“Ketika kita mendengar nama Petrus, … kita menggambarkan dalam pikiran kita sifat- sifat yang berhubungan dengannya… Sebab kita akan,… berpikir tentang… saudara Andreas, ia yang dipanggil dari antara para nelayan kepada pelayanan kerasulan, ia yang demi keutamaan imannya, menerima di atas dirinya sendiri, pembangunan Gereja (jemaat).”[53]
Selanjutnya, St. Basil mengatakan demikian, “… Salah satu dari bukit ini adalah Petrus, yang merupakan batu karang di mana Tuhan Yesus berjanji membangun Gereja-Nya.”[54]. Kutipan ini sering dipergunakan oleh para tokoh non Katolik yang mengatakan bahwa Petrus hanya salah satu dari pondasi. Ini memang bukan sesuatu yang baru, sebab dalam Ef 2:20 dikatakan bahwa Gereja dibangun di atas pondasi para rasul dan para nabi. Namun tulisan St. Basil tidak menyampaikan formula yang disampaikan oleh tokoh non Katolik, yaitu seolah mempertentangkan peran Petrus dengan Kristus. Dalam tulisan St Basil, digabungkan tiga metafor: 1) Kristus sendiri sebagai pondasi dengan Tuhan sendiri yang mendirikannya (1 Kor 3:11); 2) Petrus adalah pondasi dan Kristus adalah yang mendirikannya (Mat 16:18); 3) Para rasul dan para nabi adalah pondasinya (Ef 2:20, Why 21:14) dan Kristus sebagai batu penjuru; dan Roh Kudus yang mendirikannya.
Menarik memang jika kita menyimak bahwa mereka yang tidak mengakui keutamaan Petrus, luput/ tidak melihat ajaran St. Basil lainnya, yang jelas menunjukkan keutamaan Petrus dan para penerusnya. Berikut ini adalah surat St. Basil kepada St. Athanasius, di mana St. Basil mengusulkan untuk memohon kepada Uskup Roma untuk menyelesaikan kekacauan di Gereja Timur akibat ajaran sesat, secara khusus Arianism. St. Basil sepertinya telah memahami bahwa Gereja Roma mempunyai otoritas superior, sehingga berhak untuk mengatur Gereja Timur:
“Adalah baik menurutku untuk mengirimkan sebuah surat ke uskup Roma, memohon kepadanya untuk memeriksa keadaan kita, dan karena terdapat kesulitan- kesulitan di dalam hal pengiriman para wakil dari Gereja Barat oleh dekrit sinode, dan untuk memberi advis kepadanya [Uskup Roma]untuk melaksanakan otoritas pribadinya dalam hal ini dengan memilih orang- orang yang cocok…., sesuai juga dengan sifat kelemahlembutan dan keteguhan, untuk mengkoreksi mereka yang tidak teratur di antara kita di sini.”[55]
Maka di sini kita ketahui bahwa St. Basil mengatakan kepada St. Athanasius bahwa jalan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di Gereja Timur adalah dengan memohon campur tangan uskup Roma. Dengan ini St. Basil mengakui bahwa Gereja Roma memiliki kekuasaan superior terhadap Gereja- gereja Timur.
