Oleh: Dr. W. A. Criswell
PENDAHULUAN
Dapatkah saya percaya Alkitab secara literal benar ketika dikatakan bahwa Alkitab dipenuhi dengan kesalahan dan kontradiksi? Saya akan memulai dengan memprotes keras menentang kesan palsu yang ditinggalkan oleh para pengritik modern yang menyebabkan kesan bahwa Alkitab sarat dengan kesalahan. Pada tahun-tahun belakangan ini ada salah satu majalah popular di Amerika yang berisi artikel yang cukup panjang dan luas dengan judul �Twenty Thousand Errors in the Bible.� Jika para pengritik destruktif menggunakan kata-kata ini, maka mereka akan berkata bahwa Alkitab penuh dengan kesalahan-kesalahan besar. Nubuatan-nubuatan di dalamnya tidak digenapi, catatan sejarah di dalamnya bukanlah sejarah, kandungan sains di dalamnya bukanlah sains, kisah-kisah di dalamnya adalah mitos, fakta-fakta di dalamnya hanyalah dongeng, dan secara praktikal tidak ada yang dapat dipercaya di dalamnya. Bagi banyak orang, bahkan bagi banyak orang Kristen, infallibilitas nampak mati di hadapan sejumlah besar kesalahan yang dituduhkan ada di dalam Kitab Suci.
Kita harus ingat bahwa bila ada sedikit saja bagian yang disebut sebagai kesalahan yang belakangan ini diajukan untuk menentang infalibilitas Firman Allah, itu adalah hasil buatan para pengritik hari ini. Banyak pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh orang-orang tidak beriman di masa lampau. Tentu saja, semua itu pernah dihadapi oleh para ahli tafsir klasik berhubungan dengan Kitab Suci di masa lampau, yaitu orang-orang yang menawarkan untuk memberikan banyak solusi yang memuaskan untuk berbagai kesulitan-kesulitan. Pada kenyataannya, saya telah sembrono bila mengakui bahwa hingga kini para pengritik destruktif belum dapat menunjukkan satu kesalahan atau pertentangan yang tidak dapat dijelaskan secara rasional. Ketika hasil dari fakta-fakta kebenaran ditemukan berhubungan dengan Kitab ini, para pengritik yang memberikan penilaian yang tidak obyektif dengan mengumumkan kesalahan yang tidak dapat diragukan di dalam Firman Allah, mereka dipaksa untuk mundur. Lebih baik ia mau tetap mempertahankan dirinya sendiri atau menghadapi penghinaan tertentu atau dipermalukan.
Apa yang Disebut Kesalahan-Kesalahan Alkitab adalah Bagian yang Terabaikan
Apa yang disebut kesalahan-kesalahan dari Alkitab adalah bagian yang sangat licin. Ketika anda berpikir anda memiliki satu kesalahan di tangan anda itu akan lepas lagi dari sana dan tidak kelihatan lagi. Secara esensi, ini bukanlah kesalahan-kesalahan, namun ini adalah kesulitan-kesulitan yang dapat diselesaikan atau dijelaskan. Saya pernah membaca bahwa pada tahun 1800, French Institute di Paris memberikan daftar 82 kesalahan yang ditemukan di dalam Alkitab yang mereka percaya akan menghancurkan Kekristenan. Pada hari ini apa yang disebut kesalahan ini, dengan adanya penemuan-penemuan baru kesulitan-kesulitan tersebut telah lenyap. Ini adalah hal yang sangat mendesak untuk membedakan antara kesulitan yang belum diselesaikan dengan kesalahan. Kesalahan-kesalahan (errors) bertentangan dengan infalibelitas Alkitab, namun tidak demikian halnya dengan kesulitan-kesulitan (difficulties).
