Umat Kristen non-Katolik sering mengatakan bahwa doa rosario adalah doa yang tidak Alkitabiah dan sesat, karena bertele-tele (lih. Mat 6:7), yaitu dengan mengulang-ulang doa salam Maria. Mat 6:7 menegaskan untuk tidak berdoa secara bertele-tele, atau dalam KJV dikatakan “vain repetition” atau pengulangan sia-sia (vain). Namun, tidak semua doa yang diulang adalah salah, karena di dalam Alkitab, kita dapat menemukan bahwa ada begitu banyak pengulangan, seperti: (a) “Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya” (ada sekitar 41 ayat, 5 ayat di Maz 118 dan 26 ayat di Maz 136), (b) “…dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, …” (Why 4:8), (c) Tiga kali Yesus mengucapkan doa yang sama “Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!” (Mat 26:39, 42, 44), (d) Dua orang buta berseru-seru perkataan yang sama “Kasihanilah kami, hai Anak Daud.” (Mat 20:30-31). Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa tidak semua doa berulang salah, karena pengulangan doa pada contoh di atas bukanlah seperti mantra, namun doa yang didaraskan kepada Tuhan dengan dasar iman, pengharapan dan kasih.
Kalau dasar keberatan dari doa rosario hanyalah karena doa yang sama diulang-ulang, maka sebenarnya banyak umat Kristen non-Katolik juga berdoa dengan pengulangan-pengulangan, seperti dalam doa spontan, merekapun mengulang perkataan “ya Tuhan” atau “ampunilah kami” dan bahkan juga mengulang lagu yang sama berkali-kali dalam puji-pujian. Kalau pengulangan doa spontan dan lagu pujian tidak dianggap sesat, mengapa doa rosario dianggap sesat?
Doa rosario tersusun dari beberapa doa: Aku Percaya (1x), Bapa Kami (6x), Kemuliaan (6x), Terpujilah (6x), Salam Maria (53x), di mana 50x doa Salam Maria adalah untuk merenungkan 5 peristiwa). Kalau kita memahami makna doa rosario, maka kita memahami bahwa fokus doa ini bukanlah pada pengulangan doa Bapa Kami dan Salam Maria, namun kepada misteri inkarnasi Kristus. Katekismus Gereja Katolik mengatakan bahwa rosario adalah ringkasan dari seluruh Injil (lih. KGK, 971). Hal ini dapat kita lihat dari empat kelompok peristiwa, yaitu peristiwa gembira, terang, sedih dan mulia. Peristiwa gembira(didoakan pada hari Senin dan Sabtu) terdiri dari: Maria menerima kabar gembira, kunjungan ke Elizabet, kelahiran Kristus, Yesus dipersembahkan di bait Allah, Yesus ditemukan di bait Allah; Peristiwa terang (Kamis): Yesus dibaptis, mukjizat di Kana, Yesus mewartakan Kerajaan Allah, Transfigurasi, perjamuan terakhir; Peristiwa sedih(Selasa dan Jumat): Yesus di Getsemani, Yesus didera, Yesus dimahkotai duri, Yesus memanggul salib, dan Yesus wafat; Peristiwa mulia (Rabu dan Minggu): Yesus bangkit, Yesus naik ke Sorga, Pentakosta, Maria diangkat ke Sorga, Maria menerima mahkota.
Dengan demikian, selama berdoa rosario, umat Katolik merenungkan kehidupan Yesus. Artinya, orang yang setia berdoa rosario setiap hari adalah orang yang merenungkan misteri kehidupan Kristus secara lengkap dua kali dalam seminggu. Bagaimana mungkin, hal merenungkan kehidupan Kristus dianggap pengulangan yang sia-sia? Bagaimana mungkin hal mengulangi doa Bapa Kami, doa yang diajarkan Yesus, dianggap sesat? Justru setiap saat, kita harus merenungkan kehidupan Kristus dan merenungkan doa Bapa Kami, sehingga Kristus dapat menuntun kehidupan kita. Jadi, apakah ada akibatnya, jika seseorang berdoa rosario secara sungguh-sungguh? Tentu ada, yaitu ia dibawa kepada kekudusan, seperti yang terjadi pada para santa-santo. Jadi, mari kita berdoa rosario, sehingga kita dapat bertumbuh dalam kekudusan dan Kristus benar-benar dapat meraja dalam kehidupan kita.
Dasar Alkitab:
- Mat 6:7: Doa yang sesat bukanlah doa perulangan, namun pengulangan yang tidak berguna (vain repetition).
