Karena Maria adalah ‘Bunda Allah’ dan ‘Hawa yang baru’, ia tidak pernah terpisah dari Kristus dan Gereja ( Bgn 2 )
Saat kejatuhan Adam dan Hawa, Allah telah merencanakan akan mengutus Sang Penyelamat yang akan lahir dari keturunan “sang perempuan”/ “the woman” (Kej 3:15). Menurut para Bapa Gereja, kata “perempuan” yang dimaksud di sini bukanlah Hawa, tetapi Hawa yang baru (’the New Eve’). Hal ini sudah menjadi pengajaran Gereja sejak abad ke-2 oleh Santo Yustinus Martir, Santo Irenaeus dan Tertullian, yang lalu dilanjutkan oleh Santo Agustinus.[4]
Sayangnya, memang dalam terjemahan bahasa Indonesia, pada ayat ini dikatakan ‘perempuan ini’, seolah-olah menunjuk kepada Hawa, namun sebenarnya adalah ‘the woman’ (bukan this woman) sehingga artinya adalah sang perempuan, yang tidak merujuk kembali ke lakon yang baru saja dibicarakan. “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.” (Kej 3:15)
Ungkapan‘woman’ ini yang kemudian kerap diulangi pada ayat Perjanjian Baru, misalnya pada mukjizat di Kana (lih. Yoh 2:4),[5] dan di kaki salib Yesus, saat Ia menyerahkan Bunda Maria kepada Yohanes murid kesayanganNya (Yoh 19:26).[6] dan di wahyu kepada Rasul Yohanes (Why 11:19-12:1-).[7] Pada tiga kesempatan tersebut, Sabda Tuhan mau menunjukkan bahwa Maria adalah ‘sang perempuan’ yang telah dinubuatkan Allah pada awal mula dunia, yang akan berada dalam permusuhan dengan setan dan bahwa keturunannya akan mengalahkan setan (lih. Kej 3:15). Perempuan yang dimaksud di sini adalah Maria, berdasarkan kata “permusuhan” itu.
Kata tersebut mempunyai pengertian “sesuatu yang berlawanan total“. Ini berarti, tidak tepat jika kita mengartikan bahwa perempuan itu adalah Hawa. Kita tahu bahwa Hawa dan ular (setan) tidaklah berlawanan total, karena Hawa telah berbuat dosa. Maka perlawanan total hanya mungkin terjadi jika perempuan yang dimaksud tidak berdosa. Kalau kita mengatakan bahwa perempuan itu adalah Hawa dan dia harus melawan ular (setan), maka tentu Hawa bukanlah lawan yang seimbang bagi setan, karena setelah berdosa, justru Hawa semakin tidak mempunyai kekuatan untuk melawan setan. “Perempuan itu” hanya menjadi lawan seimbang bagi setan dan berlawanan secara total dengan setan, kalau perempuan itu telah dipersiapkan oleh Allah sedemikian sehingga ia tidak berdosa. Ini sejalan dengan nubuat Kitab Yesaya,“Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda (‘virgin‘= perawan) mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.” (Yes 7:14)
Maka menjadi masuk akal dan benar, bahwa anak laki- laki itu adalah Kristus yang disebut Imanuel (lih. Mt 1:23). Dengan demikian, perempuan itu adalah Bunda Maria. Pemahaman di atas dan banyak tulisan Bapa Gereja mengajarkan bahwa “perempuan itu” yang disebut dalam Kej 3:15, memang sesungguhnya mengacu kepada Bunda Maria.