Salah satu dari berbagai hal yang paling unik yang pernah saya baca adalah kesaksian dari dua sarjana, hamba Tuhan, berhubungan dengan kesalahan-kesalahan di dalam Alkitab. Yang pertama datang dari B. H. Carroll dan yang kedua dari R. A. Torrey. Dr. Carroll berkata bahwa ia pernah melihat begitu banyak kontradiksi dan kesalahan di dalam Alkitab sehingga ia kehilangan
seluruh keyakinannya terhadap keberadaan itu. Pada waktu masih kecil ia telah berpikir bahwa ia telah menemukan lebih dari seribu kontradiksi sama seperti yang masih ia lihat ketika ia sudah dewasa. Dr. Carroll mengakui bahwa mungkin ada setengah dosin kesulitan di dalam Alkitab yang ia tidak dapat jelaskan untuk dirinya sendiri dengan memuaskan, namun sejak ia melihat 944 dari 1,000 harmonis dengan kebenaran Allah, ia cenderung berpikir bahwa jika ia memiliki pemahaman yang lebih baik tentang fakta-fakta yang ada dalam Alkitab, ia dapat mengharmoniskan 6 sisanya. Perkataan R. A. Torrey kurang lebih sama. Dr. Torrey berkata bahwa ia menyadari bahwa semua kesulitannya hilang ketika ia mempelajari Alkitab lebih mendalam atau lebih intim. Pertama, ia mengakui bahwa kesulitan-kesulitan itu lenyap satu persatu dan kemudian semuanya tidak nampak lagi. Oleh sebab itu sebenarnya apa yang mereka sebut sebagai kesalahan (errors) sebenarnya adalah kesulitan-kesulitan (difficulties) yang nampak ada. Semakin kita menelitinya, kesulitan-kesulitan itu semakin sirna. Ketika kita lebih mendekatkan diri kepada Allah, Alkitab menjadi lebih tak dapat diacuhkan sebagai kebenaran sorgawi yang dijamin kebenarannya.
Kesulitan-kesulitan di dalam Alkitab pada umunya berhubungan dengan sainstifik, sejarah, atau etika. Kesulitan-kesulitan berhubungan dengan sainstifik, sebagian besar disebabkan oleh karena masalah interpretasi. Tidak begitu banyak perbedaan antara apa yang Alkitab katakan dan apa yang sains katakan sama seperti antara pandangan manusia tentang Alkitab dan pandangan manusia tentang apa yang disebut dengan sains. Kedua pandangan ini mungkin salah; interpretasi-interpretasi kita mungkin juga tidak benar. Kesulitan-kesulitan berhubungan dengan sejarah telah kita uji satu per satu. Sampai saat ini kita belum menemukan pernyataan di dalam Alkitab berhubungan dengan sejarah yang terbukti bahwa itu tidak sesuai dengan sejarah. Mengenai kesulitan-kesulitan berhubungan dengan moral dan etika, kita harus ingat bahwa bahkan Musa, karena kekerasan hati umatnya mengijinkan mereka untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan (Matius 19:3-8). Dalam pasal berikutnya kita akan mendiskusikan moralitas di dalam Alkitab.
Kita tidak menjadi takut dengan banyaknya kritik terhadap Alkitab. Kita tidak menjadi takut ketika menemukan kesulitan, tidak peduli walaupun semula nampaknya itu tidak dapat dijawab atau tidak dapat diselesaikan. Ribuan orang telah melihat kesulitan-kesulitan yang sama sebelum kita dilahirkan. Alkitab telah menjadi batu karang Allah di mana umatnya dapat berdiri di sepanjang abad pengujian yang berat. Bagi orang yang familiar dengan semua sejarah kritik yang menyerang Alkitab, keyakinan para pengritik destruktif modern yang berpikir bahwa ia akan menghilangkan Gibraltar ini nampaknya hanya sekedar lelucon.
Kesulitan-kesulitan di dalam Kitab Suci merobohkan natur infalibelnya atau kesempurnaanya. Kesulitan-kesulitan itu hanyalah gunung-gunung yang belum didaki dan dataran-dataran yang belum ditaklukkan. Sebagai contoh dalam 2 Petrus 3:16 berbicara tentang beberapa hal yang sulit untuk dimengerti. Secara khusus ini benar di zaman modern kita ini. Ketika pikiran terbatas kita mencoba untuk memahami pikiran yang tidak terbatas, maka muncullah kesulitan. Sepertinya tidak pernah terjadi ada rasionalis yang mengakui bahwa Allah dapat memiliki alasan yang baik untuk mengatakan atau melakukan sesuatu bahkan walaupun ia, atau rasionalis itu, tiak dapat melihat alasannya. Salah satu penemuan terbesar yang manusia pernah dapat buat adalah menemukan bahwa Allah mengetahui lebih dari apa yang ia, orang itu lakukan, bahwa Allah benar dan ia, orang itu, salah.
