Latest News

Tuesday, March 11, 2014

Mengenal Pembaruan Karismatik Katolik Dari Dekat

Mengenal Pembaruan Karismatik Katolik Dari Dekat (02/08/2006)

Narasumber: Sr. Helene, MASF dan Bapak Richie Handoko (Abun). Host: Carolline Silka & David Constantiyn Senduk.


Silka: Sr. Helene, bagaimana sejarah singkat Pembaruan Karismatik Katolik? 

 
Sr. Helene: Pembaruan Karismatik Katolik dilahirkan tepatnya pada bulan Februari 1967 ketika mahasiswa/i dari Universitas Dequesne (AS) mengalami Pencurahan Roh Kudus dalam sebuah retret di kota Pittsburgh, AS. Setelah mengalami Pencurahan Roh Kudus, mereka mulai mengalami Karunia-karunia Roh Kudus dan mempunyai hubungan pribadi yang lebih dekat dengan Yesus. Sejak tahun 1967 itu, berjuta-juta orang Katolik dari kurang lebih 120 negara di dunia ini telah mengalami pembaruan rohani yang luar biasa dalam hidup kristiani mereka, disertai dengan banyak karunia-karunia karismatis dari Roh Kudus.
Paus Yohanes Paulus II, 11 Desember 1979, dalam audiensi dengan para pimpinan Pembaruan Karismatik Katolik seluruh dunia mengatakan: �Saya yakin, bahwa gerakan ini adalah tanda karya Roh Kudus. Dunia masa kini sangat membutuhkan karya Roh Kudus dan orang-orang yang dipakai oleh Roh Kudus. Situasi dunia adalah sangat gawat. Materialisme adalah penolakan terhadap hal-hal yang rohani, maka kita sangat membutuhkan peranan Roh Kudus. Sebagai akibatnya saya yakin, bahwa Pembaruan Karismatik Katolik ini merupakan sebagian yang sangat penting di dalam keseluruhan pembaruan Gereja!�


Silka: Bagaimana dengan perkembangan Karismatik di negara Indonesia sendiri, Suster?


Sr. Helene: Di Indonesia, Pembaruan Karismatik Katolik dimulai pada tahun 1975 dengan berdirinya sebuah kelompok doa yang pada mulanya beranggotakan 12 orang di Malang. Lalu pada tahun 1976, secara independen juga dimulai di Jakarta dan dari keduanya ini akhirnya menyebar ke seluruh Indonesia.


Silka: Bagaimana kondisi umat Karismatik di Indonesia dan di Kalimantan khususnya?


Sr. Helene: Di Balikpapan, Pembaruan Karismatik Katolik sudah masuk sejak 1987. Namun, dua tahun yang lalu perkembangan karismatik di Balikpapan sangat berkembang, mereka berani untuk memberi renungan, kendati masih jatuh bangun, tapi keberanian cukup membanggakan. Persekutuan Doa Karismatik Katolik juga memberi ruang para anggotanya untuk sharing kesaksian iman.


Silka: Apa itu Pembaruan Karismatik Katolik?


Sr. Helene: Kardinal Suenens mengatakan: Pembaruan Karismatik Katolik tidak ingin hanya menjadi salah satu dari beberapa gerakan-gerakan rohani, tetapi Pembaruan Karismatik Katolik dapat dilukiskan sebagai �suatu aliran rahmat�:
  • berlaku bagi setiap orang Kristiani,
  • tidak pandang �gerakan� atau asosiasi dimana mereka menjadi anggotanya,
  • tidak pandang apakah orang itu seorang awam, religius (biarawan-biarawati), seorang imam atau seorang uskup.
  • Kita tidak �masuk� ke dalam Pembaharuan. Tetapi Pembaruan Karismatik yang masuk ke dalam diri kita, bila kita menerima rahmat-Nya�.
Pembaruan Karismatik Katolik tidak bermaksud membawa Gereja ke dalam gerakan Karismatik. Pembaruan Karismatik Katolik menemukan kembali mutlak pentingnya peranan kuasa Roh Kudus dalam kehidupan Gereja. Gereja lahir, tumbuh, berkembang dan berbuah hanya oleh kuasa Roh Kudus. Lewat pembaruan hidup kristiani dalam segala aspeknya, baik hidup umat secara keseluruhan maupun secara pribadi dalam Roh Kudus, Gereja dapat diperbarui.
Pembaruan Karismatik Katolik ingin menghadirkan bagi kita kehidupan Gereja perdana, dimana kita jumpai unsur-unsur hakiki dari kehidupan Gereja :
  1. Hidup yang berpusat pada Allah dan Yesus sebagai Tuhan dan Penyelamat kita, dimana Yesus sungguh diakui dan dialami sebagai Yang Hidup, oleh kuasa Roh Kudus.
  2. Keyakinan yang mendalam, bahwa memang memungkinkan orang hidup dalam Roh, dimana orang mengalami kehadiran, kuasa dan bimbingan nyata Roh Kudus, seperti yang dialami para murid Yesus dalam gereja perdana.
  3. Keterbukaan terhadap semua karunia Roh Kudus seperti yang kita jumpai dalam Gereja perdana dan seperti yang antara lain disebutkan dalam 1 Kor 12 dan 14.
  4. Keyakinan yang mendalam, yang diperkuat oleh pengalaman, bahwa memang mungkin sekali memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus, dengan tanda dan kuasa, seperti yang antara lain disebutkan dalam Injil Mrk.16:17-18.