Ungkapan‘woman’ ini yang kemudian kerap diulangi pada ayat Perjanjian Baru, misalnya pada mukjizat di Kana (lih. Yoh 2:4),[5] dan di kaki salib Yesus, saat Ia menyerahkan Bunda Maria kepada Yohanes murid kesayanganNya (Yoh 19:26).[6] dan di wahyu kepada Rasul Yohanes (Why 11:19-12:1-).[7] Pada tiga kesempatan tersebut, Sabda Tuhan mau menunjukkan bahwa Maria adalah ‘sang perempuan’ yang telah dinubuatkan Allah pada awal mula dunia, yang akan berada dalam permusuhan dengan setan dan bahwa keturunannya akan mengalahkan setan (lih. Kej 3:15). Perempuan yang dimaksud di sini adalah Maria, berdasarkan kata “permusuhan” itu.
Kata tersebut mempunyai pengertian “sesuatu yang berlawanan total“. Ini berarti, tidak tepat jika kita mengartikan bahwa perempuan itu adalah Hawa. Kita tahu bahwa Hawa dan ular (setan) tidaklah berlawanan total, karena Hawa telah berbuat dosa. Maka perlawanan total hanya mungkin terjadi jika perempuan yang dimaksud tidak berdosa. Kalau kita mengatakan bahwa perempuan itu adalah Hawa dan dia harus melawan ular (setan), maka tentu Hawa bukanlah lawan yang seimbang bagi setan, karena setelah berdosa, justru Hawa semakin tidak mempunyai kekuatan untuk melawan setan. “Perempuan itu” hanya menjadi lawan seimbang bagi setan dan berlawanan secara total dengan setan, kalau perempuan itu telah dipersiapkan oleh Allah sedemikian sehingga ia tidak berdosa. Ini sejalan dengan nubuat Kitab Yesaya,“Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda (‘virgin‘= perawan) mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.” (Yes 7:14)
Maka menjadi masuk akal dan benar, bahwa anak laki- laki itu adalah Kristus yang disebut Imanuel (lih. Mt 1:23). Dengan demikian, perempuan itu adalah Bunda Maria. Pemahaman di atas dan banyak tulisan Bapa Gereja mengajarkan bahwa “perempuan itu” yang disebut dalam Kej 3:15, memang sesungguhnya mengacu kepada Bunda Maria.
Di sinilah terlihat betapa gambaran yang dinyatakan samar- samar dalam Kitab Perjanjian Lama, kemudian digenapi di dalam Perjanjian Baru. Seperti halnya Kristus dengan ketaatannya sebagai Adam yang baru mematahkan ikatan dosa Adam, Maria dengan ketaatannya mematahkan ikatan dosa Hawa. Oleh ketaatan Maria, Kristus menjelma menjadi manusia di dalam tubuhnya. “Fiat” dari Maria, menjadi awal terbentuknya Tubuh Yesus atas kuasa Roh Kudus di dalam rahimnya; dan Ia mengambil apapun untuk pertumbuhan tubuh jasmaniNya dari tubuh Maria. Selanjutnya, Gereja yang adalah Tubuh Kristus, dibentuk oleh Yesus dari darah dan air yang keluar dari sisi/ lambung-Nya, serupa dengan dibentuknya Hawa dari sisi/ tulang rusuk Adam. Dengan demikian, terlihatlah betapa tak terpisahkannya hubungan antara Yesus, Maria dan Gereja. Walaupun Kristus dilahirkan oleh Maria, namun tidak menjadikan Maria lebih utama dari Kristus; sebab yang menjadi Kepala Tubuh (Kepala jemaat) adalah Kristus (Kol 1:18; Ef 5:23). Dengan demikian, Maria adalah anggota Tubuh-Nya yaitu Gereja-Nya. Namun demikian, Maria adalah anggota yang istimewa, justru karena ketaatannya yang ‘mendahului’ anggota Tubuh-Nya yang lain; dan karena dengan ketaatannya ini rencana Allah tergenapi.