Ketika kita menghadapi kesulitan-kesulitan dalam Alkitab, kita harus ingat bahwa janganlah kita menerapkan standar yang tidak sesuai untuk memahami Alkitab. Kitab Suci tidak ditulis untuk memberikan pelajaran matematika atau biologi kepada kita; Kitab Suci juga tidak ditulis untuk menjelaskan secara penuh sejarah umat pilihan Allah atau menceritakan secara penuh biografi tentang Kristus. Allah berbicara kepada kita melalui Kitab Suci, bukan untuk membuat kita menjadi ahli matematika atau ahli biologi atau sejarahwan, namun untuk menjadikan kita anak-anak Bapa Sorgawi.
Kita juga ingat bahwa kesulitan-kesulitan kadang-kadang muncul dalam pemahaman kita tentang Alkitab karena peristiwa-peristiwa yang dicatat tidak ada kaitannya atau tidak sama dengan zaman kita sekarang ini. Ini khususnya benar ketika kita berusaha mengharmoniskan deskripsi yang berbeda dari peristiwa sejarah. Jika pengetahuan kita lebih besar, semua kesulitan yang nampak pada kita akan tersapu semua. Sehingga kita dapat membaca kitab 1 dan 2 Samuel, 1 dan 2 Raja-Raja, 1 dan 2 Tawarikh, dan empat Injil dengan jaminan sempurna bahwa para penulis memilik pembimbing yang infalibel berhubungan dengan apa yang mereka tuliskan, bahkan walaupun peristiwa-peristiwa yang mereka tuliskan begitu jauh dan ada begitu banyak detail yang tidak diberikan sehingga kadang-kadang kita tidak dapat mencocokannya dengan sempurna.
Kita harus mengingat bahwa ada banyak mode atau cara di dunia kesarjanaan seperti hal-hal yang berhubungan dengan seks, pakaian, olah raga, pemikiran filsafat, fiksi, puisi, dan literatur pada umumnya. Bila mode atau cara itu berubah, maka pendekatannya juga berubah. Namun kebenaran Allah tetap kokoh selama-lamanya.
Ada dua bentuk kritikisme. Yang pertama adalah �lower criticism� yang adalah suatu istilah/term teknis untuk mendeskripsikan suatu studi untuk menemukan teks salinan [apographa] yang paling dekat dengan teks aslinya [authographa]. Dan yang kedua adalah �higher criticism� yang mengacu kepada usaha untuk memastikan penulis, tanggal penulisan, dan karakter dari setiap Kitab dalam Alkitab. Higher criticism sering diubah menjadi sarana untuk menghujat dan merendahkan Firman Tuhan karena presuposisi manusia yang digunakan untuk mempelajari Firman Allah.
Kesulitan-Kesulitan itu Muncul dari Kebodohan Kita
Ketika kita masuk ke dalam studi tentang kesulitan-kesulitan yang terdapat dalam Alkitab, kita pasti sepenuhnya benar ketika kita berkata bahwa tidak sedikit bagian dari kesulitan-kesulitan kita ini disebabkan oleh karena kebodohan kita. Salah satu kesulitan pertama yang akan dimunculkan oleh sekelompok orang adalah pertanyaan tentang, �Darimana Kain memperoleh istri bagi dirinya?� Jawabannya sebenarnya sangat sederhana.
