksistensi iman seperti anak kecil� itu yang sedang dinilai. Ini harus dibedakan ketika kita membicarakan dosa asal dan dosa waris.

Post a Comment

Previous Post Next Post