Kesatuan antara Kristus, Bunda Maria dan Gereja, menjadikan Bunda Maria tidak terpisahkan dari Kristus dan dari Gereja; sehingga ia bukan saja menjadi Bunda Allah, namun juga adalah Bunda Gereja, yaitu Bunda umat beriman. Setidaknya ada dua alasan mengapa demikian. Yang pertama adalah karena Bunda Maria menempati tempat terdepan dalam perjalanan iman; dan yang kedua adalah karena sebelum wafat-Nya, Tuhan Yesus sendiri memberikan Bunda Maria kepada kita, murid- murid yang dikasihi-Nya.
CATATAN KAKI:
- lih.Konsili Vatikan II tentang Gereja, Lumen Gentium 53 [↩]
- St. Irenaeus, Against Heresies, 189 AD, 3:22:24 [↩]
- Lihat Lumen Gentium 56, S. Ireneus, “dengan taat Maria menyebabkan keselamatan bagi dirinya maupun bagi segenap umat manusia” Maka … para Bapa zaman kuno, … menyatakan bersama Ireneus: “Ikatan yang disebabkan oleh ketidak-taatan Hawa telah diuraikan karena ketaatan Maria; apa yang diikat oleh perawan Hawa karena ia tidak percaya, telah dilepaskan oleh perawan Maria karena imannya” Sambil membandingkannya dengan Hawa, mereka menyebut Maria “bunda mereka yang hidup”. Sering pula mereka (St. Jerome, St. Agustinus, St. Cyril, St. Yohanes Krisostomus, St. Yohanes Damaskinus) menyatakan: “maut melalui Hawa, hidup melalui Maria.” [↩]
- John R Willis, S.J. ed., The Teachings of the Church Fathers, Ignatius Press, San Francisco, 2002 reprint, edisi asli Herder and Herder, New York, 1966 h. 356 [↩]
- John 2:4, RSV Bible, “O Woman, what have you to do with me? My hour has not yet come.” Diterjemahkan di dalam bahasa Indonesia, “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saatku belum tiba.” [↩]
- John 19:26-27, RSV Bible, “When Jesus saw his mother, and the disciple whom he loved standing near, he said to his mother,”Woman, behold, your son!” Then he said to the disciple, “Behold, your mother!” diterjemahkan di dalam bahasa Indonesia: Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-muridNya: “Inilah ibumu!” [↩]
- Rev 12:1-2 RSV Bible, “Then God’s temple in heaven was opened, and the ark of his covenant was seen within his temple…. And a great portent appeared in heaven, a woman clothed with the sun, with the moon under her feet, and on her head a crown of twelve stars…. Terjemahannya: Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu …. Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuanberselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya. [↩]
- Paus Yohanes Paulus II, Redemptoris Mater 18 [↩]
- lih. Paus Pius XII, Konstitusi Apostolik, Munificentissimus Deus, 39 [↩]
- Paus Pius XII, Munificentissimus Deus, 40, lihat juga definisi dari dogma Maria diangkat ke surga yang disebutkan oleh dokumen yang sama, alinea 44: “…. dengan kuasa dari Tuhan kita Yesus Kristus, dan dari Rasul Petrus dan Paulus yang terberkati, dan oleh kuasa kami sendiri, kami mengumumkan, menyatakan dan menentukan hal ini sebagai dogma yang diwahyukan Tuhan: bahwa Bunda Tuhan yang tidak bernoda, Maria yang tetap Perawan, setelah menyelesaikan tugas nya di dunia, diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surgawi.” [↩]
- lih. Lumen Gentium 62 [↩]
- lih. Lumen Gentium, 63 [↩]
- Origen, Commentary on John I,4, 23, PG 14, 32 [↩]
- St. Ephrem, Hymn 3 on the Birth of the Lord, v.5., ed. Lamy, II, pp 464 f [↩]
- St. Augustine, De sancta virginitate, 6 (PL 40, 399) [↩]
- Paus Pius X, Ad diem illum Laetissimum [↩]
- Luther Works, (Weimar edition), 29:655:26-656:7 [↩]
- Luther Works, (Weimar edition), 11:224:8 [↩]
Source : katolisistas.org Renungan Iman
إرسال تعليق