Lagi, dalam suratnya kepada pemimpin Gereja Barat, St. Basil menulis surat agar nama- nama para bidat diumumkan kepada semua Gereja Timur, agar dapat dapat diusahakan tindak lanjut demi keteraturan Gereja Timur:
“Dalam hal ini kami memohon kepadamu [Gereja Barat], untuk mengumumkan secara publik kepada semua Gereja Timur ….. Saya terpaksa menyebutkan nama- nama mereka, supaya engkau sendiri dapat mengenali siapa- siapa yang membuat kekacauan di sini, dan mengumumkannya kepada Gereja Timur agar diketahui …. Karena engkau mempunyai lebih banyak wibawa di hadapan orang- orang, sesuai dengan jarak yang memisahkan tempat kediamanmu dengan mereka, selain dari fakta bahwa engkau dikaruniai dengan rahmat Tuhan untuk menolong mereka yang sedang kesusahan.”[56]
Dari surat ini kita mengetahui lebih jelas lagi bahwa St. Basil mengakui otoritas Gereja Barat, dalam hal ini Roma. St. Basil meminta campur tangan Roma untuk menyelesaikan kekacauan akibat ajaran para bidat, yaitu Arius, Apollinarius, Paulinus dan lain- lain. Selanjutnya pada surat itu, St. Basil menyebutkan bagaimana seorang bidat (seorang uskup yang telah diasingkan) telah menipu Uskup Roma (Paus Liberius), sehingga akhirnya ia berhasil dikembalikan kepada jabatannya setelah menerima surat dari Paus Liberius. Ini menjadi indikasi bahwa baik uskup yang orthodox maupun uskup bidat sama- sama mengakui kepemimpinan Uskup Roma. Michael Miller menulis, “Pada akhir abad ke-4, banyak jemaat Byzantine menerima bahwa uskup Roma menerima dari Tuhan rahmat untuk mempertahankan dan meneruskan kebenaran Injil yang murni … Gereja Timur mengakui bahwa, dibandingkan dengan mereka sendiri, Gereja Roma telah dibebaskan dari (spared from) ajaran- ajaran sesat…. Hal ini memberikan alasan kepada Gereja Timur untuk menerima peran Gereja Roma dalam hal koinonia …. Karena pergolakan di Timur, pemimpin orthodoks maupun bidaah sama- sama mencari dukungan dan persetujuan keuskupan Roma. Munurut Shotwell dan Loomis, sepanjang krisis, Gereja Timur telah menerima bahwa Roma “telah menerima dari Tuhan melalui Petrus, karunia tak ternilai yang kelihatannya tidak dimiliki oleh Gereja Timur, yaitu kuasa untuk berpedang teguh kepada kebenaran dan meneruskannya dengan murni, tanpa cacat…”[57].
Dalam suratnya yang lain, yang walaupun tidak menyebutkan nama Paus secara langsung, St. Basil menulis kepada Paus Damasus yang disebutnya sebagai Bapa (Paus), karena ia menyebutkan secara langsung nama Paus pendahulunya yaitu Paus Dionysius. Demikian bunyi suratnya:
“Bapa yang terhormat [Paus Damasus], hampir semua Gereja Timur (… dari Illyricum ke Mesir) telah menjadi resah oleh badai yang parah dan dashyat. Bidaah yang lama yang diajarkan oleh Arius, sang musuh kebenaran, sekarang telah timbul kembali dengan berani dan tidak tahu malu. Seperti akar yang asam, ia menghasilkan buah yang mematikan, dan terus menang. Alasannya adalah, di setiap daerah, para pemenang doktrin yang benar malah diasingkan dari Gereja mereka dengan kemarahan, dan pengaturan urusan- urusan jemaat diberikan kepada mereka yang memimpin para jiwa orang sederhana kepada perangkap. Saya telah memandang penuh harap pada kunjungan belas kasihanmu sebagai satu-satunya solusi yang mungkin terhadap kesulitan- kesulitan ini…. Saya telah terpaksa untuk memohon kepadamu melalui surat agar engkau terdorong untuk membantu kami…. Dalam hal ini, saya tidak memohon hal yang baru, tetapi hanya memohon sesuatu yang telah biasa dilakukan dalam kasus orang- orang yang, sebelum jaman kita, terberkati dan dikasihi Tuhan, dan secara khusus di dalam kasus anda sendiri. Sebab saya sungguh teringat, belajar dari jawaban yang diberikan oleh para bapa kami ketika mereka ditanyai, dan dari dokumen- dokumen yang masih ada pada kami, bahwa Uskup [Paus] Dionysius yang saleh dan terberkati, yang terpandang di keuskupanmu karena imannya yang teguh dan semua kebajikan lainnya, telah mengunjungi Gerejaku di Kaisarea dengan suratnya, dan dengan surat mengajar para bapa kami, dan mengirimkan orang- orang untuk membebaskan saudara- saudara kami dari perangkap.”[58]
Dalam suratnya yang lain St. Basil menyebutkan bahwa orang- orang tertentu, “membawa surat- surat dari Gereja Barat, mengalihkan keuskupan Antiokhia kepada mereka”[59]. Sekarang, atas hak apa Gereja Roma menyerahkan keuskupan Gereja Timur (dalam hal ini Antiokhia) kepada orang- orang yang tertentu yang dipilihnya? Nampak di sini bahwa Gereja Roma memiliki otoritas mungatur hal- hal gerejawi, dan St. Basil mengakui hal ini. Maka tak berlebihan, jika Ray Ryland dalam majalah This Rock, mengatakan, “Semua ajaran heresi (bidaah) yang penting pada abad- abad awal Gereja terjadi di Gereja Timur. Seringkali bidaah ini didukung oleh para kaisar Timur. Di banyak kesempatan, tahta Patriarkh Timur diduduki oleh para bidat. Jemaat Timur menjadi rentan terhadap ajaran sesat, namun kurang otoritas dominan yang dapat menyelesaikannya. Di dalam setiap kejadian, kepausanlah yang harus menyelamatkannya.”[60].