Dalam Kejadian 5:3-4 kita telah mempelajarinya bahwa Adam dalam hidupnya yang lama, yaitu 930 tahun, telah memiliki banyak anak laki-laki dan anak-anak perempuan. Tidak perlu diragukan bahwa Kain menikah dengan salah satu dari anak-anak perempuan Adam dan Hawa. Pada permulaan ras ini, tentu saja, satu anak laki-laki Adam menikah dengan saudara perempuannya sendiri. Jika seluruh manusia adalah keturunan Adam maka pasangan pertama adalah anak laki-laki Adam menikah dengan anak perempuan Adam juga, atau mengawini sanak saudaranya. Sehingga dengan demikian ras ini terus berkembang biak dan menjadi banyak. Suatu kali saya pernah membaca tentang suatu cerita bergambar tentang masa kehidupan Adam, yang mana ketika Adam memperoleh anak-anak laki-laki dan perempuan, kain dapat memilih salah satu dari lebih dari 35,000 keturunan Adam yang kemudian ia nikahi menjadi istrinya.
Kita dapat menyusun kesulitan yang luar biasa lainnya untuk diri kita sendiri berhubungan dengan kronologi yang kita saling hubungkan dari beberapa bagian di dalam Alkitab kita. Kita membaca tanggal-tanggal ini di halaman atas Kitab Suci kita yang seakan itu dicetak di sana oleh yang Mahakuasa. Selanjutnya, di antara banyak kronologis kita memikirkan bahwa Allah menciptakan dunia ini pada tahun 4,000 S.M. dan bahwa kisah Adam baru mulai setelah itu. Namun ketika kita tahu dari banyak orang, banyak penemuan arkeologi mengatakan bahwa manusia telah ada lebih dari 6,000 tahun dan masyarakat telah ada berabad-abad sebelum tahun 4,000 S.M. Oleh sebab itu, sebenarnya kesulitan kita tidak terletak dalam Alkitab namun di dalam apa yang telah orang lakukan terhadap Alkitab.
Zaman dimulainya ras manusia yang dibuat oleh beberapa ahli kronologis dirunut dari nama-nama yang diberikan di dalam daftar riwayat keturunan Adam atau geneologi dalam Kitab
Kejadian. Namun dalam daftar geneologi ini kadang-kadang tidak semua nama dimasukkan dalam garis keturunan tersebut. Sebagai contoh, dalam Perjanjian Baru riwayat atau silsilah Yesus Tuhan kita disebut sebagai Anak Daud, Anak Abraham. Kata �Anak� di sini secara leteral berarti keturunan. Dalam daftar geneologikal tersebut bisa saja ada berabad-abad lamanya antara satu nama dengan nama berikutnya dalam daftar nama tersebut. Daftar nama geneologi tesebut hanya sekedar menghitung garis keturunan dan itu hanyalah kebodohan kita.
Contoh lain kisah tentang peperangan di Gibeon dalam Yosua 10:12-14. Di sini dikatakan bahwa matahari berhenti dan berlambat-lambat terbenam. Yang menjadi pertanyaan adalah bukankah menurut sains memang matahari tidak bergerak, namun bumilah yang bergerak mengelilingi matahari. Sehingga dengan demikian menunjukkan Alkitab bertentangan dengan sains. Namun ini justru salah satu kesempuranaan Alkitab yang tidak menulis menurut terminologi bidang sains. Jika ini ditulis dalam terminologi sains maka orang pada zaman itu tidak akan memahaminya, atau bahkan mungkin itu juga tidak akan mungkin difahami oleh orang pada zaman sekarang ini. Sains dan terminologinya secara terus menerus berubah dan jika Alkitab ditulis menurut terminologi sains kemarin, itu akan berada di luar mode hari ini dan jika itu ditulis menurut terminologi sains hari ini, itu akan menjadi ketinggalan zaman untuk beberapa tahun ke depan. Namun penulisan dalam bahasa non teknikal ini justru membuat beritanya akan dapat difahami oleh semua orang dan selalu bersifat kontemporer.
Bahasa yang digunakan dalam Alkitab untuk menjelaskan dunia natural adalah bahasa observasi yang sederhana, dan bukan bahasa sainstifik empirisme. Ungkapan yang diberikan adalah bahasa popular yang tidak pernah berubah melampaui abad-abad. Sebagai contoh, kita masih berbicara tentang matahari terbit; kita masih berbicara tentang empat sudut dunia; Kutub Utara di bagian �atas� bumi dan Australia di bagian �bawah� bumi.
