Sejarah Karismatik di Dunia
Menurut catatan sejarah, pekerjaan besar Roh Kudus terus berlanjut sejak hari Pentakosta. Beberapa orang kudus secara tegas mengalami bimbingan Roh Kudus, seperti Santo Antonius dari Mesir, sampai kepada zaman Santo Benardus.
Menurut catatan sejarah, pekerjaan besar Roh Kudus terus berlanjut sejak hari Pentakosta. Beberapa orang kudus secara tegas mengalami bimbingan Roh Kudus, seperti Santo Antonius dari Mesir, sampai kepada zaman Santo Benardus.
Orang-orang kudus lain juga dengan setia terus berkarya dan tekun mendengarkan bimbingan Roh Kudus, seperti Santo Dominikus, Santo Fransiskus, Santa Clara dari Assisi, Santo Ignasius dari Loyola, Santa Theresia Avila dan Santo Yohanes dari Salib.
Pada abad 20 banyak �gerakan awam� yang terus membangun semangat spiritualitas umat dengan dorongan yang kuat dari Roh Kudus.
Gerakan Pembaruan Karismatik Katolik modern secara besar-besaran muncul khususnya setelah Konsili Vatikan II yang menciptakan semangat baru yang lebih terbuka di dalam Gereja Katolik. Saat itu, Paus Yohanes XXIII menyusun suatu doa yang dibacakan setiap hari selama konsili berlangsung. Di dalam doa tersebut Bapa Suci menyampaikan permohonannya agar Roh Kudus memperbaharui kehidupan umat Katolik.
Kelompok Karismatik Katolik yang pertama kali tercatat dalam sejarah modern diperkirakan dimulai oleh beberapa siswa Katolik yang mengalami pencurahan Roh di Duquesne (baca: du-kein) di daerah Pittsburgh, Amerika pada tahun 1967 yang terkenal dengan istilah The Duquesne Weekend atau akhir pekan di Duquesne.
Pada tahun 1972, Kardinal Suenens mengalami secara pribadi pembaruan karismatik ini ketika ia datang ke Amerika. Ia begitu terpesona dengan pengalaman dalam Roh Kudus tersebut, dia ingin agar gereja Katolik dapat tumbuh seperti apa yang terjadi saat Pentakosta ketika Roh Kudus turun atas para rasul.
Kemudian Gerakan Pembaruan Karismatik Katolik terus berkembang dengan pesat ke seluruh dunia termasuk ke Indonesia.
Menurut catatan sejarah, pada tahun 1970-an muncul berbagai persekutuan doa ekumenik yang dengan cepat banyak memukau umat Katolik. Untuk mendukung mereka, dan dalam kerangka penggembalaan gerejawi, Uskup Agung Jakarta ketika itu, Mgr. Leo Soekoto, SJ mengundang tokoh Pembaruan Karismatik Katolik untuk menyelenggarakan �Seminar Hidup Baru�. Pada bulan Mei tahun 1976, Pastor O Brien, SJ dan H. Schneider, SJ diminta untuk menyelenggarakan seminar yang bersejarah tersebut di Jakarta.
Sejak saat itu, Gerakan Pembaruan Karismatik Katolik bertumbuh dan berkembang sampai sekarang.
Permulaan Gerakan Karismatik Katolik di Indonesia
Pada bulan mei 1976, Pastor O Brien SJ dari Bangkok dan Pastor H. Schneider SJ dari Manila diundang oleh Bapak Uskup Agung Jakarta (Alm.) Mgr Leo Soekoto SJ. Mereka memberikan ceramah dan seminar untuk para biarawan dan kaum awam. Kira-kira 150 orang telah mengikuti seminar yang pertama itu dalam bahasa Inggris.
Pada bulan Januari 1977, kelompok doa yang kecil ini mulai dengan seminar dalam bahasa Indonesia yang pertama untuk 80 orang peserta dari seluruh kota Jakarta. Beberapa tahun sebelumnya, seorang Pastor Frasiskan dari dioses Bogor juga telah mulai membentuk suatu kelompok doa, tetapi dia meninggal dalam suatu kecelakaan dan kelompok tersebut juga mati. Juga Pastor John Indrakusuma O Carm telah mulai dengan suatu kelompok doa yang kecil di Malang Jawa Timur yang hingga kini tumbuh dan berkembang bersama kelompok yang lain.