CATATAN KAKI:
- lihat J. Michael Miller, The Shepherd and the Rock, (Huntington, Ind: Our Sunday Visitor, 1995), 88 [↩]
- disarikan dari Stephen Ray, Upon This Rock, (San Francisco: Ignatius Press, 1999), p. 145-242. Sebelum menjadi Katolik, Stephen Ray adalah seorang Evangelis non Katolik. Ia menyadari bahwa hal yang paling membedakan antara Katolik dan non- Katolik adalah hal otoritas. Maka ia mempelajari Kitab Suci dan tulisan jemaat di lima abad pertama, untuk membuktikan bahwa hal keutamaan Petrus sudah ada sejak Gereja awal. [↩]
- John Henry Cardinal Newman, An Essay on the Development of Christian Doctrine 4,3,2 and 4, in Consciense, Consensus, and the Development of Doctrine (New York: Double Day, 1992), 157-158. Cardinal Newman adalah seorang imam gereja Anglikan, sebelum bergabung dalam Gereja Katolik, dan menjadi Kardinal [↩]
- John Lowe, Saint Peter (New York: Oxford Univ. Press: 1956), p. 55-56 [↩]
- St. Yustinus Martir, Dialogue with Trypho 100, 4-5, ANF 1:249 [↩]
- St. Irenaeus, Letter to Victor of Rome, quoted in Eusebius 5, 24, 16-17, NPNF 2, 1:243-244 [↩]
- Eusebius, Church History 4, 23, NPNF 2, 1:201 [↩]
- Eusebius, Church History 5, 4, NPNF2, 1:219 [↩]
- lih. Eusebius, Church History 4, 22, 1, NPNF2, 1:198 [↩]
- Eusebius, Church History 4, 22, 2-3 NPNF2, 1:198-99 [↩]
- Eusebius, Church History 5, 23, 2-3 NPNF2, 1:241-42 [↩]
- Eusebius, Church History 5, 28, 2-3 NPNF2, 1:247 [↩]
- Gereja perdana mengartikan ‘pertemuan yang tidak sah ini sebagai perkumpulan di luar Gereja Katolik. St. Ignatius dari Antiokhia menyebutkan tentang hal ini demikian, “Siapapun yang mengikuti ia yang membentuk skisma dalam Gereja, ia tidak akan masuk dalam Kerajaan Allah.” (Epistle to the Philadelphians 3,2, ANF 1:80 [↩]
- St. Irenaeus, Against Heresies 3,3,4, ANF, 1:415-16 [↩]
- St. Irenaeus, Against Heresies, 3,3,3, in ANF 1;416 [↩]
- St. Clement of Alexandria, Who is the Rich Man that Shall be Saved? 21, ANF 2:597 [↩]
- Tertullian, On Prescription against Heretics 22, ANF 3:253 [↩]
- Tertullian, On Prescription against Heretics 23 ANF 3:254 [↩]
- Tertullian, On Prescription against Heretics 36, 1 in Jurgens, Faith of the Early Fathers 1:122. Ia juga mengajarkan demikian, “Siapakah yang menjaga iman yang benar? Siapa yang mempunyai Kitab Suci? Oleh siapa dan melalui siapa dan kapan dan kepada siapa ajaran diberikan yang membuat kita menjadi umat Kristen? Ia juga mengajarkan demikian, “Siapakah yang menjaga iman yang benar? Siapa yang mempunyai Kitab Suci? Oleh siapa dan melalui siapa dan kapan dan kepada siapa ajaran diberikan yang membuat kita menjadi umat Kristen? Sebab di manapun kebenaran ajaran Kristen dan iman berada, di sana juga berada Kitab Suci yang benar dan interpretasi yang benar dan semua tradisi Kristen yang benar.” ((James T. Shotwell and Louise Ropes Loomis, The See of Peter, (New York: Columbia, 1927 reprint, 1991) p. 289 [↩]