Tidak ada kontradiksi di dalam Alkitab untuk banyak fakta sains. Dunia fisik, misteri planet-planet dan pergerakannya, konstitusi manusia, dunia tumbuh-tumbuhan dan kehidupan binatang, misteri kehidupan itu sendiri, dan konstitusi tentang dunia baik menyangkut bentuk maupun daya atau kekuatannya � semua hal yang kita ketahui ini dalam sains secara sempurna harmonis dengan apa yang dipresentasikan di dalam Alkitab. Ada topographical, geographical, kronologikal, dan historical yang layak untuk dipercaya di dalam Firman Allah menurut pengetahuan-Nya yang infalibel.
Kesalahan-Kesalahan dan Kontradiksi Meleleh Habis
Ketika kita membahas apa yang disebut kesalahan-kesalahan di dalam Kitab Suci, saya tidak memiliki waktu banyak untuk mulai menjawab semua tuduhan. Hanya untuk sebagai contoh, saya harus memutuskan untuk membahas salah satu dari Perjanjian Lama dan salah satu dari Perjanjian Baru.
Selama bertahun-tahun ada pertanyaan besar mengenai keakuratan 2 Raja-Raja 18:14, di mana Roh Kudus mencatat bahwa raja Asyur membebankan kepada Hizkia, raja Yehuda, untuk membayar upeti 300 talenta perak dan 30 talenta emas. Ketika para arkeolog menemukan catatan bangsa Asyur tentang transaksi ini, yang mana keakuratannya tidak perlu dipertanyakan karena catatan ini merupakan catatan Sanherib sendiri, yang mana dalam catatan itu dikatakan bahwa jumlah beban yang harus diberikan adalah 800 talenta perak, bukan 300 talenta perak seperti yang tercatat dalam 2 Raja-Raja 18:14. Jumlah talenta emas dalam inskripsi Sanherib sama dengan catatan Alkitab, yaitu 30. Untuk waktu yang lama tidak ada cara untuk menyelesaikan atau untuk mengharmoniskan perbedaan ini; oleh sebab itu, salah satu dari kedua catatan itu pastilah ada yang salah, dan tentu saja dan seperti biasanya, catatan Alkitab yang dinyatakan salah.
Pada kenyataannya, hanya perlu waktu sedikit saja untuk menemukan jawaban ini. Belakangan ini kita telah menemukan dari kesaksian arkeologi bahwa perbedaan jumlah ini, jauh dari bukti adanya kesalahan pada kedua catatan itu, dan yang luar biasa adalah bahwa kesaksian itu justru membuktikan keakuratan kedua catatan tersebut. Standard penghitungan talenta emas di Yehuda dan Asyur sama, namun standard penghitungan talenta perak di antara kedua bangsa itu berbeda. Pada kenyataannya, tepat sekali bahwa 800 talenta perak bagi orang Asyur sama dengan 300 talenta perak bagi orang Ibrani. Jadi apa yang sebelumnya diduga kesalahan, kemudian justru menunjukkan keakuratan Firman Allah dan sekali lagi kebenaran ini didemonstrasikan.
Bukalah Perjanjian Baru, dan kita akan menemukan kritik yang menyerang Kisah Rasul 5:36. Menurut catatan Lukas dalam ayat ini yang pertama adalah Teudas dan kemudian Yudas. Namun Yosefus memberikan penanggalan pada zaman Teudas adalah 65 A.D., jelas decade ini setelah Gamaliel berbicara di dalam Kitab Kisah Rasul ini. Kritik yang ditegaskan adalah bahwa Lukas membuat dua kesalahan di sini: ia salah telak dalam menempatkan urutan ini dan ia bersalah karena sejarah yang ditulisnya palsu. Bagaimanapun juga, sebagai kesimpulan tidak ada kesamaan antara pengetahuan kita dengan catatan sejarah yang dicatat Lukas dalam dua volume kitabnya yaitu Injil Lukas dan Kisah Rasul. Jauh lebih mungkin bahwa mungkin Lukas mengacu kepada pemberontak lain yang bernama Teudas yang tidak kita kenal dan yang hidup sebelum Yudas. Maka apa yang ditulisnya menjadi benar; pertama Teudas, pribadi yang tidak kita kenal, dan kemudian Yudas. Masalah yang dicari-cari oleh para pengritik ini nampak kecil dan tidak penting ketika dibandingkan dengan kemuliaan pewahyuan Allah yang ajaib tak terbatas.