Silka: Tadi disebutkan bahwa Pembaruan Karismatik Katolik ini ingin menghadirkan Kehidupan Gereja Perdana, apakah artinya itu Suster? Apakah Gereja jaman kini sudah mengalami perubahan dan modernisasi sehingga arti �Gereja� itu sendiri menjadi kabur?


Sr. Helene: Sebetulnya kita sudah hidup di dalam gereja perdana, dan memang setelah ada pembaharuan karismatik, dunia mengalami kelengkapan. Karismatik bukan menghapus yang lama, tapi membaharui, melengkapi apa yang sudah ada. 


Abun: Benar sekali, dan lewat pembaruan yang dilakukan oleh Roh Kudus, kita dapat benar-benar mengalami Trinitas yaitu Bapa, Putra, dan Roh Kudus, sebagai Yang Hidup di dalam diri kita. Bukan hanya sekedar mengetahui saja, tapi juga membarui hidup rohani kita yang sudah mengalami kekeringan dimana seakan-akan hal-hal yang berbau rohani tidak lagi dibutuhkan.


Silka: Sr. Helene, apa Visi Pembaharuan Karismatik Katolik atau yang kita sebut sebagai �PKK�?


Sr. Helene: Visi dari Pembaruan Karismatik Katolik adalah sama dengan visi dari Gereja Katolik ialah membangun Tubuh Kristus (efesus 4:12). Dan Tubuh Kristus adalah kita semua umat Katolik dan kita masing-masing adalah anggota Tubuh Kristus (1 kor 12:27). Maka kita masing-masing perlu dibangun.


David: Tadi di sesi sebelumnya sudah disebutkan bahwa Visi Pembaruan Karismatik Katolik adalah: membangun Tubuh Kristus. Lalu, apa Tujuan dan Misi dari Pembaruan Karismatik Katolik ini?


Sr. Helene: Tujuan dan Misi dari Pembaruan Karismatik Katolik adalah :
1.  Menolong orang-orang Katolik mengalami suatu �Baptisan dalam Roh Kudus�       (KIS 2). Maksudnya : pengalaman pribadi rahmat pemuridan Kristus, yaitu :
  • Kasih yang berkobar dan komitmen yang besar kepada Yesus sebagai Juru Selamat dan Tuhan Pribadinya,
  • Kepercayaan seperti anak-anak kepada Allah Bapa,
  • Keterbukaan terhadap bimbingan dan karunia-karunia Roh Kudus, dan
  • Komitmen yang hangat kepada Tubuh Kristus, yaitu Gereja.
2.  Menolong orang-orang Katolik memahami, mendapatkan, dan mempergunakan karunia-karunia karismatis (Lumen Gentium Bab I No. 12), yang merupakan sumber kekuatan bagi orang-orang Kristiani dalam melaksanakan tugas perutusan mereka dan dalam perjalanan mereka menuju kekudusan.
3.  Menolong orang-orang Katolik menemukan keindahan dan kuasa doa, baik doa kolektif maupun doa pribadi, dengan tekanan khusus pada doa pujian, doa syafaat yang penuh iman, dan ikut serta dalam pertemuan doa mingguan bersama-sama dengan saudara-saudara seiman.
4.  Menolong menumbuhkan dan mengembangkan karya evangelisasi dalam Kuasa Roh Kudus, dengan mewartakan Injil dalam kata dan perbuatan dan dengan memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus melalui kesaksian pribadi dan karya-karya iman serta keadilan. 
5.  Memupuk pertumbuhan yang terus menerus dalam kekudusan melalui pengintegrasian hal-hal yang penting dalam karismatik ini dengan kehidupan yang penuh dari Gereja, melalui partisipasi dalam kehidupan sakramental dan kehidupan liturgis, penghargaan terhadap tradisi doa dan spiritual Katolik, pendidikan yang terus menerus dalam doktrin Katolik, dan partisipasi dalam rencana pastoral Gereja lokal.


David: Apa itu Karunia-karunia Karismatis Roh Kudus? Dan apa saja yang disebut sebagai Karunia-karunia Karismatis tersebut?


Sr. Helene: Karunia Roh Kudus = Kebijaksanaan, Pengertian, Nasihat, Kekuatan, Pengetahuan, Kesalehan, Takut akan Tuhan. Karunia Karismatis Roh Kudus = bahasa roh, nubuat, penafsiran bahasa roh, penyembuhan, penyembuhan batin, pelayanan pelepasan, berkata-kata dengan pengetahuan (sabda pengetahuan), sabda kebijaksanaan, karunia membuat mukjizat, karunia iman, membedakan roh-roh, resting in spirit, penumpangan tangan. 


David: Berangkat dari visi dan misi Pembaruan Karismatik Katolik tadi, akhirnya melahirkan suatu kegiatan yang disebut Persekutuan Doa (PD). Abun, mungkin bisa dijelaskan apa yang dimaksud dengan Persekutuan Doa? 