- Poems against the Marcionites, 3, 276-96, In William Jurgen, The Faith of the Early Fathers, (Collegeville, Minnesota: Liturgical Press, 1970), 1:390, written prior to 325, in Tertullian: Adversus Marcionem libri Quinque, in Jurgens [↩]
- Origen, Commentaries on John 5,3, in Jurgens, Faith of the Early Fathers, 1:202 [↩]
- Origen, Homilies on Exodus 5,4, in Jurgens, Faith of the Early Fathers, 1:205 [↩]
- Origen, The Fundamental Doctrines 1, preface 2, (220-230) in Jurgens, Faith of the Early Fathers, 1:190 [↩]
- Origen’s Commentary on Mat 12:10-11, ANF 9: 455-456 [↩]
- St. Cyprian, The Unity of the Church, 4, (251-256)in Jurgens, Faith of the Early Fathers, 1:220. Menurut Cyprian, The See of Rome is ecclesia principalis unde unitas sacerdotalis exorta est, “The Church which persides in Love” (Gereja yang memimpin di dalam kasih), seperti dikutip dalam John Meyendorff,The Primacy of Peter, (Crestwood: New York: St. Vladimir’s Seminary Press, 1992) p. 98-99 [↩]
- St. Cyprian, Letter of Cyprian to All His People [43 (40),5] in Jurgens, Faith of the Early Fathers, 1:229 [↩]
- Letter of Cyprian to Cornelius of Rome 59, 14, in Jurgen, Faith of the Early Fathers, 1: 232 [↩]
- Letter of Cyprian to Antonianus, a Bishop in Numidia 55(52), 1, (251-252), in Jurgens, Faith of the Early Fathers, 1:230 [↩]
- Letter of Cyprian to Antonianus, a Bishop in Numidia 51, 6, (251-252), ANF, 5:328 [↩]
- Letter of Cyprian to Cornelius of Rome 55 (52), 8, in Jurgen, Faith of the Early Fathers, 1: 230 [↩]
- St. Cyprian, To Father [Pope] Stephen, concerning Maricianus of Arles, who had joined himself to Novatian; Epistle LXVI, ANF 5:367-369. [↩]
- Cyprian berbeda pandangan dengan Paus Stephen dalam hal menerima baptisan yang dilakukan oleh para heretik. Cyprian berkeras untuk membaptis kembali, sedang Paus Stephen, memegang makna satu baptisan (Ef 4:5) menerima para heretik yang bertobat, tanpa perlu membaptis kembali; sepanjang baptisan diadakan dalam intensi, forma dan materia yang sama seperti yang dilakukan oleh Gereja Katolik [↩]
- Letter of Cyprian to All His People [43 (40),5] in Jurgens, Faith of the Early Fathers, 1: 229 [↩]
- Cornelius [Pope] to Cyprian, on Return of the Confessors to Unity [Epistle 49,2 (45 in Coxe), ANF 5:323 [↩]
- Firmilian, Letter to Cyprian 75, 16, (255/256), in Jurgens, Faith of the Early Fathers, 1:245 [↩]
- Konsili Ariminum dan Seleucia 3,43, NPNF 2, 4:473 [↩]
- Select Demonstration of Aphrahat 21, 13, NPNF, 13:398, written in 336-345. Di sini Aphrahat mengajarkan bahwa Simon mengambil kedudukan sebagai kepala rumah tangga (steward) yang memerintah dengan kuasa raja, pada saat raja tidak ada di tempat. [↩]
- Jacob of Nisibis, Oratio 7, De Poenit. 6, 57 in Joseph Berington and John Kirk, comps., The Faith of Catholics, ed. T.J. Capel, (New York: Pustet& Co., 1885) 2:13-14 [↩]