Selanjutnya kita dapat mendiskusikan apa yang disebut sebagai kontradiksi-kontradiksi di dalam Alkitab. Lagi-lagi, di sini kita tidak memiliki ruang waktu yang cukup untuk mendiskusikan semua yang para musuh Firman Allah katakan untuk melemahkan iman. Kami memilih beberapa saja untuk dibahas.
Seringkali saya mendengar perkataan ini yaitu bahwa Alkitab saling berkontradiksi di dalam dirinya sendiri misalnya berhubungan dengan jumlah binatang yang dibawa masuk ke dalam bahtera, yang mana katanya di satu tempat dikatakan ada dua pasang dan di tempat lain ada tujuh pasang. Semua ini karena kita tidak teliti membaca apa yang Alkitab katakan. Ketika kita membuka Kejadian 7:2 ini adalah pemecahan yang sangat jelas dan nyata. �Dari segala binatang yang tidak haram haruslah kauambil tujuh pasang, jantan dan betinanya, tetapi dari binatang yang haram satu pasang, jantan dan betinanya.�
Kontradiksi yang lain yang ditunjukkan oleh para pengritik adalah dugaan adanya kesalahan yang ditemukan dalam penulisan kata-kata yang dipakukan di atas salib Kristus. Matius mencatat bunyi kata-kata ini, namun Markus juga mencatat bunyi kata-kata itu dengan kata-kata yang berbeda, dan Lukas mencatat dengan kata-kata yang berbeda lagi dan demikian juga dengan Yohanes yang mencatat dengan kata-kata yang berbeda lagi. Sejak tidak ada dua dari antaranya yang mencatat kata-kata itu multak sama, para pengritik bertanya bagaimana mungkin keempat-empatnya mencatat dengan benar? Ia berkata bahwa paling tidak ada tiga penulis Injil yang salah dalam penulisannya.
Bagaimanapun juga, jawaban untuk ini sangatlah sederhana. Yohanes menjelaskan kepada kita di dalam Yohanes 19:20 bahwa agar semua orang dari berbagai bangsa yang berbeda bisa membaca tulisan itu, maka tulisan itu ditulis dalam bahasa Ibrani, Latin dan Yunani. Tulisan dalam bahasa Ibrani untuk orang Yahudi pada umumnya; tulisan dalam bahasa Latin untuk masyarakat Romawi; yang ditulis dalam bahasa Yunani, bahasa universal, untuk semua orang asing yang datang ke sana. Inskripsi kata-kata yang ditulis dalam tiga bahasa itu dikutip dengan cara yang berbeda oleh masing-masing penulis Injil degan memilih salah satu bahasa tertentu yang ada di sana atau sebagain dari bahasa. Salah satu dari mereka tidak perlu diragukan termasuk keseluruhan inskripsi itu. Tidak ada kontradiksi dalam kesaksian semua penulis Injil itu.
Perikop lain yang digunakan sebagai kontradiksi yang sangat menyolok dalam Alkitab adalah apa yang ditemukan dalam diskusi Yakobus tentang iman dan perbuatan. Yakobus, di dalam suratnya (2:21), mengacu kepada Abrtaham sebagai orang yang dibenarkan oleh perbuatannya sementara itu Paulus di dalam Roma 4 berbicara tentang Abraham sebagai orang yang dibenarkan oleh iman. Begitu dalam kontradiksi yang nampak tentang doktrin ini sehingga bahkan Luther pernah menyebut Surat Yakobus ini sebagai surat jerami. Ketika kita memperhatikan dengan hati-hati kedua penulis ini, kita akan menemukan alasan yang sempurna berhubungan dengan pengajaran mereka tentang doktrin pembenaran ini. Ketika Paulus menulis, ia mengacu kepada Kejadian pasal lima belas di mana di sini dicatat bahwa Abraham, oleh iman, percaya kepada Allah dan imannya itu diperhitungkan sebagai kebenaran. Bagaimanapun juga, ilustrasi yang digunakan di dalam Yakobus, mengacu kepada Kejadian 22 di mana di sini dijelaskan bagaimana Abraham mempersembahkan Ishak sebagai korban di Gunung Muria. Ilustrasi yang digunakan oleh Yakobus dalam Kejadian 22 adalah konfirmasi atau penegasan bukti dari apa yang Paulus bicarakan dalam Kejadian 15.