Abun: Persekutuan Doa atau sering disebut �PD� merupakan sekelompok orang yang bertemu pada waktu-waktu tertentu yang mencoba menghayati hidup Kristiani yang bersemangat dalam dunia modern. 
Maksud dari Pembaruan Karismatik Katolik adalah membawa hidup baru dalam Roh ke dalam Gereja. Persekutuan doa merupakan pelengkap Misa Kudus (bukan pengganti). Tujuan utama dari persekutuan doa adalah memuji dan menyembah Allah (Ef 5:18-20). Dengan nyanyian, karunia bahasa Roh, doa-doa, tepuk tangan, menari, mengangkat tangan, bermacam-macam alat musik, kesaksian-kesaksian pribadi yang berhubungan dengan berkat Allah dan karya-Nya dalam hidup mereka.
Tujuan kedua dari persekutuan doa adalah menerima makanan dari Firman Allah, dari karunia-karunia (nubuat, sabda pengetahuan, dan sabda kebijaksanaan), dari pengajaran dan kesaksian.   Menjelang akhir persekutuan doa biasanya ada waktu untuk doa permohonan baik untuk orang lain maupun untuk diri sendiri dan ada waktu juga untuk mendoakan orang lain dengan penumpangan tangan atau pelayanan secara lain bagi mereka yang membutuhkannya.


David: Menurut Abun, hal-hal apa yang ditawarkan Persekutuan Doa Karismatik Katolik bagi kehidupan Gereja?


Abun:
  • Suasana dimana orang dapat bertumbuh dalam kehidupan rohaninya
  • Suasana dimana orang bisa membawa orang lain kepada Tuhan
  • Suasana dimana orang ingin melewatkan waktu cukup lama untuk berdoa, sharing, dan belajar tentang kerohanian
  • Kesempatan untuk mendapatkan ajaran atau bimbingan rohani yang lebih dalam.
Persekutuan Doa Karismatik Katolik memainkan peranan yang sangat penting dalam Pembaruan Karismatik Katolik sehingga Pembaruan Karismatik Katolik tak mungkin berlangsung tanpa persekutuan doa tersebut.


David: Saya sering mendengar pengumuman di Gereja, diadakannya Misa Karismatik, kalo tidak salah pada tiap-tiap bulan di hari Senin. Sebetulnya apa bedanya Misa Karismatik dengan Misa Kudus biasanya?


Abun: Misa karismatik tidak berbeda dengan misa biasanya. Mulai dari pembukaan sampai selesainya. Hanya lagu-lagunya saja yang tidak semua menggunakan lagu-lagu madah bakti. Tetapi menggunakan lagu-lagu yang umumnya dijual di toko-toko kaset rohani. Jadi bukannya mengubah atau mengurangi atau menambahkan tata perayaan Ekaristi.
Penyembahan bisa dilakukan di awal � sebagai pengantar Pastor masuk ke Altar atau pada bait pengantar Injil.


Silka: Abun, mungkin boleh dishare dengan rekan setia di rumah, bagaimana pengalaman iman seorang Abun menerima Yesus Kristus dalam hidup Abun dan mengapa tertarik dengan  Karismatik Katolik?


Abun: Saya mengalami hidup baru bersama Kristus pada tahun 1996. Sebelumnya saya hanya mengenal agama Kristen dan tidak tahu sama sekali tentang agama Katolik. Dan hidup saya sebagai orang Kristen biasa-biasa saja. Doa, baca Firman, dan ke gereja itu kalo ingat saja. Saya pun bukan termasuk orang yang tertarik akan hal-hal yang berbau rohani, sama sekali. 
Tetapi pada tahun 1996, Puji Tuhan hidup saya berubah 180 derajat. Saya melihat sendiri bagaimana dahsyatnya Kuasa Allah mengalahkan roh-roh jahat dalam diri seseorang dalam pelayanan pelepasan. Saya pun tidak tahu kalo itu adalah kumpulan orang-orang Katolik. Sejak itu muncul kerinduan saya untuk mengalami kasih Alllah dalam hidup saya secara pribadi. Hati saya mulai terbuka, dan jam 24 malam saya didoakan pencurahan Roh Kudus oleh tim pelayanan. Sejak itu, hati saya berkobar-kobar dan selalu dipenuhi kerinduan untuk benar-benar mengenal dan mengalami secara pribadi Kasih Allah tiap hari, saya seperti hidup baru/dilahirkan kembali di dalam Kristus. Contohnya, dulu baca Firman ya sekedar baca saja, ga ada rasanya. Tetapi setelah Roh Kudus membarui, Firman itu menjadi hidup; mulailah saya membeli kaset-kaset rohani yang saya pakai untuk memuji dan menyembah sebelum berdoa; ikut terlibat aktif dalam pelayanan persekutuan doa karismatik. Saya bersyukur, Pembimbing saya tidak juga memaksa untuk masuk Katolik tapi membiarkan saya memilih mau katolik atau kristen. Namun saya akhirnya memilih Katolik. 
Saya memilih terlibat aktif melayani di Karismatik Katolik karena disitulah saya mengalami hidup baru dalam Roh, dan karena Roh Kudus-lah saya diijinkan untuk terus melayani sampai saat ini. Itu bukan karena kuat dan gagah saya, tetapi semata-mata oleh kasih karunia Allah saja.


Silka: Sr. Helene, apa keistimewaan Karismatik Katolik dibanding Karismatik lainnya?


Sr. Helene: Ada adorasi (saat hening),�����dan puncaknya pada Perayaan Ekaristi.


Silka: Saat ini anda menjabat sebagai Ketua II PDKK Firdaus, program kegiatan apa saja yang ada di PDKK Firdaus untuk tahun 2006 ini?


