Latest News

Showing posts with label BOLEH VS TIDAK. Show all posts
Showing posts with label BOLEH VS TIDAK. Show all posts

Friday, August 11, 2006

118) Haruskah kita melawan terhadap musuh?


118) Haruskah kita melawan terhadap musuh ?  
a. Kasihilah musuhmu (Matius 5: 39, 44)  
b. Yesus ingin semua musuhnya dibunuh (Lukas 19: 27)  

JAWAB : (Kategori : salah memahami konteks ayat)  

Yesus memang jelas mencanangkan Hukum Kasih, termasuk mengasihi musuh : Matius 5: 39, 44  
5:39 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.  
5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.  

Namun untuk mengerti apa yang tertulis dalam Lukas 19:27 sebaiknya dibaca keseluruhan perikop, sehingga kita tahu apa konteks ayat itu; tidak bisa dicomot sendirian kemudian digunakan untuk menuduh, baiklah kita baca ayat-ayat selengkapnya:  

Lukas 19:11-27 Perumpamaan tentang uang mina  
19:11 Untuk mereka yang mendengarkan Dia di situ, Yesus melanjutkan perkataan-Nya dengan suatu perumpamaan, sebab Ia sudah dekat Yerusalem dan mereka menyangka, bahwa Kerajaan Allah akan segera kelihatan.  
19:12 Maka Ia berkata: "Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu baru kembali.  
19:13 Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina kepada mereka, katanya: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali.  
19:14 Akan tetapi orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami.  
19:15 Dan terjadilah, ketika ia kembali, setelah ia dinobatkan menjadi raja, ia menyuruh memanggil hamba-hambanya, yang telah diberinya uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-masing.  
19:16 Orang yang pertama datang dan berkata: Tuan, mina tuan yang satu itu telah menghasilkan sepuluh mina.  
19:17 Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota.  
19:18 Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima mina.  
19:19 Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah lima kota.   
19:20 Dan hamba yang ketiga datang dan berkata: Tuan, inilah mina tuan, aku telah menyimpannya dalam sapu tangan.  
19:21 Sebab aku takut akan tuan, karena tuan adalah manusia yang keras; tuan mengambil apa yang tidak pernah tuan taruh dan tuan menuai apa yang tidak tuan tabur.  
19:22 Katanya kepada orang itu: Hai hamba yang  jahat, aku akan menghakimi engkau menurut perkataanmu sendiri. Engkau sudah tahu bahwa aku adalah orang yang keras, yang mengambil apa yang tidak pernah aku taruh dan menuai apa yang tidak aku tabur.  
19:23 Jika demikian, mengapa uangku itu tidak kauberikan kepada orang yang menjalankan uang? Maka sekembaliku aku dapat mengambilnya serta dengan bunganya.  
19:24 Lalu katanya kepada orang-orang yang berdiri di situ: Ambillah mina yang satu itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh mina itu.  
19:25 Kata mereka kepadanya: Tuan, ia sudah mempunyai sepuluh mina.  
19:26 Jawabnya: Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ada padanya.  
19:27 Akan tetapi semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku."  

Monday, October 27, 2003

Bolehkah makan babi ?



Bolehkah makan babi ?

a. Babi haram dimakan (Ulangan 14:8, Imamat 11:7, Yesaya 66:17).
b. Kata Paulus, semua daging binatang halal dimakan, tidak ada yang haram (I Korintus 6: 12, I Korintus 10:25, Kolose 2:16, I Timotius 4-5, Roma 14:17).

JAWAB : (Kategori: salah memahami konteks historis)
"Demikian juga babi hutan, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu." (Imamat 11:7)

Imamat 11:1-47 adalah tentang najis karena binatang. Pokok ini dibicarakan di bawah dua aspek: binatang hidup sebagai bahan makanan, dan hubungan dengan bangkai binatang, sedangkan ayat 1-23 membicarakan persoalannya ditinjau dari sudut makanan. Ayat-ayat ini menentukan daging mana yang boleh dimakan dan tidak. Empat golongan di beda-bedakan.

