Krisis Iman Kristen di Eropa yang sejatinya adalah mayoritas negara-negara Kristen (historically) sudah semakin tampak. Identitas ke-Kristen-an mereka semakin pupus. Keterbukaan dan sikap toleransi orang-orang Eropa membuat mereka sedikit terlena, karena budaya dari luar yang masuk seiring bertambahnya imigran dari negara-negara Timur Tengah lebih dominan tampak di permukaan, sehingga budaya asli orang Eropa semakin tenggelam.
Demikian juga dengan iman kristiani mereka juga mulai tergerus pupus dan bahkan mulai sirna. Banyak orang-orang Eropa sekarang tidak mengenal identitas asli mereka, gereja kosong melompong, mereka cenderung berduyun duyun murtad ke iman yang lain, dan meninggalkan iman Kristen mereka. Gereja-gereja banyak dijual, dijadikan kafe, hotel, supermarket, diskotik dan bahkan sekarang menjadi tempat ibadah imigran (masjid).
Kejadian ini berbanding terbalik dengan yang terjadi di benua Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Dimana di wilayah itu, gereja dan iman kristiani berkembang cukup pesat. Lalu mengapa di Eropa sendiri yang mayoritas Kristen justru mengalami kemrosotan iman?
Satu penyebabnya adalah persentasi orang Eropa yang beragama Kristen turun drastis, dari 95 persen tahun 1910 menjadi 76 persen tahun 2010. Namun, di tempat lain persentasi ini menunjukkan kenaikan yang tajam. Selama abad ini, jumlah umat Kristiani di kawasan Asia-Pasifik tumbuh dari tiga persen menjadi tujuh persen. Peningkatan jumlah umat Kristiani malah lebih dramatis lagi di Benua Afrika. Satu abad lalu, sembilan persen orang di wilayah itu adalah umat Kristiani, saat ini jumlah tersebut meningkat menjadi 63 persen.
Fenomena penurunan dan pertumbuhan tersebut terjadi di semua gereja, termasuk Katolik. Selama ini Gereja Katolik yang merupakan komunitas kristiani terbesar mengalami penurunan di Eropa, sedangkan di Afrika, Amerika dan Asia-Pasifik mengalami kenaikan drastis.
Paus Benediktus telah menetapkan sinode para uskup pada Oktober mendatang tentang �Evangelisasi Baru bagi Penyebaran Iman Kristiani.� Asumsi penetapan sinode dan �Tahun Iman� adalah bahwa misi Gereja sedang goyah, dan memang sedang goyah jika titik acuannya adalah Eropa. Akan tetapi, Gereja bertumbuh dan berkembang pesat di luar benua itu. Kemungkinan suatu saat nanti bisa saja terjadi negara di Asia-Pasifik atau Afrika akan mengirimkan misionaris-misionaris mereka untuk menginjili Tanah Eropa.
Sampai sedemikian ludeskah merosotnya budaya dan iman kristiani di Eropa? Kita harus ingat bahwa Tahta Suci Vatikan juga berada di Eropa. Apakah mungkin juga nasib Vatikan akan sama terjadi seperti itu? Kita yang masih punya iman kristiani sangat prihatin dan bimbang dengan hal ini. Kalau sampai hal ini terjadi dengan Tahta Suci Vatikan, apakah masih relevan kata kata Yesus : "Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya." (Matius 16:18)
Gagal melakukan itu, pada akhirnya Vatikan dan Katolik Eropa akan menjadi seperti kebanyakan gereja tua di Eropa, menjadi tempat tujuan bagi wisatawan Asia dan lainnya yang hidup kekristenannya tidak banyak bergantung pada Vatikan.
Mari Kita renungkan dan doakan Vatikan agar tetap menjadi Tahta Suci, pusat pemerintahan dan kontrol kedamaian dunia. Mari kita berdoa untuk Eropa yang sedang mengalami krisis iman agar segera dipulihkan dan kembali mengirimkan misionaris-misionaris untuk negara lain.
"Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir."
Pray and save for Vatican
Post a Comment