Gereja Katolik, berdasarkan prinsip ajaran Kristus, para Rasul dan para Bapa Gereja mengajarkan agar dalam membaca Kitab Suci, kita membaca kitab Perjanjian Lama dengan terang Perjanjian Baru dan sebaliknya (lih. KGK 129). Kristus mengajarkan demikian saat penampakan-Nya di jalan ke Emaus (lih. Luk 24:13-35), juga Rasul Paulus ketika membandingkan Adam dengan Yesus (lih. Rom 5:12-21), demikian pula Rasul Petrus, ketika membandingkan Baptisan dengan air bah Nabi Nuh (lih.1 Pet 3:20-21). Dengan prinsip yang sama, para Bapa Gereja mengajarkan bahwa Bunda Maria adalah Sang Tabut Perjanjian Baru yang dikuduskan oleh Allah.
Di dalam Kitab Perjanjian Lama, yaitu di Kitab Keluaran bab 25 sampai dengan 31, kita melihat bagaimana ’spesifik-nya’ Allah saat Ia memerintahkan Nabi Musa untuk membangun Kemah suci dan Tabut Perjanjian. Ukurannya, bentuknya, bahannya, warnanya, pakaian imamnya, sampai seniman yang membuat-nya (lih. Kel 31:1-6), semua ditunjuk oleh Tuhan. Hanya imam (Harun dan keturunannya) yang boleh memasuki tempat Maha Kudus itu dan ia pun harus disucikan sebelum mempersembahkan korban di Kemah suci (Kel 40:12-15). Jika ia berdosa, maka ia akan meninggal seketika pada saat ia menjalankan tugasnya di Kemah itu (Im 22:9). Hal ini menunjukkan bagaimana Allah sangat mementingkan kekudusan Tabut suci itu, yang di dalamnya diletakkan roti manna (Kel 25:30), dan dua loh batu kesepuluh perintah Allah (Kel 25:16), dan tongkat imam Harun (Bil 17:10; Ibr 9:4). Betapa lebih istimewanya perhatian Allah pada kekudusan Bunda Maria, Sang Tabut Perjanjian Baru, karena di dalamnya terkandung PuteraNya sendiri, Sang Roti Hidup (Yoh 6:35), Sang Sabda yang menjadi manusia (Yoh 1:14), Sang Imam Besar yang Tertinggi (Ibr 8:1)!
Selanjutnya tipologi Bunda Maria sebagai Tabut Perjanjian Baru, terlihat melalui perbandingan kisah antara saat Raja Daud menjemput Tabut Perjanjian Lama (2 Sam 6:6-7,9,11; 1 Taw 13:9-10), dan kisah Bunda Maria yang sedang mengandung Kristus mengunjungi Elisabet saudaranya (Luk 1:43, 56).
Maria sebagai Tabut Perjanjian Baru dinyatakan dalam kunjungannya kepada Elisabet(sumber: Mary: The Ark of the Covenant, Steve Ray, dalamhttp://www.catholicculture.org/culture/library/view.cfm?id=6811&CFID=40569&CFTOKEN=82009053)
Kotak emas: Tabut Perjanjian Lama | Maria: Tabut Perjanjian Baru |
Tabut perjanjian menempuh perjalanan ke rumah Obed- edom di pegunungan Yudea (2 Sam 6:1-11) | Maria menempuh perjalanan ke rumah Elisabet dan Zakaria di pegunungan Yudea ( Luk 1:39) |
Berpakaian sebagai imam, Raja Daud menari dan melonjak di depan Tabutperjanjian (2 Sam 6:14) | Yohanes Pembaptis – yang berada dalam garis turunan imam- melonjak di dalam rahim ibunya saat Maria datang (Luk 1:41) |
Daud bertanya, “Bagaimana Tabut Tuhan dapat sampai kepadaku?” (2 Sam. 6:9). | Elisabet bertanya, “Siapakah aku ini sampai ibu Tuhan-ku datang mengunjungi aku?” (Luk 1: 43) |
Daud bersorak di hadapan TabutPerjanjian (2 Sam. 6:15). | Elisabet pun “berseru dengan suara nyaring” di hadapan Maria (Luk 1:42). |