- Holimies (Ephraim’s Memre) 4,1, written in 338-373, in Jurgens, Faith of the Early Fathers, 1:311 [↩]
- Council of Sardica, canon 3, in Jurgens, Faith of the Early Fathers, 1:311. Hal ini terjadi atas kasus St. Athanasius yang hampir dapat dikatakan melawan doktrin Arianism seorang diri, tanpa mendapat dukungan dari para Uskup dari Gereja Timur. [↩]
- Council of Sardica, canon 5, in Jurgens, Faith of the Early Fathers, 1:308 [↩]
- St. Athanasius, Defence against the Arians 2, 35, NPNF 2: 4:118-19 [↩]
- St. Athanasius, Defence against the Arians 1, 4, 48, NPNF 2: 4:130 [↩]
- St. Athanasius, Ibid., 130-131 [↩]
- St. Hilary of Potiers, Commentary in Matthew, 7,6, NPNF 2, 9: 105 [↩]
- St. Hilary, On the Trinity, 6, 20, NPNF 2,9, 105 [↩]
- On the Trinity, 6, 37, NPNF 2,9, 121 [↩]
- St. Hilary, Tract. in Ps 131, 8, in Joseph Berington and John Kirk, comps, The Faith of Catholics, ed. T.J. Capel 3 vols,( New York: F. Pustet& Co., 1885), 2:14-15. [↩]
- St. Hilary, Commentary on Matthew 7,6, ibid., 2:15 [↩]
- St. Hilary, Fragment 2 ex opere Hostorico (ex Epistle Sardic. Council ad Julium) n.9, p. 629, in ibid., 2:68-69 [↩]
- St. Macarius, Homily 26, in Joseph Berington and John Kirk, comps, The Faith of Catholics, ed. T.J. Capel 3 vols, (New York: F. Pustet& Co., 1885), 2:22. [↩]
- Optatus of Milevis, The Schism of the Donatists, 2,2 in Jurgens, Faith of the Early Fathers, 2:140 [↩]
- St. Basil the Great, Adv. Eunom, 4, in Joseph Berington and John Kirk, comps,The Faith of Catholics, 2:22. [↩]
- St. Basil, Commentary on Esai 2, 66, in ibid., 2:22 [↩]
- St. Basil, Letter 69, to Athanasius, NPNF 2, 8: 165 [↩]
- St. Basil, Letter 263, To the Westerns, NPNF2, 8:32, 377AD [↩]
- Michael J. Miller, The Shepherd and the Rock, (Huntington, Ind: Our Sunday Visitor, 1995), p.124-125 [↩]
- St. Basil, Letter 70, NPNF2, 8:166, 366-384 AD [↩]
- NPNF2, 8: 253 [↩]
- Ray Ryland, “Papal Primacy and the Council of Nicaea”, This Rock, June 1997, 26-27 [↩]
- St. Gregory of Nissa, Homily 15, in Joseph Berington and John Kirk, The Faith of Catholics, (New York: F. Pustet & Co, 1885), 2:20-21 [↩]
- St. Gregory, Oration 26, in Berington dan Kirk, Ibid., 2:21 [↩]
- St. Gregory, Carm 2., in Berington dan Kirk, Ibid., 2:21 [↩]
- St. Damasus, The Decree of Damasus 3, 382AD, in William Jurgen, The Faith of the Early Fathers, (Collegeville, Minnesota: Liturgical Press, 1970), 1: 406-407 [↩]
- Letter of Jerome to Pope Damasus 15,2 374-379AD, NPNF2, 6:18 [↩]
- Letter of Jerome to Pope Damasus 16,2 374-379AD, in Jurgens, The Faith of the Church Fathers 2:184 [↩]
- St. Jerome, Against Jovianus 1, 26, NPNF2, 6:366 [↩]
- St. Alphonsus Liguori, Venita della Fede, 3,7, as quoted by Livius, T, St. Peter,Bishop of Rome, (London: Burns & Oats, 1888), p. 258 [↩]