Abun:
  1. Kegiatan rutin:PD setiap Senin jam 7-9pm di Aula Prapatan Sta. Theresia dan setiap senin pertama ada misa karismatik
  2. Non rutin:
  • Koor, Lektor dan Tatib
  • Seminar (seminar SHBDR, Pertumbuhan, Penyembuhan Luka Batin, Leadership, dll)
  • KRK 


Silka: Lalu bagaimana tanggapan atau dukungan Pastor Paroki terhadap kegiatan ini?


Abun: Sangat mendukung, tempat diberikan, waktu diberikan.


Silka: Kalau ada umat yang ingin bergabung dalam PD setiap hari Senin itu, gimana caranya? Bisa langsung datang saja atau harus daftar dulu?


Abun: Langsung datang dan silakan menikmati


David: Sr. Helene/Abun, mengapa dalam memuji dan menyembah Allah, PDKK menggunakan ekspresi seperti tepuk tangan, menari, mengangkat tangan, memakai bermacam-macam alat musik. Bagi kebanyakan umat Katolik merasa hal tersebut terlalu gaduh/ramai, kurang khidmat, mengganggu konsentrasi dan sebagainya. Bisa dijelaskan mengapa Pembaruan Karismatik Katolik berlaku demikian? 


Sr. Helene: Benar, tetapi ekspresi itu bukan merupakan keharusan/wajib untuk dilakukan. Untuk beberapa orang, mengekspresikan pujian penyembahan kepada Allah cukup sulit untuk dilakukan. Mengapa? Mungkin ada pendapat malu jika dilihat dan dinilai orang atau dianggap terlalu berlebihan (over acting) atau berada dalam lingkungan yang tidak lazim melakukan ekspresi semacam itu. Tetapi saat kita berbicara tentang ekspresi dalam memuji dan menyembah Allah, hal ini berkaitan dengan respon tubuh jasmani kita. Sangatlah tidak mungkin jika roh dan jiwa kita merasakan sesuatu (senang, gembira, sedih, bangga dan sebagainya), sementara tubuh jasmani kita tidak memberi respon sama sekali. 
Contoh: Saat koor gereja menyanyi dengan indah, roh dan jiwa kita merasa senang, bangga, sukacita, respon tubuh jasmani kita: bertepuk tangan. Saat roh dan jiwa merasa sedih/berbeban berat, bisakah respon tubuh jasmani kita: bertepuk tangan? Ataupun sebaliknya saat roh dan jiwa merasa gembira, bisakah respon tubuh jasmani kita: seperti orang yang lagi patah hati? 


Abun: Bagi saya pribadi, yang menjadi pertanyaan adalah Apakah nyanyi sambil tepuk tangan, berdosa? Apakah nyanyi sambil angkat tangan, berdosa? Apakah nyanyi sambil menari, berdosa? Prinsipnya: selama perbuatan itu tidak berdosa, lakukan. Apalagi lagu-lagu yang dipakai juga lagu-lagu rohani. Kita melakukannya karena kita tidak akan pernah berhenti melihat / mendengar / merasakan keagungan, kemurahan, kebesaran, kekuatan, kasih, kuasa, anugerah dari Tuhan kita Yesus Kristus. Lakukanlah itu karena saudara mengasihi, menghormati dan mengagungkan Tuhan. Bukan karena paksaan atau tidak enak.


David: Apakah ada usaha-usaha khusus dari Pengurus PDKK Firdaus untuk merangkul umat untuk bergabung/berpartisipasi atau setidaknya memberi ruang bagi kegiatan PDKK?


Abun: Ya, kami sebagai pengurus PDKK Firdaus, kami hanyalah hamba/pelayan dari Allah yang sudah mengasihi dan kami sudah menyediakan sarana untuk pertumbuhan rohani umat. Apa yang menjadi bagian kami sudah kami kerjakan, hasilnya biarlah Tuhan yang mengaturnya.


David: Pertanyaan terakhir sebelum kita mengakhiri program malam hari ini, apakah ada pesan-pesan khusus dari Suster atau Abun untuk para Umat Katolik kita di Balikpapan, khususnya di wilayah Paroki Sta. Theresia, sehubungan dengan keberadaan Karismatik ini?


Abun: Bagi kita umat Katolik, kita perlu menjadi 100% karismatik, tetapi tidak terpisah dari Gereja. Kita juga perlu menjadi 100% Katolik, tapi tanpa tertutup terhadap oikumene dan setia dan taat pada ajaran dan hierarki Gereja. Kita tidak boleh kehilangan identitas kita. Kita tidak perlu mendengar yang negatif-negatif ttg karismatik dari orang lain tetapi alangkah baiknya selidiki sendiri seperti apa kegiatan karismatik. Baru kita mengambil kesimpulan.


Referensi: Buku Pembaharuan Karismatik Katolik (PKK) oleh Pastor Fio Mascarenhas, SJ

Sumber: http://www.carmelia.net/index.php/artikel/karismatik/593-mengenal-pembaruan-karismatik-katolik-dari-dekat

Monday, March 10, 2014

13 Biarawati Ortodoks Korban Penculikan Pemberontak Suriah Akhirnya Bebas


Damaskus - Sebanyak 13 biarawati Katolik Ortodoks yang diculik kelompok pemberontak di kota Ma'loula, Suriah, pada Desember lalu telah dibebaskan sebagai bagian dari pertukaran tahanan.