Tidak ada kontradiksi di antara keduanya, justru keduanya saling melengkapi, dan memperkaya kehidupan Kristen. Dalam keselamatan kita, kita dibenarkan oleh iman, melalui percaya di dalam Tuhan Yesus, dan dalam perbuatan kita, kita memberikan bukti komitmen iman yang kita telah buat kepada Kristus. Iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati. Itu benar. Jika saya sudah dilahirkan kembali, saya memiliki hati yang baru dan saya akan menginginkan untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik bagi Yesus karena kasih dan syukur saya kepada Dia.
Mujizat-Mujizat dalam Alkitab
Ada banyak orang yang mengaku tidak percaya Alkitab oleh karena banyaknya mujizat yang dicatat dalam Alkitab. Secara mutlak tidak perlu dipertanyakan lagi bahwa Kitab Suci mengajarkan dan mempresentasikan banyak fakta tentang mujizat. Mujizat-mujizat itu dirangkai di dalam seluruh Alkitab yang terdiri dari 66 kitab itu. Mujizat diakui sebagai bukti keunggulan yang luar biasa. Namun apa yang salah dengan mujizat jika memang ada Allah yang hidup?
Mujizat dalam Alkitab adalah tanda atau peristiwa yang ajaib. Ini digunakan untuk Allah memberikan verifikasi yang luar biasa terhadap Firman-Nya dan agar realitas-Nya di dunia dapat dilihat oleh manusia. �Mujizat� adalah tanda tangan Allah. Di manapun ada Allah, di sana ada mujizat. Tentunya Alkitab yang adalah wahyu Allah akan kehilangan keunikannya bila di dalamnya tidak ada elemen mujizat. Tidak perlu diragukan bahwa ketika Allah berbicara sebagai Tuhan dari alam semesta, tanda-tanda yang akan menyertai berita dari Allah adalah tanda-tanda supranatural. Alkitab tanpa mujizat akan menjadi Alkitab tanpa Allah.
Salah satu mujizat yang tadi telah kita bahas ditemukan dalam Kitab Yosua dan ini menceriterakan tentang penerangan dari Allah sepanjang peperangan di Gibea. Para pengritik langsung mengkritik bahwa bila hal ini terjadi, perputaran bumi dan alam semesta akan hancur. Tidak perlu diragukan bahwa kuasa Allah bisa saja mengendalikan seluruh sistem solar yang begitu luas. Namun bagaimanapun juga kita harus hati-hati dalam mengobservasi ini bahwa kisah dalam Kitab Yosua ini tidak semata-mata meceritakan kepada kita bahwa matahari berhenti total di horizon (langit) yang nampak. Ini nampaknya pada hari itu di Lembah Ayalon terjadi suatu peristiwa sepertu yang biasa terjadi di Kutub Utara, yang mana selama beberapa hari setiap tahunnya, matahari dapat dilihat terus selama dua puluh empat jam penuh.
Sementara metode yang Allah terapkan untuk menghentikan matahari di atas horizon itu tidak dijelaskan kepada kita. Mungkin ujung poros bumi menurun sedikit atau mungkin ada refraksi sinar terang atau dengan cara lain yang tidak dapat diduga. Yang pasti mujizat ini tidak perlu menyebabkan tabrakan di dalam alam semesta yang dibayangkan oleh para pengritik Alkitab.