- St. Jerome, Letter 130 to Demetrias, NPNF2, 6:269 [↩]
- St. Jerome, Against the Pelagians, 1, 14a, 26, NPNF2, 6:455 [↩]
- Synodal Letter of Ambrose, Sabinus, Bassian, and Others to Pope Siricius, 42, 1, in Jurgen, Faith of the Early Fathers, 2:148 [↩]
- St. Ambrose, Commentaries on Twelve of David’s Pslams 40, 30 [↩]
- St. Ambrose, in Ps 43, n.40, in Joseph Berrington and John Kirk, Faith of Catholics, (New York: F. Pustet & Co, 1900), p. 26 [↩]
- St. Ambrose, Exposition in Luc, in Colin Lindsay, The Evidence for Papacy(London: Longman’s, 1890), p. 37. Di sini terlihat bahwa Yesus memberi nama Simon dengan sebutan Petrus, untuk membuatnya mengambil bagian secara unik di dalam pondasi Gereja [↩]
- St. John Chrysostom, Homilies on John 88, 1. NPNF I, 14:331. [↩]
- St. John Chrysostom, De Sacerdotio, 53 [↩]
- St. John Chrysostom, Homily 3 de Poenit, 4, in Berrington dan Kirk, Ibid ., 2:31 [↩]
- cf. Joseph Hergenrother, Anti Janus, (Dublin: W.B. Kelly, 1870), p. 130-131 [↩]
- St. John Chrysostom, Homily 88, 1, on St. John, NPNF 1, 14:332 [↩]
- St. John Chrysostom, Homily 3, in Acts, NPNF 1, 11:20 [↩]
- St. John Chrysostom, Commentary on Galatians 1, 18, NPNf 1, 13:12-13 [↩]
- Socrates Scholasticus, The Ecclesial History 2,8, NPNF 2, 2:38 [↩]
- Socrates Scholasticus, The Ecclesial History 2,15, NPNF 2, 2:42 [↩]
- The Ecclesial History of Sozomen, 3,8, NPNF 2, 2:287 [↩]
- The Ecclesial History of Sozomen, 3,10, NPNF 2, 2:288-89 [↩]
- St.Letters of St. Augustine 53, 3, NPNF 1, 1:298. Donatism adalah aliran sesat yang berkembang pada masa St. Agustinus hidup [↩]
- Ibid. [↩]
- St. Augustine, Epistle 43,7, in Joseph Berrington and John Kirk, Faith of Catholics, ed. T.J. Capel, vol 2 (New York: F. Pustet & Co, 1885) p. 81-82 [↩]
- St. Augustine, Sermon 186, n.2, in Luke Rivington, The Primitive Church and the See of Peter, (London: Longmans, Green and Co., 1894), p. 290 [↩]
- St. Augustine, Lib., i.c. Julian c.4, in Rivington, Ibid.,p. 290 [↩]
- Retractationes 1,20,1, in St. Augustine: The Retractations, trans, Sis. Mary Inez Bogan (Washington DC: Catholic University of America Press, 1968), 60:90-91 [↩]
- Contoh tulisan ini adalah: “Dengan memandang bahwa Kristus adalah batu karang (Petra), Petrus adalah umat Kristen. Sebab batu karang (Petra) adalah sebutan aslinya. Oleh karena itu Petrus disebut dari batu karang, bukan batu karang dari Petrus; sebagaimana Kristus tidak disebut dari Kristen, namun Kristen dari Kristus. Oleh karena itu, Dia berkata, “Engkau adalah Petrus; dan di atas Batu Karang ini” yang mana telah engkau akui, diatas Batu Karang ini yang mana telah engkau nyatakan, dengan berkata, “Engkau adalah Kristus, Putera Allah yang hidup’ akan Kubangun GerejaKu;” yaitu atas DiriKu Sendiri, Putera dari Allah yang hidup, “akan Kubangun GerejaKu.” Aku akan membangunmu