Para biarawati tersebut tiba di desa Jdeidet Yabus, Suriah, setelah menempuh perjalanan selama sembilan jam dari desa Arsal di Lebanon. Mereka tampak lelah, bahkan dua di antaranya harus dipapah dari kendaraan setibanya di Jdeidet Yabus.

Mengutip Russia Today, para biarawati itu diculik oleh para pemberontak dari sebuah biara di Ma'loula, sebuah kota di timur Suriah, pada Desember 2013. Sebagian besar dari biarawati diyakini sebagai warga Suriah dan Lebanon yang bekerja di panti asuhan milik biara.

Seorang petinggi militer Lebanon, Jenderal Abbas Ibrahim, yang membantu menjembatani pembebasan ini mengatakan sebagai gantinya pemerintah Suriah akan membebaskan sekitar 150 tahanan perempuan.

Jenderal Ibrahim mengatakan, kesepakatan hampir saja batal pada menit-menit terakhir ketika kelompok pemberontak menuntut jumlah tahanan yang dibebaskan ditambah.



Thursday, March 6, 2014

Mari ber-Ekaristi dengan Baik dan Benar


----- Agar diperhatikan :

1. Masuk ke Gereja membuat tanda salib.
Jangan terburu-buru, tetapi hayatilah dan syukurilah bahwa karena rahmat Baptis anda bisa bergabung ke dalam persekutuan Gereja. Jangan membiasakan memberi air suci pada orang lain dengan mengulurkan jari anda. Ketika anda dibaptis anda dipanggil dengan nama pribadi anda, berarti sangat personal, maka tanda salib jangan dibuat dengan asal-asalan

2. Perayaan Ekaristi/ Misa Kudus adalah rangkaian doa. 
Maka tanda salib hanya dilakukan pada awal dan akhir misa kudus saja yaitu ketika imam memulai dan mengakhiri misa. Jangan buat tanda salib banyak-banyak. Tanda Salib di sini menunjuk pada tanda salib biasa dan bukan penandaan dahi, bibir, dan dada dengan salib yang tetap harus dilakukan saat bacaan Injil.

3. Ketika doa pembuka, sampaikanlah ujud pribadi anda dalam hati, singkat saja sambil mengaminkan doa yang dibawakan imam.
Tuhan sudah tahu masalah anda jadi tidak perlu bertele-tele. Pada zaman dahulu, kesempatan ini diisi dengan doa spontan oleh umat yang hadir, yang akhirnya ditutup oleh imam. (Kesempatan lain yang bisa dilakukan untuk menyampaikan ujud pribadi adalah ketika doa umat, pada waktu yang disediakan).

4. Tanda salib yang dibuat sebaiknya tanda salib besar, yaitu dengan menyentuh pusar (sebagai lambang inkarnasi Kristus).
Tidak membuat tanda salib ketika imam memberi absolusi umum ("...semoga Allah mengasihani kita...dst.."), karena yang kita ikuti adalah Misa Kudus bukan Sakramen Tobat. Tidak salah membuat tanda salib dengan menyentuh dada ketika berkata "Putra".

5. Berlutut sebelum duduk, jangan asal-asalan, jangan hanya membungkuk, kecuali terpaksa. 
Yang ada di depan anda adalah Kristus sebenar-benarnya dalam rupa Hosti di Tabernakel. Ingatlah sejenak juga akan inkarnasi Kristus. Hosti dalam Tabernakel, bisa diasosiasikan dengan Kristus dalam rahim Maria. Tentang pakaian yang pantas untuk menghadap Pencipta anda sendiri yang ada secara fisik di hadapan anda, anda pasti bisa memilihnya bukan? Seberapa sopan anda berpakaian mencerminkan seberapa tinggi penghormatan anda akan Kristus dalam tabernakel.

6. Nyanyikanlah Tuhan Kasihanilah kami dan Kemuliaan dengan penuh hormat. 
Harap diingat bahwa Kemuliaan adalah kidung malaikat di padang Efrata ketika kelahiran Kristus. Jadi, mohon dinyanyikan dengan penuh sukacita dan hormat.

7. Bacaan kitab suci yang dibacakan dari ambo (mimbar) adalah waktu Allah berbicara dan kita mendengarkan, yaitu menyimak dengan penuh perhatian. 
Jika paroki anda menyediakan teks misa, anda lebih baik membaca kutipan bacaan sebelum misa dimulai. Tatap lektor/imamnya karena Allah sedang berbicara pada anda. Komunikasi yang baik dalam percakapan adalah saling menatap bukan? Pembacaan Injil - dan bukannya homili - adalah puncak Liturgi Sabda. Harap diingat, suara yang anda dengar adalah Suara Kristus sendiri karena imam bertindak IN PERSONA CHRISTI (mewakili Kristus sepenuh-penuhnya)

8. Mohon menyanyikan KUDUS dengan sepenuh hati, dengan keagungan, jangan asal-asalan. 
Dikarenakan bahwa ketika menyanyikan/mengucapkan KUDUS kita bergabung dengan seluruh penghuni surga yang memuji Allah tak henti.

