39) Kedatangan Yesus untuk disalib; Mengapa Ia berteriak Eli-Eli Lama Sabakhtani? MATIUS 26:1-2 VS MATIUS 27:46.
Dalam Matius 26, TERTULIS: "kedatangan Yesus adalah untuk disalibkan", TETAPI dalam Matius 27: "ketika disalib, Yesus berteriak minta tolong kepada Tuhan: Eli, Eli, lama sabakhtani!". (bertentangan konsep).
JAWAB : (Kategori : salah memahami konteks ayat)
"Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: 'Eli, Eli, lama sabakhtani?' Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (Matius 27:46)
Yesus mengutip ayat dalam kitab Mazmur :
"Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku." (Mazmur 22:2)
Yesus Kristus tidak pernah memanggil Bapa dengan panggilan "Allah". Ia mengalami penderitaan dan kesakitan serta mengutip Mazmur di atas seperti yang diungkapkan oleh pemazmur. Mazmur 22:2 di atas sering diucapkan sebagai doa oleh kalangan Yahudi tatkala mereka mengalami penderitaan. Orang Indonesia juga, saat mengalami kedukaan pun sering menyanyikan lagu-lagu sedih.
�'Eli, Eli, lama sabakhtani?'� itu menyerukan kepahitan yang dialami Kristus karena Ia harus terpisah dari Allah Bapa karena Ia harus menanggung dosa manusia. Hukuman dosa adalah keterpisahan. Kalau Yesus menanggung hukuman dosa, maka Dia harus mengalami keterpisahan (dan kematian). Keterpisahan itulah yang menyakitkan hati-Nya.
Ini adalah perkataan keempat dalam 7 perkataan salib dan ini adalah kategori �ucapan penderitaan rohani�. Kita tahu bahwa ketika Yesus disalibkan, Dia mengalami banyak siksaan. Dia diludahi dan diolok-olok. Mereka mengenakan duri tajam di kepala-Nya, mencabik-cabik punggung-Nya dengan cambuk berpaku, dipaku ke salib, dan ditusuk dengan tombak. Dia bahkan ditinggalkan murid-murid-Nya sendiri. Penderitaan fisik-Nya sangat hebat. Mereka bahkan mencabuti janggut diwajah-Nya. Tapi kita tidak pernah mendengar Tuhan Yesus mengeluh karena siksaan tersebut.
Sebaliknya, puncak dari kesakitan-Nya dan penderitaan-Nya adalah ketika Ia berkata, "Allah-Ku, Allah-Ku mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Puncak penderitaan yang sebenarnya bagi Yesus adalah ketika �ditinggalkan Allah dan dibiarkan sendiri.� Ini jauh lebih menyakitkan daripada duri dan tombak dan paku dan cambuk dan ludah dan lain sebagainya--ditinggalkan Allah.
Mengapa Roh Allah harus pergi? Sebab kalau tidak demikian Yesus tidak akan pernah bisa mati; dan ini adalah keharusan / cawan pahit yang harus diterima oleh Yesus bahwa Dia harus mati sebagai �kurban� atas dosa-dosa manusia. Oleh karena keterpisahan itu, kita telah ditebus oleh Kristus. Setiap kita yang percaya padaNya dan mengaku Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat, kita dipersatukan kembali dalam komunitas yang kudus dengan Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus. Amin.
Dalam Matius 26, TERTULIS: "kedatangan Yesus adalah untuk disalibkan", TETAPI dalam Matius 27: "ketika disalib, Yesus berteriak minta tolong kepada Tuhan: Eli, Eli, lama sabakhtani!". (bertentangan konsep).
JAWAB : (Kategori : salah memahami konteks ayat)
"Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: 'Eli, Eli, lama sabakhtani?' Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (Matius 27:46)
Yesus mengutip ayat dalam kitab Mazmur :
"Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku." (Mazmur 22:2)
Yesus Kristus tidak pernah memanggil Bapa dengan panggilan "Allah". Ia mengalami penderitaan dan kesakitan serta mengutip Mazmur di atas seperti yang diungkapkan oleh pemazmur. Mazmur 22:2 di atas sering diucapkan sebagai doa oleh kalangan Yahudi tatkala mereka mengalami penderitaan. Orang Indonesia juga, saat mengalami kedukaan pun sering menyanyikan lagu-lagu sedih.
�'Eli, Eli, lama sabakhtani?'� itu menyerukan kepahitan yang dialami Kristus karena Ia harus terpisah dari Allah Bapa karena Ia harus menanggung dosa manusia. Hukuman dosa adalah keterpisahan. Kalau Yesus menanggung hukuman dosa, maka Dia harus mengalami keterpisahan (dan kematian). Keterpisahan itulah yang menyakitkan hati-Nya.
Ini adalah perkataan keempat dalam 7 perkataan salib dan ini adalah kategori �ucapan penderitaan rohani�. Kita tahu bahwa ketika Yesus disalibkan, Dia mengalami banyak siksaan. Dia diludahi dan diolok-olok. Mereka mengenakan duri tajam di kepala-Nya, mencabik-cabik punggung-Nya dengan cambuk berpaku, dipaku ke salib, dan ditusuk dengan tombak. Dia bahkan ditinggalkan murid-murid-Nya sendiri. Penderitaan fisik-Nya sangat hebat. Mereka bahkan mencabuti janggut diwajah-Nya. Tapi kita tidak pernah mendengar Tuhan Yesus mengeluh karena siksaan tersebut.
Sebaliknya, puncak dari kesakitan-Nya dan penderitaan-Nya adalah ketika Ia berkata, "Allah-Ku, Allah-Ku mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Puncak penderitaan yang sebenarnya bagi Yesus adalah ketika �ditinggalkan Allah dan dibiarkan sendiri.� Ini jauh lebih menyakitkan daripada duri dan tombak dan paku dan cambuk dan ludah dan lain sebagainya--ditinggalkan Allah.
Mengapa Roh Allah harus pergi? Sebab kalau tidak demikian Yesus tidak akan pernah bisa mati; dan ini adalah keharusan / cawan pahit yang harus diterima oleh Yesus bahwa Dia harus mati sebagai �kurban� atas dosa-dosa manusia. Oleh karena keterpisahan itu, kita telah ditebus oleh Kristus. Setiap kita yang percaya padaNya dan mengaku Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat, kita dipersatukan kembali dalam komunitas yang kudus dengan Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus. Amin.
Post a Comment