diatas DiriKu Sendiri, bukan Diri-Ku Sendiri diatasmu.” (St. Augustine of Hippo, Sermon XXVI. 1:2)Memang sepertinya dari kutipan ini St. Agustinus mengartikan ‘Batu karang’ sebagai Kristus yang kepada-Nya Petrus menyatakan imannya. Namun kemudian St. Agustinus mempertimbangkan kembali tulisannya ini. Kita ketahui, di saat usianya yang lanjut (72 tahun, 4 tahun sebelum ia wafat) St. Agustinus menuliskan semacam buku review (tinjauan ulang) akan semua tulisan/ ajarannya yang terdahulu dalam suatu tulisan yang diberi judulRetractions yang artinya ‘pertimbangan kembali’. Di sana ia memperjelas maksud pernyataannya tentang hal ini, dan bahwa Batu Karang dalam perikop Mat 16:18 mengacu baik kepada Kristus yang kepada-Nya Petrus menyatakan imannya, maupun kepada Petrus itu sendiri, karena pengakuan imannya itu. [↩]
- St. Augustine, Sermons 131,10, William A. Jurgens, The Faith of the Early Fathers, (Collegeville, Minnesota: Liturgical Press), 3:28 [↩]
- St. Augustine, Against the Epistle of Manichaeus 5,4-5, in Joseph Cullen Ayer,A Source Book for Ancient Church History, (New York: Charles Scribner’s Sons, 1948), p. 454-455, cf. NPNF 1, 4:130, 131 [↩]
- Letter of Pope Innocentius I to the Fathers of the Council of Carthage on Jan 27, 417, in Jurgen, Faith of the Early Church Fathers, Ibid., 3:181-182 [↩]
- Letter of Pope Innocentius I to Vitricius, Bishop of Rouen, 2,3,6, dated Feb 15, 404, in in Jurgen, Faith of the Early Church Fathers, Ibid., 3:179 [↩]
- Theodoret, Epistle 116 to Renatus, in Hergenrother, Anti- Janus, Ibid., p.67 [↩]
- Council Ephesus, third session in The First Seven Ecumenical Councils, 325-787, by Leo Donald Davis (Minneapolis: Liturgical Press, 1990) p.157 [↩]
- Letter of Pope Leo I to Bishops of the Province of Vienne, 10, 1-2, July 445, in Jurgen, Faith of the Early Fathers, 3:269 [↩]
- Pope Leo I, Sermon 4,2, (461 AD), in Jurgens, Faith of the Early Fathers, 3:275 [↩]
- Pope Leo I, Epistle 105, NPNF2, 12:76,77 [↩]
- Response to Pope Leo’s Tome, quoted in John Jay Hughes, Pontiffs: Popes Who Shaped History, (Huntington, Indiana: Our Sunday Visitor, 1994), p.46 [↩]
- Letter 98: From the Synod of Chalcedon to Leo, NPNF 2, 12:73 [↩]
- S. Herbert Scott, The Eastern Churches and the Papacy, London: Sheed and Ward, 1928), p.189-190 [↩]
- St. Cyril, Commentary on John, in Joseph Berrington and John Kirk, The Faith of Catholics, (New York: F. Pustet & Co., 1885), 2:46 [↩]
- Ibid. [↩]
- St. Cyril, In Concl. Ephes, 1,14, as quoted in Paul Bottalla, The Pope and the Church, (London: Burns, Oates and Co., 1868), p.84 [↩]
- Ibid., 86 [↩]
- St. Peter Chrysologus, Letter to Eutyches 25,3, (449 AD), in Jurgen, Faith of the Early Fathers, 3:268 [↩]
- Letter to Pope Leo, in Vladimir Solovyev, Russia and the Universal Church, (London: Geoffrey Bles,1948), p. 134 [↩]
إرسال تعليق