9. Ketika konsekrasi (Inilah Tubuh-Ku, Inilah Darah-Ku atau ketika Hosti diangkat dan Piala diangkat) anda boleh mengangkat kedua tangan yang terkatup seperti ritus ibadat di Pura Hindu, namun berlutut sudah merupakan ungkapan penyembahan. 
Yang terpenting ketika konsekrasi adalah anda harus menatap-Nya. Harap diingat, Suara yang anda dengar (Inilah Tubuh-Ku, Inilah Darah-Ku, adalah Suara Kristus sendiri. Lagi, hal ini dikarenakan Imam bertindak IN PERSONA CHRISTI. Jadi? TATAPLAH Hosti dan Piala itu dengan penuh hormat, yakinkan pada diri anda kalau itu adalah Kristus sendiri, bukannya sibuk dengan permohonan dalam hati.

10. Ketika imam mengucapkan/menyanyikan : "Dengan perantaraan Kristus, bersama Dia, dan dalam Dia...dst..." Ikutilah dalam hati, TATAPLAH hosti dan piala yang diangkat.
Ketika "AMIN" dinyanyikan (dalam bahasa inggris disebut THE GREAT AMEN"). Mohon dinyanyikan dengan sepenuh hati, dengan suara terindah yang anda miliki. Dikarenakan bahwa The Great Amen ini adalah puncak Liturgi Ekaristi.

11. Jangan menadahkan tangan seperti imam, pada waktu berdoa atau menyanyikan Bapa Kami.
Dikarenakan imam sedang berdoa atas nama Gereja atau IN PERSONA ECCLESIA. Sikap yang benar adalah mengatupkan tangan, tanda berdoa. Hayatilah doa Bapa Kami. Sadarilah bahwa "rezeki" yang anda minta itu terutama adalah "Roti Hidup" dalam Ekaristi. (dalam bahasa aslinya (Aram), doa Bapa Kami menggunakan kata "roti" bukan rezeki. Pun, dalam bahasa latin digunakan kata "PANEM" yang berarti roti.)

12. Tidak mengucapkan doa  PRESIDENSIAL (yang boleh diucapkan oleh imam saja) doa: "..jangan perhitungkan dosa kami tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu" 
Jika Imam mengucapkan "marilah kita mohon damai Tuhan" dsb sebelum doa ini, bukan berarti kita harus ikut mengucapkan doa ini. Ucapkan dalam hati saja kemudian diaminkan dengan iman.

13. Ketika menerima komuni, TATAPLAH terlebih dahulu hosti yang diangkat sebelum ditaruh di tangan anda. Amin harus diucapkan dengan penuh iman.

14. Tidak perlu ikut menghormat ketika imam menghormati Tabernakel dan altar (juga pada waktu awal misa).
Tidak masalah jika anda tetap melakukannya karena merupakan kebiasaaan yang saleh. Namun kalau anda menghadiri misa di luar negeri, jangan kaget kalau di negara tertentu praktik ini tidak dilakukan.

15. Mengambil air suci pada saat keluar Gereja tidak perlu dilakukan.
Mengambil air suci sebelum anda masuk gereja sebenarnya kurang lebih berfungsi seperti wudhu, yaitu untuk menyucikan (dan mengingatkan akan Baptis). Ketika anda selesai misa, Kristus yang Maha Suci sudah masuk dalam tubuh anda, tidak diperlukan lagi sarana penyucian lain. Namun demikian, tidak ada salahnya kalau dilakukan, asal jangan karena latah, namun harus disertai kesadaran iman, bahwa anda kini diutus untuk mewartakan karya salib Kristus lewat perkataan dan perbuatan.

Anda harus menjadi contoh bagi orang lain. Jangan takut untuk mensosialisasikan hal-hal di atas pada siapa saja yang menghadiri misa bersama anda.

Tambahan :
Sampaikan dengan sopan pada saudara dari persekutuan gerejawi lain (Protestan) agar mereka tidak ikut mengambil komuni, namun boleh menerima berkat seperti katekumen yaitu dengan menyilangkan tangan di depan dada, sehingga yang memberikan komuni tahu bahwa dia bukanlah seorang katolik. Walaupun mereka tergabung dalam semacam persekutuan dengan Gereja Katolik berkat Sakramen Baptis, namun komuni hanya diperuntukkan bagi mereka yang berada dalam persekutuan penuh dengan Uskup Roma (Paus sebagai penerus Petrus), dengan kata lain komuni hanya eksklusif untuk umat Katolik.

Tambahan bagi perempuan katolik :
Jangan merasa terhalang menerima komuni jika anda sedang mengalami datang bulan. Tuhan Yesus tidak mempermasalahkan sesuatu yang manusiawi. Konsep terhalang karena datang bulan hanya ada di tetangga seberang. 

Wednesday, March 5, 2014

Muslim Prancis Dukung Pernikahan Sejenis, Gereja Katolik Tetap Menolak


PARIS - Ribuan warga Prancis akhir pekan lalu berunjuk rasa menunjukkan dukungan pernikahan sejenis. Mereka melakukan itu dengan menandatangani petisi dibuat oleh dua pegiat Arab. Menurut mereka setiap warga negara punya hak sama.

"Semua muslim Prancis menandatangani petisi ini menyetujui pernikahan sejenis," kata Taufik Allal, warga imigran sudah tinggal di Prancis sejak 1967 dan pegiat petisi itu, seperti dilansir stasiun televisi al Arabiya, Ahad (23/2).

"Semua penandatangan di petisi ini membela homoseksual seperti mereka mendukung persamaan hak antara perempuan dan laki-laki, kulit putih dan hitam, muslim dan Yahudi," ujar Allal.

