Kehadiran Tuhan dalam mahluk ciptaan-Nya
St. Thomas menjelaskan tentang kehadiran Tuhan di mana-mana (the omnipresence of God), yaitu bahwa Tuhan ada di dalam semua ciptaan-Nya sebagai Penyebab dari keberadaan mereka (lih. Summa Theology, I, q.8, a.1). Jika Tuhan tidak hadir di dalamku sebagai Penyebab keberadaanku yang Dia pertahankan dan pelihara setiap waktu, maka aku akan tenggelam dalam ketiadaan, sebab keberadaanku bukan milik hakekatku, tetapi sebagai sesuatu yang diterima [dari Sang Pencipta].
Demikianlah yang ditulis oleh St. Thomas Aquinas:
… Sesuatu ada di mana ia bekerja. Sedangkan Tuhan bekerja di dalam segala sesuatu, menurut Yes 26:12, “Ya Tuhan, … sebab segala sesuatu yang kami kerjakan, Engkaulah yang melakukannya bagi kami.” Oleh karena itu Tuhan ada di dalam segala sesuatu.
Aku menjawab bahwa, Tuhan ada di dalam segala sesuatu; memang tidak sebagai bagian dari hakekat segala sesuatu itu, tidak juga sebagai bagian dari ciri-ciri mereka, tetapi sebagai Penyebab yang hadir pada tempat di mana Ia bekerja…
Nah karena Tuhan adalah Diri-Nya sendiri dalam hakekat-Nya, maka mahluk ciptaan adalah akibat langsung dari-Nya, sebagaimana bernyala adalah akibat langsung dari api. Tuhan menyebabkan akibat ini, sebagaimana terang disebabkan di dalam udara oleh matahari, sepanjang udara tetap diterangi. Maka, sepanjang sesuatu itu ada, Tuhan harus ada di dalamnya, menurut cara ketentuan keberadaan. Keberadaan (being) adalah sesuatu yang ada di tempat yang paling dalam di dalam segala sesuatu, dan secara paling mendasar tak terpisahkan dari segala sesuatu itu….
Oleh karena itu, Tuhan ada di dalam segala sesuatu, dan di tempat yang paling dalam.
… Tuhan ada di atas segala sesuatu oleh keistimewaan kodrat-Nya; namun demikian, Ia berada di dalam segala sesuatu sebagai penyebab keberadaan segala sesuatu; seperti telah disebutkan di atas. (Summa Theology, I, q.8, a.1)
Dan seperti Tuhan hadir di dalam segala sesuatu dan memberikan keberadaan mereka, Ia hadir di semua tempat, memberikan keberadaan kepada segala sesuatu yang mengisi tempat itu.
St. Thomas Aquinas juga mengajarkan bahwa kehadiran Tuhan di mana-mana (omnipresent) dengan hakekatnya, kehadiran dan kuasanya (lih. Summa Theology I, q.8, a.3):
1) Tuhan ada dengan hakekat-Nya di dalam segala sesuatu, dalam artian bahwa Ia memberikan keberadaan kepada segala sesuatu;
2) Tuhan ada di dalam segala sesuatu dengan kehadiran-Nya, dalam artian bahwa segala sesuatu diketahui/ dikenal secara sempurna oleh-Nya. Setiap tindakan dan gerakan hati kita diketahui/ dikenal oleh Tuhan lebih sempurna daripada kita mengenalinya sendiri. Maka kita selalu ada di dalam kehadiran Tuhan. Ini penting disadari dalam kehidupan rohani, yaitu bahwa kita selalu mengingat bahwa kita selalu berjalan di dalam kehadiran Allah.
3) Allah hadir di dalam segala sesuatu dengan kuasa-Nya, dalam artian bahwa segala sesuatu tunduk pada pengaturan dan kuasa-Nya. Keberadaanku terpampang di hadapan Tuhan dan Ia dapat melakukan apa saja seturut kehendak-Nya. Kuasa ini nyata secara khusus di dalam mukjizat Tuhan dan intervensi-intervensi adikodrati. Sebab dikatakan, “tiada yang mustahil bagi Tuhan” (lih. Luk 1:37).
Namun demikian, walaupun Tuhan hadir di mana-mana (omnipresent), Tuhan hadir di dalam mahluk rohani yang dalam keadaan rahmat, dengan cara yang istimewa, yang lain dengan kehadiran-Nya pada segala sesuatu dengan ketiga macam kehadiran itu. Tuhan hadir dalam jiwa orang benar melalui kebijakan ilahi sebagai tujuan/ sasaran dari iman, pengharapan dan kasih orang tersebut.
Jadi dengan cara ini, Tuhan hadir dalam jiwa kita, sebagai Kekasih jiwa kita. Inilah maksud dari pernyataan bahwa Allah Trinitas tinggal di dalam kita seperti tinggal di dalam bait-Nya.
St. Thomas Aquinas menjelaskan tentang perbedaan antara kehadiran Tuhan dalam segala sesuatu dan kehadiran dalam orang-orang yang mengimani-Nya, hal ini demikian:
“Dikatakan Tuhan ada di dalam sesuatu dengan dua cara:
1) cara yang pertama, menurut ketentuan Penyebab yang mengakibatkan terjadinya sesuatu; dan karena itu Tuhan ada di dalam segala sesuatu yang diciptakan oleh-Nya.
2) cara lainnya adalah, Ia ada di dalam segala sesuatu seperti tujuan/ sasaran pekerjaan ada di dalam orang yang mengerjakannya; dan ini sesuai dengan cara kerja jiwa, [yaitu] seperti halnya apa yang dikenal berada di dalam diri orang yang mengenal; dan apa yang diinginkan ada di dalam diri orang yang menginginkannya.
Dengan cara yang kedua ini, Tuhan ada secara istimewa di dalam diri mahluk yang berakal budi yang mengenal dan mengasihi Dia, secara nyata dan secara tetap. Dan karena mahluk yang berakal budi memperoleh hak istimewa ini oleh karena rahmat Tuhan…. maka dikatakan bahwa Allah berada di dalam para kudus-Nya oleh karena rahmat.” ( Summa Theology, I, q.8, a.3)
Melalui Baptisan, kita memperoleh rahmat Tuhan yang membersihkan kita dari dosa, dan yang memberikan hidup ilahi kepada kita. Maka melalui Baptisan, derajat kita diangkat oleh Tuhan, dari keadaan kodrati sebagai manusia mahluk ciptaan-Nya, kepada keadaan adikodrati sehingga kita dapat menjadi anak-anak angkat-Nya, menerima hidup ilahi (digabungkan dalam kehidupan Allah sendiri) sehingga kelak berhak memperoleh warisan kehidupan kekal dalam Kerajaan Surga.
Dalam kehidupan kekal di Surga inilah kita mengalami kesempurnaan hidup di dalam Allah, dalam kehadiran-Nya yang melingkupi kita dan menjadikan kita serupa dengan Dia (lih. 1 Yoh 3:2).
Betapa kita perlu mensyukuri rahmat Allah ini, yang memang dicurahkan kepada kita yang percaya kepada-Nya.
Adalah menjadi tugas kita, untuk menjaga keadaan rahmat yang kita terima di saat Pembaptisan ini, agar kita sungguh didapati-Nya setia beriman sampai akhir, dengan selalu bekerja sama dengan rahmat Tuhan, yaitu dengan mewujudkan iman dalam perbuatan kasih, supaya kelak Tuhan berkenan menggenapi janji keselamatan kekal itu bagi kita.
Source : katolisistas.org
Renungan Iman
إرسال تعليق