Sesudah seminar yang pertama itu, Pastor L. Sugiri SJ menjadi Moderator dari kelompok doa di Jakarta dan minta bantuan dari mereka yang lebih dahulu sudah terjun dalam bidang tersebut untuk menyelenggarakan suatu seminar di parokinya yang besar Mangga Besar yang terletak di pusat perdagangan (pada waktu itu mempunyai 6.000 umat katolik dan sekarang lebih 9.000 orang dengan 600 orang katekumen / calon baptis).
Dalam seminar tersebut hadir 300 orang dan mereka dipermandikan dalam Roh. Hal ini membawa suatu kekuatan yang mengherankan dalam pembaruan di paroki secara menyeluruh. Umat mulai lebih tertarik dalam kehidupan gerejani, mereka membentuk kelompok kitab suci dalam lingkungannya, datang bersama-sama untuk menghadiri Perayaan Ekaristi, berdoa dan bernyanyi nyanyian Karismatik, mulai berdoa dan saling mendoakan sutu sama lain secara pribadi dan spontan, membentuk hubungan yang lebih baik dengan sesama orang kristen, lebih banyak turut mengambil bagian dalam kegiatan paroki (13 wilayah dan masing-masing lingkungannya mempunyai paduan suara sendiri), berusaha untuk membina kehidupan sosial dan lebih memperhatikan kehidupan anggota lain yang lebih miskin dalam parokinya.
Amat banyak buah-buah kebaikan yang dapat dipetik : liturgi yang lebih hidup, lebih bayak panggilan, lebih banyak tenaga suka rela untuk pekerjaan part-timer sebagai rasul, lebih banyak calon baptis / katekumin dan sebagainya. Juga di bagian lain di Jakarta mereka menyelenggarakan Seminar-seminar dan membentuk kelompok doa dan hal ini memberikan semangat Roh kepada kelompok di paroki lain. Sampai sekarang di Jakarta terdapat kurang lebih 20 buah kelompok doa yang terdaftar dan beberapa yang belum terdaftar. Yang disebut belakangan ini kebanyakan lebih bersifat oikumene.
Perubahan yang sama juga terjadi di Keuskupan lain : dari Jakarta mereka diundang ke Keuskupan lain untuk memberikan ceramah, seminar, retret dan lain-lain. Juga Wanita Katolik telah mencantumkan Pembaruan dan Marriage Encounter dalam program mereka. Sekarang pembaruan sudah diterima di Jawa dalam 5 daerah Keuskupan (dari 6 daerah Keuskupan yang ada) dan di pulau-pulau lain di Bali, Sumatera, Kalimantan dan Flores yang berarti sudah diterima dalam 10 daerah Keuskupan dari 34 daerah Keuskupan yang ada di Indonesia. Di Jakarta sendiri gerakan karismatik katolik mempunyai kelompok doa yang terbanyak. Berikutnya menyusul Keuskupan Agung Semarang yang terletak di Jawa Tengah, dengan kurang lebih 18 buah kelompok doa. Kami perkirakan di seluruh Indonesia ada kurang lebih 100 buah kelompok doa dengan peserta mencapai jumlah hampir 5.000 orang.
Kelompok doa Protestan sudah melampaui jauh dari kelompok doa pembaruan Katolik, kemungkinan sudah lebih dahulu 10 tahun! Karena persekutuan doa pembaruan Katolik ini masih muda dan tidak mempunyai cukup pengetahuan dan keberanian untuk berkembang sendiri - tanpa dorongan dan bimbingan dari para imam - kaum awam mulai berdoa dan mengharapkan imam-imam mereka mengambil bagian dalam pembaruan itu dan hadir dalam retret karismatik.