Petisi dukungan pernikahan sejenis itu sejauh ini sudah ditandatangani oleh lebih dari tujuh ribu warga Prancis. Sebagian besar dari mereka adalah muslim atau keturunan Arab.

Inisiatif pembuatan petisi itu dimulai oleh muslim keturunan Aljazair bernama Allal dan pegiat hak asasi Prancis berdarah Tunisia, Muhiddin Kharbib.

Sumber : http://www.merdeka.com/dunia/muslim-prancis-dukung-pernikahan-sejenis.html


Gereja Katolik Menolak Pernikahan Sejenis


Gereja Katolik Perancis kembali menolak rencana pemerintahan sosialis di bawah kepemimpinan Presiden Francois Hollande untuk memperbolehkan pernikahan gay dan mengizinkan pasangan gay mengadopsi anak.

Isu perkawinan sesama jenis memang sangat sensitif di Perancis. Kepala Dewan Uskup Katolik Perancis Kardinal Andre Vingt-Trois menggambarkan pernikahan gay sebagai kebohongan. Saat ini hanya pasangan menikah yang diperbolehkan mengadopsi anak di Perancis, sementara sejumlah negara termasuk Jerman, Swedia dan Inggris telah membolehkan perkawinan sesama jenis dan adopsi anak oleh pasangan gay.

Kardinal Paris, Andre Vingt-Trois juga menyerukan kepada para peziarah di Kota Lourdes bahwa anak-anak membutuhkan ayah dan ibu untuk membangun identitas mereka. "Saat kita membela hak anak-anak untuk membangun identitas mereka, itu mengacu pada laki-laki dan perempuan yang melahirkan dan membesarkan mereka," kata Kardinal Vingt-Trois.

Pemimpin gereja Katolik Perancis, Kardinal Philippe Barbarin, mengingatkan umatnya jika pernikahan sesama jenis dapat melegalkan inses (hubungan seks sedarah) dan poligami di dalam masyarakat. "Pernikahan gay akan meruntuhkan tatanan hidup masyarakat," ujarnya. Kardinal Barbarin menegaskan, "Ini akan membawa konsekuensi tak terhingga. Setelah itu mereka akan menikahi tiga atau empat orang sekaligus. Dan setelah itu, mungkin, suatu hari nanti tabu inses akan lenyap." Sementara Uskup Perancis, Dominique Rey mendesak pemerintah menggelar referendum soal pernikahan gay. Dia menegaskan, referendum harus dilakukan supaya mengundang debat untuk memastikan pemerintah tidak dipengaruhi.

Sejumlah negara Eropa seperti Belgia, Denmark, Finlandia, Jerman, Islandia, Belanda, Spanyol, dan Inggris sudah memperbolehkan pernikahan kaum gay, kecuali Perancis. Perancis juga tidak mengizinkan pasangan gay mengadopsi anak.

Atas nama hak asasi manusia, Inggris telah lebih dulu melegalkan pernikahan sejenis. Pemerintah Inggris bahkan mengganti beberapa kata dalam janji pernikahan agar bersifat netral. Salah satunya, mengganti kata "suami" dan "istri" menjadi "pasangan" dan "partner". Pasangan sesama jenis di Inggris  berhak menikah di kantor catatan sipil atau mengkonversi kemitraan di kantor sipil yang ada. Beberapa departemen pemerintah dan perusahaan harus mengubah bentuk resmi mereka untuk istilah yang lebih netral. Isu pernikahan gay juga sudah dipertimbangkan oleh Perdana Menteri David Cameron sejak dulu. Selama ini banyak pula fraksi politik di Inggris yang menentang hal itu. Gereja Katolik pun sangat mengecam pernikahan sejenis.

Sumber :


Gereja Katolik Menentang Keras Pernikahan Sejenis


Juru Bicara Vatikan Federico Lombardi menegaskan, Paus tidak akan mengubah ajaran gereja mengenai kaum penyuka sesama jenis. Gereja Katolik, menurut Lombardi, gejala homoseksual tidak berdosa tetapi tindakan homoseksual tidak bisa diterima Gereja Katolik.

Gereja Katolik mengajarkan bahwa perkawinan bukan merupakan hubungan �apa saja� antara manusia. Perkawinan ditentukan oleh Allah Sang Pencipta dengan kodratnya tersendiri, dengan sifat-sifat dan maksudnya yang hakiki (lih. Gaudium et Spes 48). Maka perkawinan hanya dapat diadakan antara seorang pria dan seorang wanita, yang dengan saling memberikan diri yang sepantasnya dan eksklusif hanya antara mereka berdua, mengarah kepada persekutuan pribadi mereka. Dengan cara ini, mereka saling menyempurnakan dalam rangka bekerjasama dengan Tuhan di dalam penciptaan dan pengasuhan (upbringing) kehidupan-kehidupan manusia yang baru.