Di antara binatang berkaki empat, hanya binatang-binatang yang berkuku belah dan memamah biak yang boleh dimakan. Peraturan ini ditetapkan secara teliti, dan setelah itu disebutkan empat contoh dari binatang yang tidak memenuhi syarat: unta, pelanduk, kelinci dan babi hutan. Kelinci bukanlah binatang pemamah biak, demikian juga pelanduk. Keduanya adalah binatang pengerat atau pengerikit, tapi kenyataannya rahang binatang ini senantiasa bergerak sebagai memamah biak. Ini jelas menunjukkan bahwa penguraian itu bukan dimaksudkan sebagai pembatasan yang bersifat ilmiah, melainkan penguraian sederhana dan praktis. Binatang yang tidak haram tidak disebutkan di sini, tapi Ulangan 14:4 dalam mendaftarnya menambahkan kepada ketiga binatang piaraan (lembu, domba dan kambing), tujuh binatang buas yang termasuk rumpun pemamah biak. Bagi rata-rata orang Israel, peraturan ini membatasi makan daging terutama binatang piaraan yang dapat dipakai dalam korban.

Yesus telah mencabut segala peraturan imamat mengenai makanan dan praktek-praktek yang najis dalam Matius 15:1-20. Dalam terang, Petrus diperintahkan supaya berbuat (Kisah Para Rasul 10:10-17; 11:4-18), dan Paulus mengumumkan dengan resmi peraturan tentang tingkah laku kristiani. Titik berat bahwa satu-satunya kenajisan (haram) yang berarti penting secara agamawi ialah kenajisan hati nurani. Obatnya adalah korban Kristus, yang dipersembahkan dalam dunia kerohanian.

"Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang." (Matius 15:11)

Friday, May 30, 2003

14) Bolehkah membawa tongkat dan kasut dalam perjalanan ?

14) Bolehkah membawa tongkat dan kasut dalam perjalanan ?

a. Ya, boleh ! (Markus 6: 7-9).


b. Tidak, tidak boleh!! (Matius 10: 9-10, Lukas 9:1-3).




JAWAB :
(Kategori : salah memahami makna kata dalam bahasa asli)



Markus 6:8,


"dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, rotipun jangan, bekalpun jangan, uang dalam ikat pinggangpun jangan,
boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju"



Matius 10:9-10,


"Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya."




Lukas 9:3,


"kata-Nya kepada mereka: 'Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan, jangan membawa tongkat atau bekal, roti atau uang, atau dua helai baju."




Tidak ditemukan adanya varian tekstual dalam manuskrip-manuskrip Yunaninya yang mungkin bisa mengakibatkan perbedaan ini. Kata "membawa" dalam Markus 6:8 dan Lukas 9:3 adalah "airo". Dalam Matius 10:9,
asal kata "membawa" adalah "ktaomai".



Markus mencatat bahwa Yesus mengizinkan para murid untuk membawa tongkat sedangkan Matius dan Lukas mengatakan Dia melarangnya. Ini menyebabkan golongan errantis (golongan yang mengatakan Alkitab mengandung kesalahan) berkata, "Saya tidak tahu caranya untuk mengharmoniskan ketidaksesuaian ini. Kesimpulan yang wajar saya pikir ialah bahwa laporan-laporan itu tidak sesuai dan sedikitnya satu dari Injil itu keliru."




Menyatukan laporan-laporan itu, Yesus mengizinkan para murid membawa tongkat yang sudah mereka punyai (Markus). Tetapi mereka jangan mengambil tongkat kalau mereka tidak mempunyainya atau bisa berjalan baik tanpa tongkat (Lukas). Yang ditekankan ialah jangan membeli atau mencari tongkat (Matius memakai kata kerja kt�s�sthe dari ktaomai memiliki, menyediakan; berlainan dengan Markus dan Lukas, air�sin dari kata air� artinya mendapatkan). Ide pokoknya dari perintah Yesus sudah jelas: jangan menyediakan apa-apa untuk misi ini.




Jadi Matius mengklarifikasikan perintah ini dengan menuliskan bahwa para murid diperintahkan untuk tidak membawa apa pun lagi selain apa yang sudah mereka miliki. Bagaimanapun, tiap ayat menyatakan agar para murid pergi sebagaimana mereka adanya, tanpa membawa perbekalan apa pun. Hanya bersandar kepada Allah.

Recent Post