28) MELIHAT BAPA VS TIDAK ?

28) YOHANES 14:9 VS YOHANES 5:37.

Dalam Yohanes 14, TERTULIS: "Yesus berkata: Siapa yang melihat Aku, dia telah melihat Bapa", TETAPI dalam Yohanes 5: "Yesus berkata: rupa-Nya (Bapa) pun tidak pernah kamu lihat". (bertentangan prinsip).


JAWAB : (Kategori : salah memahami konteks ayat)

Yohanes 14:7-11

14:7 Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia."

14:8 Kata Filipus kepada-Nya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami."

14:9 Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.

14:10 Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.

14:11 Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri

Mungkin sekali bagi dunia kuno ini merupakan hal yang paling membingungkan yang pernah diucapkan oleh Yesus. Bagi orang-orang Yunani, Allah adalah "Yang Tidak Terlihat". Orang Yahudi juga berpaham bahwa tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah. Kepada orang-orang yang berpikir secara demikian itu, Yesus berkata, "Jika kamu telah mengenal Aku, kamu telah mengenal Bapa-Ku juga." Kemudian Filipus menanyakan apa yang ia anggap mustahil. Mungkin dia memikirkan kembali hari yang luar biasa hebatnya ketika Allah memperlihatkan kemuliaan-Nya kepada Musa. Akan tetapi bahkan pada hari yang besar itu Allah berkata kepada Musa, "Engkau akan melihat belakang-Ku, tetapi wajah-Ku tidak akan kelihatan."

Pada zaman Yesus, orang merasa tertekan, tapi juga merasa sangat tertarik terhadap apa yang disebut transendensi Allah (kemahatinggian Allah) dan terhadap paham tentang perbedaan besar dan jarak yang jauh antara Allah dan manusia. Mereka tidak pernah berani untuk berpikir bahwa mereka akan melihat Allah. Kemudian Yesus berkata dengan amat sederhana, "Barangsiapa yang telah melihat Aku, telah melihat Bapa."

Yesus melanjutkan dengan membicarakan sesuatu yang lain. Suatu hal yang orang Yahudi tidak dapat lepaskan ialah pegangan bahwa Tuhan adalah benar-benar sendirian (tunggal). Orang-orang Yahudi memegang teguh monoteisme. Bahaya dari iman Kristen adalah bahwa umat Kristen mungkin menjadikan Yesus sebagai semacam Allah yang sekunder. Akan tetapi Yesus sendiri menuntut bahwa perkara-perkara yang Dia katakan dan lakukan tidaklah berasal dari inisiatif-Nya atau kuasa-Nya sendiri atau pengetahuan-Nya sendiri, melainkan dari Tuhan. Perkataan-perkataan-Nya adalah suara Tuhan kepada manusia; perbuatan-perbuatan-Nya adalah kuasa Tuhan yang mengalir melalui Dia kepada manusia. dia adalah saluran yang melaluinya Tuhan datang kepada manusia.

Yesus membawa nada suara Allah, pesan Allah, akal budi Allah, dan hati Allah kepada manusia. Semuanya itu adalah dari Allah; bukan merupakan suatu ekspedisi ke dunia yang dibuat sendiri oleh Yesus. Dia tidak melakukan hal itu untuk melemahkan hati Allah. Dia telah datang karena Allah telah mengutus-Nya karena demikianlah Allah mengasihi dunia ini.

Di belakang Yesus dan di dalam Dia, adalah Allah.

Yesus melanjutkan dengan menuntut supaya ia diuji, berdasarkan dua hal: perkataan dan perbuatan-Nya.

[1] Dia menuntut supaya Ia diuji berdasarkan apa yang telah Dia "katakan". Seolah-olah Yesus hendak berkata, "Waktu kamu mendengar Aku, apakah kamu tidak dapat menyadari bahwa apa yang Aku katakan adalah kebenaran Allah sendiri?" Kata-kata dari seorang jenius selalu merupakan bukti pada dirinya. Jikalah kita membaca sebuah puisi yang indah, sebenarnya kita tidak bisa mengatakan mengapa puisi itu indah dan memikat hati kita. Kita mungkin dapat menganalisa bunyi-bunyi vokalnya dan sebagainya, akan tetapi ada sesuatu dalam puisi itu yang tidak dapat diterangkan, walaupun demikian mudah dan segera dapat dikenali bahwa puisi itu indah. Demikianlah juga dengan kata-kata Yesus. Bila manusia mendengar kata-katanya, mereka tidak bisa lain daripada mengatakan, "Jikalau dunia hidup atas prinsip-prinsip ini, betapa bedanya dunia ini akan tampak! Jikalau aku hanya hidup atas prinsip-prinsip ini, betapa lain hidupku ini jadinya!"


[2] Dia menuntut supaya Ia diuji berdasarkan "perbuatan-perbuatan-Nya". Dia berkata kepada Filipus, "Kalau engkau tidak bisa percaya kepada-Ku karena kata-kata-Ku, tentu kau akan memperkenankan Aku untuk meyakinkan engkau melalui apa yang dapat Aku 'perbuat'". Itulah jawaban yang sama yang diberikan Yohanes Pembaptis ketika dia mengirim para utusannya untuk menanyakan apakah benar Yesus itu Mesias, ataukah masih harus menantikan yang lain. "Pergilah," kata-Nya, "dan katakanlah kepada Yohanes apa yang terjadi - dan hal itu akan meyakinkan dia." Bukti Yesus adalah bahwa tidak ada orang lain selain dari Dia yang pernah menjadikan orang jahat menjadi baik.

Yesus sebenarnya mengatakan kepada Filipus, "Dengarlah Aku! Lihatlah Aku! Dan percayalah!" Jelaslah bahwa cara untuk beriman kepada Yesus bukanlah berdebat mengenai Yesus, tapi mendengar dan melihat kepada-Nya. Jikalau manusia berbuat demikian, maka pengaruh pribadi Yesus itu mau tak mau akan membuat mereka percaya.

Mengenai Yohanes 5:37, ayat ini menyatakan bahwa :

"Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat,"

Penulis kontradiksi ini tidak memperhatikan konteks ayat ini. Orang-orang Yahudi yang berdialog dengan Yesus Kristus pada saat itu memang tidak pernah mendengar suara Allah apalagi melihat wajah-Nya. Perkataan itu ditujukan kepada orang-orang Yahudi dan ayat di atas berkaitan dengan ungkapan Yunani autoV memarturhken peri emou, autos memartur�ken peri emou, Dia yang bersaksi tentang Aku.

Ayat ini menunjuk kepada saksi Allah yang tidak kelihatan yang terdapat di dalam hati manusia. Orang Yahudi tentu akan menekankan bahwa tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Bahkan pada saat Dasa Firman diberikan, "suara kata-kata kamu dengar, tetapi suatu rupa tidak kamu lihat, hanya ada suara" (Ulangan 4:12).

Jadi perkataan Yesus Kristus bermakna bahwa "Memang benar Allah itu tidak kelihatan, demikian juga kesaksian-Nya, karena kesaksian-Nya itu adalah jawaban yang keluar dari hati manusia ketika manusia itu berhadapan dengan Aku." Jika kita diperhadapkan dengan Kristus, maka kita melihat di dalam Dia semua yang indah dan bijaksana; keyakinan seperti itu adalah kesaksian Allah di dalam hati kita.

Post a Comment

Previous Post Next Post