Tabut Perjanjian tinggal di rumah Obed- edom selama tiga bulan (2 Sam. 6:11). | Maria tinggal di rumah Elisabet saudaranya selama tiga bulan (Luk 1:56). |
Tabut Perjanjian kembali ke rumahnya dan akhirnya menetap di Yerusalem, di mana Hadirat Tuhan dan kemuliaan-Nya dinyatakan di bait Allah. (2 Sam. 6:12; 1 Raj 8:9-11). | Maria kembali ke rumahnya dan akhirnya ke Yerusalem, ketika ia mempersembahkan Yesus, Tuhan yang menjelma menjadi manusia, di bait Allah. (Luk 1:56; 2:21-22). |
Maka, persyaratan kekudusan Bunda Maria -Sang Tabut Perjanjian Baru- pastilah jauh lebih tinggi daripada kekudusan Tabut Perjanjian Lama yang tercatat dalam Kitab Keluaran, Samuel dan Tawarikh itu. Bunda Maria, Sang Tabut Perjanjian Baru, harus kudus, dan tidak mungkin berdosa, karena Allah sendiri masuk dan tinggal di dalam rahimnya. Sang Tabut inilah yang kemudian nampak dalam kemuliaan surga, seperti yang ditulis dalam Kitab Wahyu (lih. Why 11:19-12:1).
Dasar Kitab Suci
- Wahyu 11:19- 12:1-2: Bunda Maria sebagai Tabut Perjanjian Baru
- Kel 25:30, Kel 25:16, Bil 17:10, Ibr 9:4: Isi Tabut Perjanjian Lama: roti manna, dua loh batu kesepuluh perintah Allah, dan tongkat imam Harun.
- Luk 1: 35, Yoh 6:35, Yoh 1:14, Ibr 8:1: Isi Tabut Perjanjian Baru (Bunda Maria): Sang Roti Hidup, Sang Firman yang menjadi manusia, Sang Imam Agung yang duduk di sisi kanan tahta Yang Maha Besar di surga.
Dasar Tradisi Suci
- St. Hippolytus (235):
“Ia (Maria) adalah Tabut yang dibentuk dari kayu yang tidak lapuk. Sebab dengan ini dinyatakan bahwa tabernakel-Nya dilepaskan dari kelapukan dan kerusakan.” (St. Hippolytus, Orations Inillud, Dominus pascit me )
- St. Athanasius dari Alexandria (296-373):
“O Perawan yang terhormat, sungguh engkau lebih mulia daripada semua yang mulia. Sebab siapakah yang sama mulianya, O tempat kediaman Sang Sabda Tuhan? Dengan siapakah dari antara mahluk ciptaan akan kubandingkan engkau, O Perawan? Engkau lebih mulia dari mereka semua, O Tabut Perjanjian, yang diliputi oleh kemurnian bukan oleh emas! Engkau adalah tabut di mana ditemukan bejana emas yang mengandung roti manna yang sesungguhnya, yaitu, daging di mana ke-ilahian tinggal menetap.” (St. Athanasius dari Alexandria Homily of the Papyrus of Turin, 71:216).
- St. Gregorius sang pembuat mukjizat (213-270):
“Mari menyanyikan melodi yang diajarkan kepada kita oleh harpa Raja Daud dan mengatakan, “Bangunlah, O Tuhan, ke tempat perhentian-Mu, Engkau dan tabut tempat kudus-Mu.” Sebab sesungguhnya Perawan Maria adalah sebuah tabut yang dilapisi dengan emas baik di sisi dalam maupun luar, bahwa ia telah menerima seluruh kekayaan tempat kudus itu.” (St. Gregorius, Homily on the Annunciation to the Holy Virgin Mary).
Dasar Magisterium
- Katekismus Gereja Katolik
KGK 2676 …..Maria, yang di dalamnya Tuhan sendiri tinggal, adalah puteri Sion secara pribadi, Tabut Perjanjian dan tempat di mana kemuliaan Tuhan bertakhta. Ia adalah “kemah Allah di tengah-tengah manusia” (Why 21:3). “Penuh rahmat”, Maria menyerahkan diri sepenuhnya kepada Dia yang mengambil tempat tinggal di dalamnya dan hendak ia berikan kepada dunia.
إرسال تعليق