- Maz 118, Maz 136: Pengulang doa terjadi di Mazmur “Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya“
- Why 4:8: Pengulangan doa “kudus, kudus, kudus”
- Mat 26:39,42,44: Yesus mengulang doa “Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!“
- Mat 20:30-31: Dua orang buta berseru berulang-ulang “Kasihanilah kami, hai Anak Daud.“
Dasar Magisterium Gereja:
- Paus Yohanes Paulus II, Surat Apostolik, Rosarium Virginis Mariae.
- Pesan Paus Benediktus XVI untuk hari nasional pertama dari orang muda Katolik dari Belanda, par.8
- “Pendarasan doa Rosario dapat menolongmu untuk belajar seni berdoa dengan kesederhanaan Maria dan kedalaman [iman]-nya)”
- Katekismus Gereja Katolik (KGK, 971, 1674, 2678, 2708)
- KGK, 971. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia” (Luk 1:48). “Penghormatan Gereja untuk Perawan Maria tersuci termasuk dalam inti ibadat Kristen” (MC 56). “Tepatlah bahwa ia dihormati oleh Gereja dengan kebaktian istimewa. Memang sejak zaman kuno santa Perawan dihormati dengan gelar “Bunda Allah”; dan dalam segala bahaya dan kebutuhan mereka umat beriman sambil berdoa mencari perlindungannya… Kebaktian Umat Allah terhadap Maria… meskipun bersifat istimewa, namun secara hakiki berbeda dengan bakti sembah sujud, yang dipersembahkan kepada Sabda yang menjelma seperti juga kepada Bapa dan Roh Kudus, lagi pula sangat mendukungnya” (LG 66). Ia mendapat ungkapannya dalam pesta-pesta liturgi yang dikhususkan untuk Bunda Allah (Bdk. SC 103.) dan dalam doa marian – seperti doa rosario, yang merupakan “ringkasan seluruh Injil” (Bdk. MC 42.)
- KGK, 1674. Katekese tidak boleh hanya memperhatikan liturgi sakramental dan sakramentali, tetapi juga bentuk-bentuk kesalehan umat beriman dan religiositas rakyat. Semangat religius umat Kristen sejak dulu kala telah dinyatakan dalam pelbagai bentuk kesalehan, yang menyertai kehidupan Gereja seperti penghormatan relikwi, kunjungan tempat-tempat kudus, ziarah dan prosesi, jalan salib, tarian-tarian religius, rosario, dan medali (Bdk. Konsili Nisea: DS 601; 603; Konsili Trente: DS 1882.)
- KGK, 2678. Dalam kesalehan Barat selama Abad Pertengahan muncullah Doa Rosario sebagai pengganti populer untuk ibadat harian. Di dunia Timur, Litani Akathistos dan Paraklisis lebih mirip dengan ibadat harian dalam Gereja-gereja Bisantin, sementara tradisi Armenia, Koptik, dan Siria lebih mengutamakan himne dan lagu-lagu rakyat, untuk menghormati Bunda Allah. Tetapi tradisi doa pada hakikatnya tetap sama dalam Salam Maria, dalam theotokia, dalam himne santo Efraim, dan santo Gregorius dari Narek. Maria adalah pendoa sempurna dan citra Gereja. Kalau kita berdoa kepadanya, kita menyetujui bersama dia keputusan Bapa, yang mengutus Putera-Nya untuk menyelamatkan semua manusia. Sebagaimana murid yang dicintai Yesus, kita juga menerima Bunda Yesus yang telah menjadi Bunda semua orang hidup, ke dalam rumah kita (Bdk. Yoh 19:27.). Kita dapat berdoa dan memohon bersama dia. Doa Gereja seakan-akan didukung oleh doa Maria; ia disatukan dengan Maria dalam harapan (Bdk. LG 68-69.)
- KGK, 2708. Meditasi memakai pikiran, daya khayal, gerak perasaan dan kerinduan. Usaha ini penting untuk memperdalam kebenaran iman, untuk menggerakkan pertobatan hati dan memperkuat kehendak guna mengikuti Kristus. Doa Kristen terutama berusaha untuk bermeditasi tentang “misteri Kristus”, sebagaimana terjadi waktu pembacaan Kitab Suci, “lectio divina”, dan pada doa rosario. Bentuk renungan doa ini mempunyai nilai yang besar; tetapi doa Kristen harus mengejar lebih lagi: perkenalan Yesus Kristus penuh cinta dan persatuan dengan Dia.
Ditulis oleh: Stefanus Tay & Ingrid Tay
Stefanus Tay, MTS dan Ingrid Listiati, MTS adalah pasangan suami istri awam dan telah menyelesaikan program studi S2 di bidang teologi di Universitas Ave Maria - Institute for Pastoral Theology, Amerika Serikat. (Katolisitas.org)
Post a Comment