Fakta yang sangat mengherankan ialah kita juga mendapat keterangan yang sama di dalam sejarah di luar Alkitab. Herodotus, ahli sejarah Yunani yang terkenal, mengatakan bahwa imam-imam Mesir menunjukkan kepadanya sebuah catatan mengenai suatu hari yang panjang. Dari tulisan Cina kuno kita mengetahui bahwa ada hari yang panjang yang pernah terjadi pada masa pemerintahan kaisar Yeo, yang diperkirakan hidup sezaman dengan Yosua. Orang-orang Meksiko juga mempunyai catatan yang mengatakan bahwa matahari tetap bersinar sehari penuh dalam tahun yang diperkirakan sama dengan tahun ketika Yosua berperang di Palestina. Tidak ada alasan yang benar-benar kuat untuk membuktikan bahwa tidak ada hari seperti itu di dalam sejarah dunia.
Satu lagi, ada orang yang memandang kisah Yunus dan ikan Paus itu adalah sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Pengritik mentertawakan kisah ini hampir melampaui batas. Salah satu hal pertama yang harus kita lakukan adalah dengan hati-hati menggunakan argumentasi kita. Dalam Matius 12:40 Yunus dikatakan berada di dalam perut �ikan paus,� namun ini adalah terjemahan yang kurang tepat. Kata yang digunakan di dalam Alkitab Bahasa Yunani mengacu kepada �monster laut,� sama seperti kisah ini dalam bahasa Ibraninya menjelaskan bahwa �atas penentuan Tuhan datanglah seekor ikan besar.� Kata �ikan paus� tidak juga tidak ditemukan dalam kisah Alkitab bahasa Yunani Perjanjian Baru ataupun dalam kisah Alkitab bahasa Ibrani Perjanjian Lama. Allah telah mempersiapkan ikan untuk menelan Yunus, dan jika kita percaya kepada Allah, kita harus percaya bahwa Allah dapat mempersiapkan suatu ruangan yang indah dalam monster samudera yang memelihara Yunus ketika Allah memberikan pelajaran yang tak terlupakan kepada dia.
Dimana Sebenarnya Kesulitan itu Berada
Bagaimanapun, masih ada sesuatu yang lebih dari pada kisah tentang Yunus dan apa yang disebut dengan ikan paus ini, yaitu bahwa kemampuan Allahlah yang telah melakukan mujizat itu. Suatu kali ada seorang anak kecil pulang dari Sekolah Minggu dan berkata kepada ayahnya bahwa ia tidak percaya tentang cerita di Sekolah Minggu hari itu. Ketika bapaknya bertanya cerita tentang apa, anak itu menjawab bahwa itu adalah cerita tentang Yunus dan ikan paus dan bahwa ia tidak percaya tentang kisah itu. Sang ayah mengangkat anaknya itu ke pangkuannya dan berkata: �Nak, saya juga memiliki kesulitan yang sama tentang cerita itu. Coba jelaskan apa kesulitanmu dan saya akan menjelakan kesulitan saya.� Anak itu menjawab: �Ya, Daddy, kesulitan saya adalah saya hanya tidak percaya kalau hal semacam itu benar-benar terjadi. Saya tidak percaya bahwa orang itu dapat hidup dalam perut ikan paus selama tiga hari dan kemudian keluar dengan masih tetap hidup.� Kemudian sang ayah berkata, �Nak, kesulitan saya dengan kisah ini tidak sama dengan kesulitan kamu. Kesulitan saya adalah ini: saya tidak dapat memahami bagaimana Allah dapat menciptakan orang itu dan saya tidak dapat memahami bagaimana Allah dapat menciptakan ikan paus. Jika saya dapat memahami dua hal ini, itu akan sangat mudah bagi saya untuk memahami bagaimana Allah dapat mempertemukan keduanya.�
Seperti itulah yang ada dalam hati saya sendiri. Masalah saya bukan mujizat namun masalah saya adalah realisasi di dalam kehidupan pribadi dari Yehova (YHWH) yang agung yang tak terhingga kuasanya dari sorga. Kita tidak membatasi Allah. Kita percaya pekerjaan-Nya yang tiada yang dapat menandinginya dan kebenaran-Nya bagi anak-anak manusia.
* Artikel ini diambil dari Bab VI buku Dr. W.A. Criswell, Why I Preach That the Bible Is Literally True, Nashville: Tennessee, 1965. Diterjemahkan oleh Dr. Edy Purwanto
Post a Comment