Retret para Imam
Sudah beberapa retret campuran, pada tahun ini untuk pertama kalinya 2 buah retret khusus untuk para imam, yang pertama diberikan oleh Pastor Tom Forrest CSSR dalam bulan Februari 1981 (dihadiri oleh 35 orang imam) dan yang satu lagi diberikan oleh Pastor Fio Mascarenhasa SJ dan Pastor Rufus Pereira Pr dari Bombay, India dalam bulan Juni 1981. Diperkirakan ada 100 orang imam yang telah mengikuti seminar Kehidupan dalam Roh atau retret karismatik, maka diaharpkan akan lebih banyak imam akan sanggup dan senang membimbing kelompok doa karismatik.
Kelompok doa karismatik katolik juga diselenggarakan bagi para biarawati dan melalui pusat kehidupan religius / keagamaan tersebut akan didapat pengaruh yang besar untuk pembaruan di semua bidang dari kehidupan gerejani. Sesudah retret para imam yang pertama itu timbul reaksi dari 16 imam Jesuit yang hadir bahwa mereka ingin sekali untuk mengadakan retret semacam itu setiap tahun.
Masalah yang dihadapi
Disamping cepatnya penyebaran pembaruan tersebut di seluruh kepulaun Indonesia, tetapi cukup banyak kesulitan / masalah yang harus diselesaikan :
- kurangnya pengetahuan akan bahasa Inggris, kurangnya terjemahan dan penterjemah
- kurangnya pemimpin yang terlatih untuk memimpin kelompok doa
- kurangnya kesadaran akan persekutuan, kurangnya pendalaman, semangat berkurban untuk kelompok
- kurangnya sarana untuk mempermudah hubungan yang disebabkan oleh jarak dan biaya transportasi
- banyak orang mau hadir dalam seminar dan kelompok doa untuk beberapa saat atau beberapa kali saja, tetapi setelah mereka mendapatkan sedikit pembaruan mereka tidak mau hadir lagi, meskipun benar mereka menjadi lebih baik dalam kehidupan di parokinya. Tetapi mereka tidak tertarik untuk membentuk suatu kelompok doa untuk saling melayani dan hidup menurut teladan Yesus secara menyeluruh. Mereka yang aktif dalam kelompoknya tidak terikat pada kelompok tersebut tetapi tumbuh dalam kedalaman kehidupan kristiani yang matang. Mereka mengikuti setiap ceramah yang diberikan oleh penceramah dari luar negeri yang didatangkan oleh berbagai denominasi. Penceramah-penceramah itu bepergian ke berbagai negara dan berbicara di hotel-hotel yang mewah.
Jadi kita lihat begitu mudahnya penyebaran pembaruan di Indonesia, tetapi masih agak dangkal dan dengan berbagai kesulitan yang timbul dimana-mana. Pendalaman kehidupan kristiani lewat pengabdian dalam persekutuan, hanya akan tercapai oleh lingkungan dalam paroki dalam kurun waktu yang panjang dan dengan memperbaharui kelompok religius yang ada disitu. Kita adalah gereja muda, semua paroki dan kelompok keagamaan / kerohanian hidup dan berkembang / tumbuh, gereja-gereja penuh sesak.
Jadi pembaruan ini dapat menyumbang pembaruan dalam Roh, kekuatan dalam Roh, dengan karisma-karima dan sebagainya. Di atas semua itu, kita harus bersabar dan bersyukur, karena semuanya adalah Tuhan sendiri yang berkarya di antara kita.
In Spiritu Domini
Sumber :
http://www.karismatikkatolik.org/pengajaran/462-sejarah-karismatik-di-dunia
http://oaseintim.org/kharismatik/resources/karissejarah.htm
Jadi pembaruan ini dapat menyumbang pembaruan dalam Roh, kekuatan dalam Roh, dengan karisma-karima dan sebagainya. Di atas semua itu, kita harus bersabar dan bersyukur, karena semuanya adalah Tuhan sendiri yang berkarya di antara kita.
In Spiritu Domini
Sumber :
http://www.karismatikkatolik.org/pengajaran/462-sejarah-karismatik-di-dunia
http://oaseintim.org/kharismatik/resources/karissejarah.htm
Post a Comment