Dalam Gereja Katolik, aktivitas homoseksual adalah sesuatu yang bertentangan dengan hukum alam dan penuh dosa, sementara keinginan dan nafsu homoseksual adalah suatu kelainan (namun hal ini sendiri belum sepenuhnya dosa). Gereja Katolik menganggap perilaku seksual manusia sebagai sesuatu yang suci, hampir penuh keilahian di dalam intisarinya, ketika dilakukan secara benar. Kegiatan-kegiatan hubungan seksual anal dan homogenital dianggap penuh dosa karena perilaku seksual pada dasarnya ditujukan untuk suatu kesatuan dan penerusan keturunan (meniru kehidupan Trinitas pribadi Tuhan). Gereja juga memahami kebutuhan saling melengkapi antara jenis kelamin yang berbeda untuk menjadi bagian dalam rencana Allah. Tindakan-tindakan seksual sama-jenis tidak sejalan dengan pola rancangan ini:
"Tindak-tanduk homoseksual bertentangan dengan hukum alam. Tindakan-tindakan ini menutup unsur pemberian kehidupan dalam perilaku seksual. Mereka tidak berasal dari sebuah tindakan saling mengisi secara seksual dan secara penuh kesih sayang yang tulus. Di dalam situasi apapun tindakan-tindakan ini tidak bisa disahkan."

Pihak Gereja telah menyatakan bahwa keinginan ataupun ketertarikan homoseksual itu sendiri belum tentu membentuk sebuah dosa. Mereka dikategorikan sebagai sesuatu yang "menyimpang" dalam artian bahwa mereka memengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu yang berdosa (yakni tindakan homoseksual). Namun, pengaruh-pengaruh yang di luar kendali seseorang tidak dianggap sebagai sesuatu yang berdosa baik dalam pengaruh itu sendiri maupun akibat dari pengaruh tersebut. Atas dasar alasan ini, walaupun Gereja menentang secara tegas usaha-usaha untuk mensahkan perilaku seksual sesama jenis kelamin, pihak Gereja juga secara resmi menekankan sikap hormat dan cinta kasih kepada mereka yang memiliki ketertarikan kepada sesama jenis. Oleh karena itu, Gereja Katolik juga menentang penganiayaan dan kekerasan terhadap kaum lesbian, gay, biseksual dan transeksual:
"Jumlah pria dan wanita yang memiliki kecenderungan homoseksual yang tersimpan di bagian dirinya yang terdalam bukanlah sesuatu yang sepele. Kecenderungan ini, yang secara jujur merupakan suatu penyimpangan, merupakan suatu cobaan berat bagi kebanyakan dari mereka. Mereka harus diterima dengan rasa hormat, kasih, dan dengan kepekaan perasaan. Setiap tanda diskriminasi yang tidak adil dalam hubungannya dengan mereka harus dihindari. Mereka dipanggil untuk memenuhi keinginan Tuhan dalam hidup mereka dan, apabila mereka adalah umat Kristiani, untuk bersatu di dalam pengorbanan Salib Kristus dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang mereka mungkin hadapi karena kondisi mereka ini".

Bagi mereka yang mengalami ketertarikan kepada sesama jenis, Gereja Katolik menawarkan anjuran berikut:
"Kaum homoseksual dipanggil untuk hidup murni menahan nafsu. Dengan kemampuan untuk mampu mengendalikan diri sendiri yang mengajarkan mereka kebebasan dalam diri mereka sendiri, dengan kadang-kadang didukung oleh persahabatan yang tanpa pamrih, oleh doa dan karunia ilahi, mereka bisa dan seharusnya secara bertahap dan pasti mendekati menjadi sebagai seorang Kristiani yang sempurna"

Katekismus Gereja Katolik mendefinisikan homoseksualitas sebagai berikut:
  • KGK 2357    Homoseksualitas adalah hubungan antara para pria atau wanita, yang merasa diri tertarik dalam hubungan seksual, semata-mata atau terutama, kepada orang sejenis kelamin. Homoseksualitas muncul dalam berbagai waktu dan kebudayaan dalam bentuk yang sangat bervariasi. Asal-usul psikisnya masih belum jelas sama sekali. Berdasarkan Kitab Suci yang melukiskannya sebagai penyelewengan besarBdk.Kej 19:1-29; Rm 1:24-27; 1 Kor 6:10; 1 Tim 1:10., tradisi Gereja selalu menjelaskan, bahwa �perbuatan homoseksual itu tidak baik� (CDF, Perny. �Persona humana� 8). Perbuatan itu melawan hukum kodrat, karena kelanjutan kehidupan tidak mungkin terjadi waktu persetubuhan. Perbuatan itu tidak berasal dari satu kebutuhan benar untuk saling melengkapi secara afektif dan seksual. Bagaimanapun perbuatan itu tidak dapat dibenarkan.

Gereja Katolik tidak menolak para gay dan lesbian, namun tidak membenarkan perbuatan mereka; melainkan mengarahkan mereka untuk hidup sesuai dengan perintah Tuhan untuk menerapkan kemurnian/ chastity. Maka di sini perlu dibedakan akan perbuatan/ dosa homoseksual dan orangnya. Dosa/ praktek homoseksual perlu kita tolak karena merupakan dosa berat yang melanggar kemurnian, namun manusianya tetap harus dihormati dan dikasihi. Walaupun demikian, Gereja tetap memegang bahwa kecenderungan homoseksual adalah menyimpang.(berdasarkan Congregation for the Doctrine of Faith yang dikeluarkan tgl 3 Juni 2003 mengenai, Considerations regarding Proposals to give legal recognition to unions between Homosexual Persons, 4).

Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Katolik_Roma_dan_homoseksualitas
http://katolisitas.org/8024/mengapa-gereja-katolik-menentang-perkawinan-homoseksual

Artikel terkait : Apakah Paus adalah Antikris? Paus Melegalkan Homoseksual?

Recent Post